Menantu Dewa Obat

Bab 854

Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi semua orang langsung berubah.

Alina berkata dengan cemas: "Jayden, apa... apa kau lupa dengan waktunya?"

"Apa mungkin bukan di hari Senin?"

Tadinya Jayden gemetaran karena ketakutan tetapi dia langsung berkata, "Oh, ya, ya, aku salah ingat. Aku... aku juga sudah lupa hari apa."

"Aduhh, aku... aku terlalu bingung hari ini, jadi aku tidak bisa mengingat waktunya dengan jelas."

"Tetapi, aku memang melihat mereka yang saling berpelukan di gang yang ada di belakang rumah sakit..."

Axel mengerutkan keningnya. Dia bisa membaca bahwa Jayden sedang berbohong.

Namun saat masalahnya sudah berkembang hingga ke titik ini, dia juga tidak bisa maju untuk menyangkal Jayden lagi.

Barusan dia sudah berdebat dengan dokter Tanaka hingga seperti itu, kalau sekarang dia keluar dan menuding Jayden berbohong, lantas mau ditaruh di mana wajahnya?

Dengan dingin dokter Tanaka berkata, "Waktunya saja kau bahkan tidak bisa ingat dengan tepat, jadi siapa yang bisa mempercayai ucapanmu ini?"

Alina langsung berkata, "Otak keponakanku hari ini memang sedang sangat kacau. Untuk sementar dia tidak bisa mengingat waktunya, memang apa masalahnya dengan itu?” "Kenapa, cucumu telah merayu menantuku tetapi kalian malah jadi mencari-cari kesalahannya?"

Dokter Tanaka meliriknya, "Alina, kau dengarkan aku baik-baik yah."

"Semakin kau bersikap angkuh sekarang, semakin kau akan menangis nantinya!"

Alina langsung emosi: "Ehh bangkotan tua, kau mau menakuti siapa?"

"Dalam seumur hidupku, aku tidak pernah takut dengan siapapun. Kalau berani kau bunuh saja aku!"

Dokter Tanaka sama sekali tidak mempedulikannya. Lalu dengan dingin dia berkata, "Jayden, apa kau yakin bahwa kau melihat mereka di gang yang ada di belakang rumah sakit?" Jayden langsung mengangguk: "Ya, memang benar!"

"Meski aku tidak ingat dengan waktunya tetapi aku pasti tidak salah melihat!"

Dokter Tanaka mengangguk perlahan. "Oke, kalau begitu biar aku tanya kepadamu. Bagaimana kau menjelaskan tentang hal yang terjadi di rumah sakit?"

Jayden mendelik dan menatapnya, "Masalah apa?"

Dokter Tanaka: “Kau telah menggoda Devi, kemudian Devi menamparmu!”

1

Axel dan Nara terkejut. Ada masalah seperti ini?

Kali ini, ait muka Axel menjadi sangat buruk. Dia langsung tersadar bahwa masalah ini tidak sesederhana yang dia bayangkan.

Sekali lagi, dia telah tertipu oleh Jayden lagi.

Muka Jayden memerah lalu dengan marah dia meraung: "Kentut!"

"Siapa yang telah menggodanya?"

"Ehh pak tua, kau jangan sembarangan menuduh!"

Dokter Tanaka, "Kalau begitu kenapa kau ditampar oleh cucuku?"

Dengan marah Jayden berkata, “Aku mengenalinya sebagai wanita yang menggoda Reva, jadi aku ingin menasehatinya.”

"Tetapi akibatnya dia malah menjadi marah karena merasa malu lalu menampar aku!”

Alina merasa sakit di hatinya: "Haihh-, Jayden, kenapa... kenapa kau tidak memberitahu kami saat kau ditampar?"

"Sakit tidak?"

Jayden mengangkat kepalanya sambil berkata, "Tante kedua, tadinya aku pikir ini hanya masalah sepele jadi aku ingin menyelesaikan masalahnya sendiri."

"Oleh karena itu aku tidak memberitahu kalian."

"Tetapi tak disangka, mereka benar-benar tak tahu malu hingga berani datang ke rumah dan sembarangan menuduh orang. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi!"

Alina mengangguk - angguk: "Jayden, kau memang anak yang baik."

"Kau benar-benar sangat tulus terhadap keluarga kita!"

"Tenang saja, tante keduamu ada disini. Aku sama sekali tidak akan mengijinkan ada orang yang boleh menggertakmu!"

Dokter Tanaka mendengus dingin, "Alina, apa kau benar-benar percaya dengan kata-katanya?"

Alina langsung berkata, "Ini keponakan aku sendiri. Tentu saja aku percaya kepadanya!"

"Dokter Tanaka, apalagi yang bisa kau katakan sekarang?"

Dokter Tanaka tidak mempedulikannya. Dia hanya menatap lurus kepada Jayden dan berkata, "Jayden, aku mau tanya kepadamu. Apa kau berani bertanggung jawab atas semua hal yang barusan kau katakan?"

Jayden langsung menjawab: "Tentu saja aku berani. Mengapa aku harus takut?"

Dokter Tanaka mengangguk, "Oke! Sangat bagus!"

"Hehehe, Jayden, sepertinya kau belum tahu."

"Di luar kantor departemen Reva itu ada kamera CCTV."

"Selain itu, sistem pengawasan yang dipasang itu juga merupakan jenis kamera CCTV yang bisa merekam."

"Semua yang terjadi di koridor itu telah direkam."

"Kebetulan aku membawa video rekamannya saat aku datang ke sini. Bagaimana kalau kita menontonnya

dulu?"

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report