Menantu Dewa Obat

Bab 1106

Reaksi manajer Moore yang tiba-tiba berubah seperti ini membuat Axel, Alina dan Esteban menjadi agak bingung.

Meskipun Alina sudah menelepon namun tadinya dia hanya berpikir bahwa paling - paling Tiger hanya akan membantu mendamaikan mereka atas masalah ini saja. Dia tidak pernah menyangka akan terjadi hal-hal seperti ini.

Manajer Moore yang sombong dan semena-mena ini akhirnya malah berlutut di lantai dan memohon maaf kepada mereka?

Situasi macam apa ini?

Mereka bertiga langsung saling menatap dengan cemas.

Terutama Esteban karena dia paling jelas tentang sifat dan perangai keponakan jauhnya ini.

Di dalam keluarga Moore, si manajer Moore ini adalah orang yang paling terkaya dan paling

hebat.

Biasanya, dia sangat sombong dan menganggap remeh semua orang-orang dari keluarga Moore.

Jangankan terhadap Esteban yang hanya seorang paman jauhnya, sikapnya terhadap orang tuanya sendiri pun dia tidak terlalu baik.

Tetapi sekarang dia malah berlutut di depannya seperti ini? Ini benar-benar sesuatu hal yang tidak pernah dia bayangkan.

Manajer Moore meratap dengan beberapa kata tetapi saat melihat tidak ada yang mempedulikannya lalu dengan cepat dia memeluk kaki Esteban, "Paman, paman, tolong aku." "Bantu aku mengatakan beberapa kata agar mereka mau memaafkan aku. Aku... aku benar benar tahu kalau aku sudah bersalah, aku tidak akan pernah berani lagi..." "Kita semua masih satu keluarga, tolong kau bantu aku..."

Raut wajah Esteban tampak pucat pasi. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Samar - samar, Axel dan Alina dapat menebak situasinya. Pasti Tiger yang sudah membuatnya ketakutan.

Mereka berdua juga sangat terkejut. Bagaimana Tiger bisa begitu peduli hanya dengan satu telepon dari Reva saja?

Axelberdehem dan berkata dengan dingin, "Sekarang kau baru tahu kalau kita masih satu keluarga?"

"Bukannya barusan kau menyebut aku tua bangka?"

Air mata manajer Moore berlinang, "Paman, aku... aku benar-benar sudah tahu kesalahanku."

"Aku benar-benar sudah buta karena tidak tahu siapa orang yang ada di depanku ini.”

"Paman, jangan masukkan ucapanku itu ke dalam hati, tolong ampuni aku."

"Tolong beri aku satu kesempatan lagi, hanya satu kali lagi saja, hanya satu kali, aku mohon..."

Axel mencebikkan bibirnya, "Kau jangan berbicara seperti itu."

"Kami hanya beberapa orang tua bangka saja disini. Kami punya hak apa untuk memberimu kesempatan?"

"Kami bahkan tidak punya hak untuk tetap berada di Silverlight Mall, jadi bagaimana kami berani mengampunimu?"

Airmata dan ingus manajer Moore mengalir keluar, "Paman, aku sudah salah, aku benar-benar sudah bersalah kepadamu." "Begini saja, bagaimana kalau aku sewakan toko itu kepadamu dan aku tidak akan meminta sepeser pun uang sewanya."

"Asalkan kau mau mengucapkan satu patah kata, asalkan kau mau mengampuniku, aku... aku akan membantu kalian untuk mendekorasi tokonya, bagaimana?" Axel tampak agak tersentuh. Dia tidak pernah menyangka akan terjadi hal yang begitu baik setelah Tiger meneleponnya.

Tepat ketika mereka sedang merasa galau, tiba-tiba pintu ditendang terbuka.

Tiger berlari ke sana dengan terengah - engah.

“Paman, tante, apa kalian berdua baik-baik saja?"

Tanya Tiger.

Axel dan Alina langsung terkejut saat melihat Tiger yang keringatan di sekujur tubuhnya.

Tidak perlu diragukan lagi bahwa Tiger pasti datang ke sini dengan berlarian. Ini menunjukkan betapa dia mempedulikan masalah ini!

Tentu saja, manajer Moore pun menjadi sangat ketakutan sekali dan jantungnya sudah seperti mau berhenti saja.

Dia benar-benar tidak mengerti mengapa bos besar dari jalan Selatan ini bisa begitu menghormati sepasang orang tua ini?

Dengan kata lain, siapa menantu dari sepasang orang tua ini? Bagaimana dia bisa sehebat itu hingga bisa membuat Lord Tiger si penguasa jalan Selatan itu datang kesini dengan berlarian seperti itu? Axel buru-buru berkata, "Lord Tiger, sebenarnya juga bukan masalah besar. Yang menjadi

2/4

masalah hanyalah ucapan orang ini terlalu menjengkelkan saja. Maaf jadi merepotkanmu!"

Lalu dengan cepat Tiger melambaikan tangannya, "Paman, jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Tiger."

"Selain itu, ini juga tidak repot."

"Aku bisa menjadi seperti ini hari ini juga berkat kak Reva. Jadi urusan keluargamu adalah urusanku juga!"

Tiger mengatakan hal ini dari dalam lubuk hatinya.

Sejujurnya, dulu dia tidak pernah memiliki kesan yang baik tentang Axel dan Alina.

Karena kedua orang ini memang memperlakukan Reva dengan sangat buruk di waktu lalu.

Namun, belakangan ini kedua orang tersebut sudah tidak lagi memiliki prasangka buruk terhadap Reva sehingga dia juga telah menganggap kedua orang tua ini sebagai kalangan mereka sendiri. Tiger pasti akan memperlakukan mertua Reva dengan hormat!

Axel dan Alina menjadi sangat emosional sekali. Seorang penguasa jalan Selatan yang hebat ini bisa-bisanya begitu menghormati mereka?

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report