Menantu Dewa Obat -
Bab 894
Menantu Dewa Obat
Bab 894
Sebelumnya ketika mereka ditangkap, dengan bangga Vivi mengumumkan hubungan dia dengan
Desmond.
Di dalam hatinya Axel sangat benci sekali dengan Vivi.
Pada saat itulah baru Alina teringat bahwa Vivi yang telah membawa keluarga Perman masuk ke rumahnya. Dan Vivi jugalah yang telah membubuhkan racun di makanan mereka.
Dia langsung merosot di lantai, sambil menghela nafas dan air mata yang berlinang dia mendesah, "Haih~~ anak ini, mengapa... mengapa dia bisa melakukan hal bodoh seperti itu?" Axel berkata dengan marah, "Apa dia bodoh?"
"Dia itu benar-benar jahat!"
"Dia sudah lama pulang ke negara ini dan keluarga kita juga memperlakukannya dengan sangat baik."
"Semua makanan dan kebutuhnannya kita sediakan. Kita juga berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pekerjaan papanya.”
"Sedangkan mereka, bisanya hanya membuat onar dan menimbulkan masalah untuk keluarga kita saja."
"Kali ini, hampir saja dia mencelakai kita semua, apa kau masih tidak bisa melihat bagaimana orangnya?"
"Alina, Alina, akuu benar-benar belum pernah melihat orang yang sebodoh kau!"
Dengan marah Nara berkata, "Ma, lain kali kau tidak boleh lagi berhubungan dengan mereka."
"Kalau ini diteruskan lagi, cepat atau lambat keluarga kita pasti akan mati di tangan mereka!"
Alina menghela nafas dengan sedih, dia masih merasa sedikit enggan.
Dan bersamaan dengan ini tiba-tiba sebuah suara terdengar dari luar.
Semua orang langsung keluar dan mendapati Vivi yang terbaring di atas retumputan halaman depan.
Tangannya terikat dan mulutnya diplester dengan selotip. Dia meronta - ronta dan menatap Alina untuk meminta bantuan.
"Aduhh, Vivi, apa.... apa kau baik-baik saja...?" seru Alina.
Dan baru saja berjalan dua langkah, dia sudah langsung ditarik kembali oleh Axel.
"Reva, usir dia dari sini!"
"Katakan kepada satpam villa Rose garden, lain kali jangan ijinkan sampah seperti ini masuk ke sini lagi!" ujar Axel dengan suara lantang. Alina menjadi cemas: "Axel, apa kau sudah gila?"
"Dia hanya seorang perempuan. Kalau malam – malam begini kau usir dia, ba... bagaimana kalau dia ketemu dengan orang jahat?" Dengan dingin Axel berkata, "Apa ada orang yang lebih jahat darinya di dunia ini?"
"Selain itu, apa yang bisa dilakukan oleh orang jahat kepadanya?"
"Dia saja sudah bisa menemani Desmond, si bajingan tua itu. Hal-hal apalagi yang tidak bisa dia lakukan?"
"Alina, aku peringati yah, kalau kau berani membantunya lagi maka kau juga harus keluar dari sini bersama dengan dia!"
"Dan mulai saat itu, jangan pernah berpikir untuk bisa kembali ke rumah ini lagi!"
Alina menangis: "Axel, tetapi dia adalah keponakan aku."
"Ma... Mamanya memperlakukan kita dengan sangat baik di waktu lalu, kita tidak bisa melupakan kebaikannya..."
Axel sangat marah. Dia membalikkan badannya dan langsung menampar wajahnya: "Kalau kau berani membahas masalah ini lagi, keluar saja kau!"
"Apa karena mamanya telah memperlakukan kita dengan baik, lantas dia bisa mencelakai kita sekeluarga?"
"Untung saja Tiger menyelamatkan kita malam ini. Kalau saja Tiger tidak tahu tentang masalah ini, kemungkinan besar kita semua sudah tenggelam di dasar sungai Carson sekarang!" "Alina, Alina, apa kau harus menyiksa dan membuat keluarga kita hancur batu kau merasa puas?!"
Alina menutupi wajahnya dan tidak berani berbicara. Dia hanya bisa menatap Nara untuk meminta bantuannya.
Nara menghela nafas: "Reva, bagaimana kalau kau lepaskan talinya dan usir dia pergi."
"Sekalian beritahu kepada para satpam juga bahwa mulai sekarang tidak ada seorang pun dari keluarga mereka yang diperbolehkan untuk masuk ke villa Rose Garden lagi!" Axel mendengus dingin namun akhirnya dia tidak mengatakan apapun.
Reva mengangguk. Lalu dia berjalan menghampiri dan melepaskan tali yang mengikat Vivi.
Saat ini Vivi tidak berani mengatakan apa dengan kepala tertunduk.
apa lagi. Dia meninggalkan rumah keluarga Shu
Setelah berjalan keluar dari villa Rose Garden, dia berjongkok di pojokan dan menangis dengan sangat sedih.
Setelah mengalami kejadian yang hampir saja membuat nyawanya melayang, akhirnya dia mulai menyesali semua perbuatannya.
Namun, sudah terlambat baginya untuk menyesal sekarang.
Setelah terduduk lama di tempat itu tiba-tiba dia teringat dengan sesuatu lalu dengan cepat dia mengeluarkan ponselnya dan menemukan nomor kontak Peter. "Peter, ini aku, kau... kau dimana?'
"Aku pergi ke tempatmu sekarang. Ternyata aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku sangat mencintaimu!"
"Peter, kau tunggu aku yah, aku akan segera ke sana..."
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report