Menantu Dewa Obat -
Bab 1181
Bab 1181 Adik Laba-laba Beracun
Reva bertanya-tanya dengan heran, "Apa maksudmu?"
Martin Yun berkata dengan sungguh-sungguh: "Laba-laba Beracun dan raja dari negeri Conrad itu hanya sebatas hubungan kerjasama saja."
"Sedangkan status aslinya adalah kakak perempuannya Lord Flame, seorang jenderal besar yang berada langsung dibawah komando raja negeri Conrad!" "Dan si Lord Flame ini karakternya sangat menakutkan!"
"Sekarang ini, ada legenda tentang Jendral tak terkalahkan di bagian utara negeri ini sedangkan di bagian selatan ini merujuk pada si Lord Flame ini!"
Desmond juga ikut menganggukkan kepalanya lalu dengan suara yang dalam dia berkata, "Dari antara semua generasi muda yang ada di negari ini, selain dari para pahlawan yang merahasiakan keluarga itu sekarang hanya tinggal mereka berdua saja yang paling mencolok."
"Bahkan tuan Austin pun pernah mengomentari potensi si Lord Flame itu. Mungkin dalam waktu 10 tahun ini dia bisa menjadi penguasa di salah satu sisi yang ada di negeri ini."
"Dalam waktu kurang dari 20 tahun mungkin dia juga bisa menjadi raja!"
"Raja dari negeri Conrad itu sudah mempersiapkan Lord Flame sebagai penerusnya!"
"Reva, setelah kau menangkap kakaknya itu, dia... dia pasti tidak akan pernah mengampunimu."
"Kalau sampai Lord Flame datang ke sini, aku khawatir bahwa tuan Austin yang sebagai penatuanya pun tidak akan bisa membantumu!"
Reva mengernyitkan keningnya. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Laba-laba Beracun itu punya kisah dan latar belakang seperti itu.
Sepertinya orang yang berada di balik layar ini benar-benar telah menemukan musuh yang besar bagi dirinya.
Namun ketika masalah ini sudah sampai hingga ke titik ini, Reva juga tidak punya pilihan lain lagi.
Kalau dia melepaskan Laba-laba Beracun itu sekarang maka si Laba-laba Beracun ini akan terus mencari masalah dengannya.
Mau tak mau dia hanya bisa membiarkan Laba-laba Beracun ini tetap tinggal disana dan lebih baik lagi kalau dia bisa menemukan sang pangeran sehingga masalah ini akhirnya bisa diselesaikan dengan baik dan sempurna.
Reva menatap keempat kepala keluarga itu lalau dengan suara yang berat dia berkata, "Aku tahu apa yang sedang kalian khawatirkan."
"Tetapi masalah di antara aku dengan Lord Flame ini tidak ada hubungannya dengan kalian."
"Untuk selanjutnya, kalian bisa terus merencanakan apa yang sudah aku katakan sebelumnya dan jangan pedulikan masalah ini!" Keempat orang itu saling menatap kemudian dengan suara kecil Desmond berkata, "Tuan Lee, kami tidak takut akan masalah ini."
"Hanya saja aku merasa bahwa kita tidak perlu memprovokasi orang-orang seperti Lord- Flame!"
Reva melambaikan tangannya: "Aku sudah membuat keputusan atas masalah ini. Jadi biarkan begitu saja!"
Sesampainya di taman Dragon Lake, Reva langsung menelepon Tiger.dan menyuruh mereka semua untuk pergi mencari sang pangeran.
Asalkan dia bisa menemukan sang pangeran maka masalah ini pun bisa diselesaikan dengan baik.
Bersamaan dengan itu, dia juga meminta Tiger untuk membantunya mencari informasi tentang Lord Flame. Dia harus memahami gaya dan tindakan si Lord Flame ini.
Untuk seharian ini, Reva sama sekali tidak mengijinkan Nara dan yang lainnya pergi keluar.
Austin sedang pergi dan sekarang kota Carson sedang berada dalam kekacauan.
Sang pangeran sudah diculik. Sekarang tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan dilakukan oleh orang
orang yang berada di balik layar itu.
Pada saat ini, hanya taman Dragon Lake saja yang merupakan tempat yang tenang dan damai.
Karena ini adalah area terlarang yang sudah ditandai oleh Austin.
Kalau berani mengacau di taman Dragon Lake secara paksa itu berarti sama saja telah menyatakan perang terhadap Austin!
Pada jam lima sore, tiba-tiba Reva menerima panggilan telepon dari orang tak dikenal yang memintanya untuk bertemu di villa Rose Garden.
Tadinya villa itu ditinggali oleh Axel dan Alina. Namun untuk dua hari terakhir ini, Axel dan Alina juga ikut tinggal di taman Dragon Lake.
Jadi pada saat ini siapa lagi yang bisa mengajaknya pergi ke villa Rose Garden?
Di dalam hatinya Reva tampak bingung namun dia tetap menepati janjinya dengan pergi ke villa Rose Garden Sebelum hari gelap.
Sesampainya di villa itu, lampu di dalam ruangan tampak agak redup/
Ada seseorang yang sedang duduk di sofa. Reva tidak bisa melihatnya dengan jelas karena lampu yang membelakanginya itu namun postur tubuh orang ini tidak pendek. Puntung rokok di mulutnya tampak menjulang dalam kegelapan.
"Namamu Reva?" Tanya si pria itu.
"Siapa kau?" tanya Reva dengan suara yang berat dan seluruh tubuhnya dalam kondisi siaga.
Entah mengapa Reva selalu merasakan rasa bahaya yang amat sangat saat berdiri di depan orang
ini.
"Jangan khawatir. Hari ini aku datang kesini hanya untuk berbicara dengan kau." Ujar si pria itu sambil bergerak mendekat. Cahaya lampu menerangi wajahnya.
Dia adalah seorang pria dengan penampilannya yang biasa-biasa saja. Yang paling menarik adalah sepasang matanya yang sangat jernih.
"Namaku Flair Meint!" ujar si pria itu sambil meraih kotak rokok yang ada di atas meja dan memberikan sebatang rokok kepada Reva.
Reva melambaikan tangannya lalu berpikir dengan seksama. Dia tidak kenal dengan Flair Meint.
"Kau kenal aku?"
Flair Meint menyulut rokoknya sendiri: "Tadinya memang tidak saling kenal."
"Tetapi kau telah menangkap kakakku."
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report