Menantu Dewa Obat -
Chapter 502
Menantu Dewa Obat
Bab 502
Reva tidak mempedulikan Hana
Dia sangat mengenal Axel dan Alina.
Kedua orang ini lebih egois dan mereka juga sangat menyayangi anak-anak mereka.
Satu-satunya yang tidak mereka sukai adalah Reva. Dan semua yang mereka lakukan pada Nara juga karena Reva.
Oleh karena ini, meskipun kali ini Hana dan Hiro melakukan kesalahan tetapi Axel dan Alina juga tidak benar-benar akan mengusir mereka.
Pada saat itu mereka memang emosi tetapi itu juga hanya sekedar marah biasa saja.
Reva tidak peduli dengan situasi seperti itu.
Bagaimanapun juga, rumah ini hanyalah peralihan sementara saja.
Sampai di kamar tampak Nara yang sedang duduk sambil mengambek.
Reva menghela nafas dengan tak berdaya. "Habis bertengkar dengan papa dan mama lagi?"
Dengan marah Nara berkata, "Reva, menurutmu apa yang dipikirkan oleh papa dan mama sebenarnya?"
"Hana dan Hiro telah membuat kesalahan seperti itu dan mereka masih tetap membiarkan mereka pulang dan tinggal di sini?"
"Kedua orang ini sudah melakukan kesalahan. Setidaknya mereka harus dihukum atas kesalahan mereka, kan?"
Reva tersenyum datar, "Nara, tak perlu marah dengan kedua orang tuamu."
"Sudah bukan sekali atau dua kali lagi, kan. Kau harus belajar untuk terbiasa." Dengan marah Nara berkata, "Bagaimana bisa terbiasa dengan hal ini?"
"Ini kan benar-benar berat sebelah!"
"Masalah ini jcias - jelas bukan kau yang lakukan pada waktu itu tetapi mereka malah bersikeras menuduhmu dan bahkan ingin mengusirmu keluar." "Ooh, akhirnya Hana dan Hiro yang melakukan kesalahan itu lalu mereka berdua hanya marah dan mengoceh begitu saja?"
"Ini... ini benar-benar sangat keterlaluan!"
Sambil tersenyum Reva berkata, "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan."
"Aku sudah bilang, rumah ini hanya peralihan sementara saja.”
"Nantinya kita akan tinggal di taman Dragon Lake. Hanya kita berdua saja yang tinggal di sana, beres kan?"
Nara memutar matanya ke Reva dan berkata, "Oke. Aku tahu kau sudah kaya sekarang. Setiap hari selalu mengatakan taman Dragon Lake terus."
"Aku kasih tahu yah, meski uangnya banyak sekalipun, kita tidak bisa menghabiskannya seperti itu!"
"Kau harus simpan uang ini. Untuk membeli rumah, kau harus merencanakannya matang - mata, oke?"
Reva tersenyum ringan. Melihat Nara yang mengoceh seperti ini membuat Reva merasakan kehangatan sebuah keluarga.
Keduanya masih asyik mengobrol ketika tiba-tiba terdengar ketukan dari luar pintu.
Reva membuka pintu kamar lalu Alina dan Hana langsung masuk bersamaan.
Mereka berdua tidak berbicara dan langsung menuju tempat tidurnya.
Alina mengitari tempat tidur itu beberapa kali. Dia melihat ke kiri dan kanan dengan ekspresi iri di wajahnya.
Hana mengikutinya sambil terus menerus menjelaskan fungsi fungsi tempat tidur itu kepada Alina. Sambil mendengarkan dia berbicara, mata Alina tampak berkilauan. "Tempat tidur ini sangat bagus!"
"Aihh, kalau papamu dan aku bisa punya tempat tidur seperti ini pasti akan sangat bagus sekali!"
"Nara, kau juga tahu bahwa tulang belakang dan pinggang papamu tidak terlalu baik. Dokter menyuruhnya untuk tidur di tempat tidur yang lebih baik."
"Tetapi keadaan keluarga kita saat itu masih harus membiayai uang sekolah kalian berdua. Jadi bagaimana mungkin bisa ada uang untuk membeli tempat tidur yang bagus.” "Kau lihat papamu itu, punggungnya sedikit bengkok kan kalau saat berjalan sekarang? Ini adalah akibat dari penyakitnya itu."
Alina duduk di tempat tidur sambil mengoceh.
Nara terdiam. Dia tentu saja mengerti apa maksud ocehan Alina itu.
Dia menginginkan tempat tidur ini tetapi tidak enak hati untuk mengatakannya jadi dia sengaja berbicara dengan berbelit seperti itu.
Kalau biasanya Nara tidak akan mempermasalahkan hal seperti ini,
Tetapi, setelah apa yang terjadi tadi malam, Nara menghela nafas di dalam hatinya.
Hana membawa Alina kesini. Tak perlu ditanya lagi, Hana pasti sudah memberitahu Alina tentang tempat tidur ini.
Sebenarnya, Hana juga sangat menginginkan tempat tidur ini tetapi dia juga tahu bahwa dengan posisinya sekarang dia sama sekali tidak bisa merebut tempat tidur ini. Tetapi dia juga tidak rela melihat Nara dan Reva yang tidur di tempat tidur semewah ini. Jadi dia sengaja mendekati Alina dan meminta dia untuk merebut tempat tidur itu. Hati Nara penuh emosi. Sejak kecil Hana selalu seperti ini.
Apapun yang tidak bisa dia dapatkan, dia juga tidak akan membiarkan Nara mendapatkannya meskipun itu artinya dia harus menghancurkan dan merusak barang itu! Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report