Menantu Dewa Obat -
Bab 773
Bab 773
Alina tertegun sejenak. Lalu dengan marah dia berkata, "Kau kau masih membantahku?!"
"Anak ini, bagaimana kau bisa menjadi seperti ini sekarang?"
"Aku berbicara baik baik denganmu tetapi kau malah membantahku. Mengapa semakin lama kau semakin mirip seperti Reva saja?" Nara juga marah: "Ma, ini masalah kita berdua biar kita berdua saja yang membicarakannya, kau tak perlu
melibatkan Reva."
“Selain itu, apa hubungannya ini dengan Reva? Memangnya kapan dia pernah membantahmu atau tidak menghormatimu?"
"Mari kita bicara berdasarkan hati nurani kita!"
"Hanya berdasarkan apa yang telah kau lakukan kepada Reva itu saja, apa kalian masih berani mengatai orang?"
Alina merasa sedikit malu dan berkata dengan marah: "Aku tidak ingin membahas masalah ini denganmu sekarang."
"Kau ada dimana sekarang?"
"Sekarang juga kau pulang dan minta maaf kepada Vivi."
"Dan juga, si Jay akhirnya sudah punya pacar. Ini adalah masalah yang penting. Kita harus melakukan yang terbaik untuk membantunya." "Sekarang kau pulang dan pinjamkan mobil kepadanya, kau dengar ngga?"
Nara sangat marah: "Kenapa aku harus meminta maaf kepadanya?"
"Kau bukannya tidak melihat apa yang telah mereka lakukan semalam."
"Dan juga, si Jay itu dia bahkan tak punya SIM. Membawa motor saja sebegitu cerobohnya."
"Kalau mobilku dipinjamkan kepadanya, bagaimana kalau nanti sampai terjadi apa-apa?"
Dengan marah Alina berkata, "Kalau kau tidak mau meminta maaf, maka aku akan pulang dan meminta maaf kepadanya. Itu kan maumu?" "Sedang mengenai masalah mobil si Jayden bilang bukan dia yang akan mengemudikannya tetapi pacarnya."
"Meskipun Jay tidak punya SIM tetapi Crystal punya!"
"Selain itu, kalau yang membawa mobil itu hanya seorang gadis, lantas apa yang perlu kau khawatirkan?" "Biasanya gadis-gadis juga sangat berhati-hati saat membawa mobil, bagaimana bisa ada masalah?" Nara sangat marah: "Aku tidak ingin mempedulikanmu lagi!”
"Pokoknya, aku tidak akan meminta maaf dan aku juga tidak akan meminjamkan mobilku kepadanya!" "Sudah yah, begitu sajal"
Nara menutup teleponnya dengan marah. Dia sangat kesal, benar benar kesal sekali dengan kedua saudaranya yang luar biasa ini. Alina juga menutup ponselnya dengan marah.
"Ya sudah kalau tidak mau meminjamkan!"
"Axel, bawa kembali Mercedes-Benz Big G-mu ini dan biarkan Jayden menggunakannya."
Axel: "777"
Apa hubungannya denganku?
Malamnya setelah selesai kerja, Nara dan Reva baru saja sampai di rumah dan melihat Axel yang duduk di sofa dengan ekspresi tertekan.
Di sisi lain, Alina sedang membujuk Vivi.
"Aduhh, Vivi, kau kan tumbuh besar di luar negeri, kenapa ucapan kakakmu itu kau masukkan ke dalam hati?"
"Sudah, sudah, jangan marah yah."
"Di rumah ini masih ada tante keduamu. Tidak ada orang yang bisa mengusirmu!"
"Kau anggap rumah ini sebagai rumahmu sendiri saja. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Jangan pedulikan ucapan orang lain!"
"Kalau ada yang berani mengusirmu, tante keduamu akan ikut pergi bersamamu!"
Sambil berbicara Alina melirik Nara dengan tajam.
Dilihat dari gayanya kalau Nara benar-benar mengusir Vivi maka Alina pasti akan ikut pergi juga.
Saat Vivi melihat Nara pulang, ekspresinya yang tadi tersenyum langsung menjadi serius, matanya memerah dan dia mulai menangis sambil menutupi wajahnya. "Tante kedua, aku sudah benar-benar tak tahan lagi."
"Aku pulang ke sini juga karena aku ingin menemanimu tetapi kau lihat sendiri bagaimana cara kakak-ku itu berbicara."
"Dia menyuruhku keluar!"
"Aku benar-benar merasa malu untuk tinggal di sini lebih lama lagi."
"Tante kedua, kalau kau merindukan aku, kau bisa datang ke rumahku. Aku.. aku tidak akan pernah datang lagi.."
Setelah selesai berbicara Vivi langsung bangkit dan berlari.
Dengan cepat Alina meraihnya dan berkata dengan cemas, "Vivi, kau jangan marah."
"Kau dengarkan ucapan tante keduamu ini. Tidak ada orang yang mengusirmu!"
"Sungguh, tante kedua jamin!"
Vivi menggelengkan kepalanya: "Tante kedua, aku tahu kau menyayangiku."
"Tetapi, kau tidak setiap hari ada di rumah."
"Begitu kau tidak di rumah, kakak-ku pasti akan mengusirku."
"Dan si Reva itu juga dia sangat marah denganku dan ekspresinya seperti mau menelanku saja.'
"Aku benar-benar tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi."
"Kalau suatu hari nanti kau tidak di rumah, aku... aku takut mereka akan memukuliku!"
Alina sangat kesal dan langsung berdiri: Reva, kemari kau!"
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report