Bab 862

Awalnya Hana hanya ingin menghibur Alina tetapi ketika dia mendengar bantahannya, Hana langsung kesal.

"Lupakan saja, aku terlalu malas untuk berbicara dengan kau.”

"Kau lanjutkan saja untuk mempercayai mereka. Di kemudian hari kau pasti akan menderita!"

Alina memelototinya: "Diam!"

"Sepupumu telah sangat menderita kali ini. Tidak apa apa kalau kau tidak mau membantunya tetapi kau malah masih berani menyinyirinya?”

"Dalam situasi seperti tadi, kau tidak hanya tidak membela adik sepupumu tetapi kau bahkan menolak untuk memanggil ambulans?" "Hana, kenapa kau sama sekali tidak punya empati?"

Hana memutar matanya dan malas untuk mempedulikan mamanya. Lalu dia menyeret Hiro dan langsung masuk ke dalam rumah. Alina tampak cemberut. Dia duduk di ruang tamu sambil merajuk.

Anissa membawa Jayden ke rumah sakit dan setelah berkutat semalaman akhirnya Jayden baru bisa tinggak di rumah sakit dengan tenang. Keesokan harinya, pada pukul sepuluh pagi Anissa menelepon Vivi.

Vivi telah bermain bersama dengan Peter semalaman jadi dia masih menguap ketika sedang pergi ke rumah sakit.

Melihat situasi Jayden, Vivi langsung kesal: "Mengapa bisa menjadi seperti ini?"

"Siapa yang telah berani memukul adikku hingga menjadi seperti ini?"

Anissa menghela nafas dan menceritakan tentang kejadian semalam.

Vivi sangat marah sekali setelah mendengarkan cerita ini, "Ma, barusan kau bilang kakak aku dipukuli seperti ini di rumah tante kedua semalam?" Anissa mengangguk.

Vivi sangat marah: "Apa semua keluarga Shu sudah mati semua?”

"Adikku dipukuli hingga menjadi seperti ini dan tak ada satu orang pun dari mereka

yang membantu?"

"Apa yang seperti ini masih bisa dibilang saudara? Saudara macam apa ini?"

"Ma, kau lihatlah, dulu kau sangat baik kepada mereka, tetapi pada akhirnya orang. yang kau bantu itu sama sekali tidak mengingat lagi jasa budimu." Anissa menghela nafas, "Aihh, Vivi, kau juga jangan marah lagi.”

"Apa yang terjadi semalam memang salah Jayden."

Vivi langsung mengibaskan tangannya: "Ma, menurutku Jayden sama sekali tidak

salah!"

"Si Devi duluan yang memukul Jayden jadi wajar kalau Jayden marah dan ingin membalaskan dendamnya."

"Selain itu, kedua orang dari keluarga Tanaka itu juga baik-baik saja tetapi malah membawa anak buah ke sini untuk mencari masalah."

"Sedangkan Jayden? Mereka menanggalkan semua giginya!"

"Jelas - jelas mereka sedang mengintimidasi orang!"

Anissa tampak sedikit bingung dan ragu sejenak lalu dengan suara rendah berkata, "Vivi, kau tidak bisa berkata seperti itu. Kali ini memang Jayden yang berbohong." "Dia berbohong yang mengakibatkan terjadinya konflik antara keluarga Shu dengan keluarga Tanaka sehingga membuat keadaannya semakin bertambah buruk." Vivi: Ini semua tidak penting."

"Kali ini, keluarga Tanaka datang ke rumah untuk membuat onar. Keluarga Shu tidak hanya tidak membantu tetapi mereka bahkan masih mengusirmu." "Ma, apa kau masih tidak sadar?"

"Orang orang di keluarga Shu ini semuanya meremehkan kita. Mereka hanya ingin menggunakan kesempatan kali ini untuk sepenuhnya memutuskan hubungan dengan kita!" "Hmm, keluarga Shu sudah kaya sekarang jadi mereka meremehkan kita, saudaranya yang miskin ini."

"Dulu waktu aku masih tinggal di rumah mereka, Nara dan Hana sudah sering kali mengusir aku."

"Axel juga sama, dia bersikap angkuh dan tidak pernah menunjukkan ekspresi yang

ramah terhadap Jayden dan aku.”

"Yang paling penting adalah Reva, si menantu sampah yang telah berani mengatur

atur kita!"

"Keluarga ini hanyalah sekelompok orang yang tidak tahu membalas budi, tak ada satupun dari mereka yang benar-benar baik!"

Anissa menggaruk – garuk kepalanya. Dia bukan orang yang memiliki prinsip sendiri.

Setelah mendengar hasutan putrinya, dia langsung merasa kesal dengan keluarga Shu.

"Aih, kehidupan sosial di masyarakat memang seperti itu."

"Saat kau kaya, orang yang tidak kau kenal pun akan menyapa dan membungkuk dengan hormat kepadamu.”

"Dan saat kau miskin, bahkan saudara sendiri pun akan membencimu."

"Bagaimana caranya seseorang bisa melupakan jasa dan budi orang lain?"

Anissa menghela nafas dengan sedih.

Vivi menggertakkan giginya: "Hmm, nantinya mereka juga tetap harus membayar atas apa yang telah mereka lakukan!"

"Ma, kau tunggu dan lihat saja. Aku akan membuat mereka semua menyesal!"

Anissa membeku sesaat, "Vivi, kau... kau mau apa?"

"Kau jangan melakukan hal yang bodoh!"

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report