Bab 798

5 mutiara

Nara berkata dengan marah: "Kau juga tahu bahwa dia baru pulang ke Jakarta dan belum terbiasa dengan situasinya. Kalau begitu kenapa kau masih membiarkannya menyetir?"

"Kau sendiri yang tidak bisa mendisiplinkannya dengan benar sehingga terjadi masalah seperti ini, kan?"

Anissa langsung membeku.

Vivi cemberut, "Masalahnya juga sudah terjadi. Apa gunanya mengatakan hal ini sekarang?"

"Memang benar, Jayden memang telah membuat masalah tetapi itu tidak berarti suami yang tidak berguna itu menggunakan kesempatan ini untuk menipu uang keluarga kita, kan?" "Hmm, ini namanya merampok. Orang seperti ini memang paling keji!"

Nara menggertakkan giginya dengan marah: "Aku tidak ingin banyak omong denganmu!"

"Karena kalian tidak percaya kepada pengacara Finner dalam masalah ini, kalau begitu kalian selesaikan sendiri saja."

"Dan aku masih tetap dengan ucapanku tadi, aku hanya akan memberikan paling banyak 1.6 juta dolar saja!"

"Kalau lebih dari itu kalian bayar sendiri saja!"

Setelah mengatakan itu lalu Nara naik ke atas dengan marah.

Anissa tampak kesal: "Anak ini, kenapa jadi begini?"

Alina mengibas ngibaskan tangannya: "Haih, kau jangan masukkan ucapannya ke dalam hati.”

"Sekarang aku sudah tidak bisa mengaturnya lagi."

"Dia sudah terpesona dengan si Reva itu."

"Sudahlah, Nissa, mari kita cari cara untuk menyelesaikan masalah Jayden dulu."

Anissa langsung berkata, "Tidak apa-apa. Aku akan menelepon suamiku sekarang dan meminta pengacara di perusahaannya untuk menangani masalah ini."

"Hmm, kalau kali ini mereka tidak perlu 1.6 juta untuk biayanya aku akan lihat apa yang akan mereka katakan!"

Vivi juga langsung berkata: "Oh yah, barusan kak Nara juga sudah bilang bahwa dia hanya akan memberikan 1.6 juta dolar saja."

"Nantinya tidak peduli berapa banyak pun uang yang berhasil dinegosiasikan, dia tetap harus memberi kita 1.6 juta dolar!"

Wanita ini memiliki rencana cantik di hatinya. Dia berencana untuk menyimpan kelebihan uangnya untuk dirinya sendiri.

Anissa menelepon Spencer untuk segera mengatur pengacara di perusahaannya.

Anissa bersandar di sofa dengan senang hati: "Kak, suamiku memang paling bisa diandalkan."

"Firma hukum yang bekerja sama dengan perusahaan mereka di Jakarta juga merupakan firma hukum paling

terkenal di kota Carson."

"Pengacara disana pasti tidak ada masalah. Kau tunggu saja kabar baik dariku!"

Alina mengangguk- angguk dan menunggu dengan penuh harap.

Setelah lewat satu jam lalu Spencer meneleponnya.

Anissa langsung tersenyum: "Kak, aku rasa pasti sudah selesai ini."

Dia menjawab panggilan teleponnya dan terdengar suara Spencer yang marah dari ujung telepon sana, "Anissa, apa... apa yang telah kalian lakukan?" "Mengapa para pengacara di kota Carson tidak ada yang mau menangani kasus keluarga kita?"

Anissa tertegun: "Apa... apa maksudmu?"

Dengan cemas Spences berkata, "Aku barusan menelepon orang-orang di firma hukum itu tetapi mereka semua tak ada yang mau menangani kasus ini."

"Kemudian, aku mencari banyak firma hukum lainnya dan mengetahui hal ini melalui beberapa teman."

"Katanya semua orang yang ada di grup pengacara Carson sudah bersepakat untuk tidak menangani kasus keluarga kita!"

Anissa tercengang: "Bagai... bagaimana bisa seperti itu?"

Spencer mengerutkan keningnya: "Aku juga mendengar bahwa kau telah menyinggung seorang pengacara terkenal di kota Carson. Mereka mengatai kita di belakang sana. Apa ada hal seperti itu?" Ekspresi Anissa langsung berubah: "Yang benar saja? Baru.. barusan aku telah mengusir si pengacara Finner yang datang kesini tadi malam itu!"

Anissa menceritakan kembali apa yang terjadi sebelumnya.

Setelah mendengarkan hal ini lalu Spencer berkata dengan marah: "Aduhh, kau... kau ini kenapa bodoh sekali?"

"Uang ini kan bukan uang keluarga kita juga, untuk apa kau mempedulikannya?"

"Meski dia meminta 100 juta dolar sekalipun juga untuk apa kau harus menyinggung dia?"

Anissa berkata, "Kau ini sembarangan bicara saja."

"Uang ini milik kakakku."

"Si Finner dan Reva itu bersekongkol untuk menipu uangnya."

"Bagaimana mungkin aku bisa melihat kakakku dirugikan seperti itu?"

Spencer merasa tak berdaya. "Haihh, sudahlah lupakan saja. Aku akan mencari tahu lagi."

"Kau ini benar-benar deh. Terlalu suka ikut campur!"

Setelah menutup ponselnya, Anissa menjadi panik.

Kalau pengacara di kota Carson tidak ada yang mau menangani kasus ini maka itu akan merepotkan.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report