Bab 1050

Nara menatap Axel dengan tatapan kecewa.

Dia tahu bahwa Axel pasti sudah terpengaruh.

Meskipun sikapnya terhadap Reva sudah berubah namun dia masih merasa enggan untuk menyerahkan segalanya!

"Pa, aku tahu kau takut kepada kesepuluh keluarga terpandang dan kehilangan segalanya."

"Tetapi aku tidak takut."

"Aku tidak percaya kalau Reva bisa membunuh orang. Dan aku juga tidak percaya akan terjadi sesuatu padanya!"

"Kau lepaskan aku. Aku mau pergi mencarinya sekarang juga!"

Ujar Nara dengan suaranya yang dalam.

Axel tampak malu. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, “Nara, jangan keras kepala!"

"Kalau Reva baik-baik saja, dia pasti akan pulang nantinya."

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengannya, memangnya kau bisa mengubah segala sesuatunya dengan kepergianmu ke sana?”

Nara langsung berkata, "Aku tidak bisa mengubah apapun!"

"Namun setidaknya aku bisa menunjukkan kepadanya bahwa aku akan selalu berada disisinya dan mendukungnya!"

"Aku ini istrinya jadi apapun yang terjadi aku akan selalu berada disisinya!"

Hana mencemberutkan wajahnya, "Meski dia benar-benar telah membunuh orang?"

"Meski dia adalah seorang pembunuh?"

"Kau juga masih tetap selalu berada disisinya juga?"

"Kau ingin membawa malapetaka bagi keluarga kita?"

Nara memelototinya, lalu dengan marah berkata, “Hana, aku peringatkan kau.”

"Hati-hati dengan apa yang kau katakan itu sebelum semua masalahnya menjadi jelas." "Dia itu seorang pembunuh..."

Nara langsung menampar wajah Hana sehingga membuat Hana agak pusing.

Beberapa saat kemudian, Hana menjerit, "Nara, beraninya kau menamparku!"

"Aku akan melawanmu dengan habis-habisan!”

Hana meraung dan segera menerjang namun dia langsung dihentikan oleh Axel.

"Cukup sudah, kalian berdua jangan berkelahi lagi!"

"Ayo masuk ke dalam rumah semuanya, tidak ada seorang pun yang boleh keluar!"

"Alina, awasi mereka berdua untukku!"

Axel berseru dengan marah.

Alina segera bergegas dan menarik Nara dengan paksa untuk masuk ke dalam rumah.

Hana menggerutu dengan marah, "Pa, apa kau tidak perlu memarahinya?"

"Dia sudah menamparku!"

Axel memelototinya dan berkata, "Aku menyuruhmu masuk ke dalam rumah, kau dengar tidak?"

Hana langsung panik, "Pa, kenapa... kenapa kau begitu pilih kasih?"

"Nara telah menamparku tetapi kau juga sama sekali tidak peduli?"

Axel menggebrak mejanya, "Masuk ke dalam atau enyah dari sini!"

"Kau pilih sendiri!"

Melihat Axel yagn sudah benar-benar marah membuat Hana tidak berani mengatakan apa- dia hanya bisa menutupi wajahnya sambil berjalan masuk ke dalam rumah. apa lagi jadi

Axel memperhatikan beberapa orang itu lalu dengan suara yang berat dia berkata, "Alina, kau awasi mereka berdua dengan seksamal”

"Aku... aku akan pergi untuk menyuruh seseorang mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya."

Kemudian Axel pergi dengan penuh rasa khawatir.

Persis seperti apa yang dikatakan oleh Nara, dia benar-benar terlalu takut pada kesepuluh keluarga

dengan aset keluarga yang akhirnya dimilikinya.

Oleh karena itu, akhirnya dia memilih untuk tetap menunggu di dalam rumah dan benar-benar tidak berani menghadapi kesepuluh keluarga terpandang itu! Hana masuk ke dalam rumah dan menatap Nara dengan matanya yang memerah. Kemudian tiba-tiba dia

tertawa.

"Ohh, apalah arti dari tamparanmu ini, apa ada gunanya?"

"Biar aku kasih tahu yah, si Reva pasti akan mampus hari ini!"

"Nara, kau tidak akan bisa menyelamatkannya. Bagaimana perasaanmu sekarang? Hahaha..."

Nara sangat marah sekali hingga seluruh tubuhnya gemetaran. Dia menggertakkan giginya dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Hana tampak kesenangan dan mulai memanasinya lagi.

Axel sedang tidak ada di rumah jadi Hana tidak perlu merasa khawatir sehingga dia mengatakan segala macam ucapan yang sangat keji.

Seoalah-olah kematian Reva adalah hal yang paling membahagiakan baginya di dunia ini.

Mau tak mau Alina yang telah mendengar ucapannya itu pun menjadi geram lalu dengan suara berat berkata, "Hana, apa kau bisa berhenti berbicara?" "Bagaimanapun juga Reva melakukan semua ini demi untuk keluarga kita!"

Hana langsung menjawabnya, "Ma, kau jangan sembarangan bicara."

"Membunuh orang demi keluarga kita? Dengan begitu apa itu berarti kita semua adalah kaki tangannya?"

"Kita tidak mampu menanggung tuduhan ini!"

Alina terkejut dan wajahnya langsung memucat. Sambil menghela nafas dia berkata, "Aduhh bocah ini, kenapa... kenapa dia terlalu emosian."

"Aduhh, entah bagaimana cara orang-orang itu menanganinya nanti!"

Hana mendengus dengan sangat senang, "Aku tidak tahu bagaimana mereka akan menanganinya!"

"Pokoknya, orangnya pasti akan mati!"

"Kak, bagaimana kalau kita pesan dulu peti matinya, hahaha..."

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report