Menantu Dewa Obat -
Bab 866
Menantu Dewa Obat
Bab 866
Nara mengerutkan keningnya, ucapan Ramiro terlalu sombong.
"Maaf sekali, belakangan ini aku sedang tidak enak badan jadi dokter bilang aku tidak boleh minum alkohol."
Nara menolak lagi.
Ramiro meletakkan gelas anggurnya dan tampak muram. Dia menatap Nara dengan setengah tersenyum lalu berkata, "Nona Shu, kau tidak boleh minum atau tidak menghargai aku?"
Vivi langsung sengaja memprovokasi lagi dengan kata-katanya, "Kak, kau tidak enak badannya dimana?"
"Kenapa aku tidak tahu?"
Nara menatap Vivi dengan tatapan galak, "Tuan muda Permana, aku benar-benar minta maaf."
"Aku benar-benar sedang tidak enak badan..."
Ramiro langsung meletakkan gelas anggurnya di atas meja lalu dengan dingin berkata, "Nona Shu sangat sombong sekali!"
"Aku sudah mengajakmu untuk bersulang secara pribadi tetapi kau bahkan masih menolaknya."
"Ckckck... sepertinya kau benar-benar meremehkan sepuluh keluarga terpandang kita!"
Para pemuda yang berada di sampingnya langsung menoleh dengan marah. Mereka juga merupakan antek - antek Ramiro jadi wajar kalau mereka juga ikut menunjukkan sikap marah. Nara mengernyitkan keningnya: "Tuan muda Permana, aku benar-benar sedang tidak enak badan."
Robin langsung berkata, "Karena kau sedang tidak enak badan bagaimana kalau aku membantumu pergi untuk beristirahat dulu."
"Ayo, kalian lanjutkan bersenang-senangnya yah. Aku akan mengajak nona Shu pergi untuk beristirahat dulu!"
Setelah selesai berbicara, Ramiro langsung mengulurkan tangannya untuk meraih Nara.
Dengan cepat Nara langsung mundur lalu dengan terburu-buru dia berkata: "Tuan muda Permana, aku... aku bisa pulang sendiri!”
Ramiro tampak malu. Nara yang terus menolak ajakannya membuat dia merasa sangat malu.
Sejak papanya diangkat menjadi kepala keluarga Permana, dia belum pernah bertemu dengan situasi seperti itu. Jadi dia merasa Nara telah meremehkan dirinya.
Dia langsung merasa kesal lalu dengan dingin berkata, "Nona Shu sedang tidak enak badan, jadi bagaimana aku bisa tenang kalau membiarkan kau pulang sendiri?"
"Ayo, mari nona Shu, aku akan membawamu ke atas hotel untuk beristirahat."
Setelah mengatakan itu lalu dia maju selangkah dan mendesak Nara ke pojokan.
Dia merentangkan tangannya dan siap memeluk Nara dengan paksa.
Menghadapi tindakan Ramiro yang sembarangan membuat Nara merasa malu sekaligus marah.. Lalu tanpa pikir panjang dia langsung menampar Ramiro. Ramiro tertegun sejenak. Ekspresinya langsung berubah: "Dasar jalang, kau berani memukul
aku?"
Para pemuda kaya lainnya juga langsung berdiri dan menatap Nara dengan marah.
Vivi pura
pura berkata dengan cemas: "Aihh, kak, apa...apa yang kau lakukan?"
"Tuan muda Permana sudah berbaik hati ingin membantumu. Tetapi mengapa kau malah memukulnya?"
"Selain itu, kau tidak seharusnya menampar wajah orang lain. Kau... kau terlalu berlebihan dengan menampar seperti itu!"
Ucapannya ini langsung membuat Ramiro emosi.
Dengan ekspresi beringas dia menunjuk ke Nara dan mengutuk dengan marah: "Dasar jalang, apa kau benar-benar mengira dirimu hebat?"
"Sebagai salah satu pewaris dari sepuluh keluarga terpandang, apa aku masih kurang pantas untukmu?"
"Sialan, aku sudah mengajakmu untuk minum dan bersulang. Tidak masalah kalau kau tetap menolak dan tidak menghargai aku tetapi kau bahkan berani memukul aku?" "Kalau hari ini aku tidak memberimu pelajaran, mau taruh dimana harga diriku ini?"
Sambil berbicara, Ramiro mengulurkan tangannya untuk meraih Nara.
Nara terkejut dan langsung memberontak.
Tanpa sengaja dia mengambil cangkir yang ada di atas meja kemudian langsung membenturkannya ke kepala Ramiro. Akibatnya kepala Ramiro langsung berdarah. Pada saat ini, semua orang langsung dibuat terkejut.
Diam-diam Vivi merasa bahagia. Hasil ini jauh melebihi dari apa yang diharapkannya!
Semua orang ikut tertegun untuk sementara lalu Ramiro meraung dengan marah: "Sialan, dasar jalang, sudah bosan hidup kau!"
"Aku berbicara baik-baik denganmu tetapi kau malah menganggap aku sebagai orang bodoh?"
"Oke, hari ini aku akan membuatmu melihat siapa aku ini!"
"Dasar brengsek, pegangi dia. Aku akan melakukannya dengan dia hari ini disini!"
Beberapa pemuda itu langsung bergegas menghampiri dan siap untuk memegang Nara.
Pada saat ini tiba-tiba pintu kamar ditendang terbuka dan Reva masuk dengan ekspresi dingin.
Semua orang yang ada di ruangan itu langsung terkejut.
Robin menunjuk Reva sambil mengutuk. "Siapa kau? Keluar kau dari...
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report