Menantu Dewa Obat -
Bab 911
Bab 911
Nara menarik nafas dalam dalam dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Pa, Ma, aku mau tanya kepada kalian!"
"Apa kalian memakai uang dari perusahaan konstruksi?"
Keduanya terperanjat dan mereka berteriak dengan marah secara bersamaan: "Kentut!"
"Sembarangan saja!"
"Bagaimana mungkin kita memakai uang dari perusahaan konstruksi?"
"Apa yang kita lakukan dengan uang perusahaan konstruksi?"
"Kami adalah orang tuamu, masa kau tidak percaya kepada kami?"
Nara terdiam: "Bukannya aku tidak percaya dengan kalian, hanya saja... perusahaan konstruksi itu sudah mengeluarkan terlalu banyak uang. Aku harus mencari tahu kemana perginya uang itu." "Pa, Ma, tidak bisa seperti ini terus."
"Kalau perusahaan konstruksi mengeluarkan uang seperti ini lagi, kemungkinan besar proyek ini tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa pada akhirnya!"
Axel dan Alina tentu tidak mau tahu tentang masalah ini sekarang. Bagi mereka yang terpenting adalah tindakan mereka tidak terungkap.
Lalu keduanya bertengkar lagi agar Nara tidak dapat melacaknya sehingga mau tak mau dia harus menyerah.
Setelah kembali ke kamarnya lalu Axel dan Alina segera menelepon Hiro.
"Hiro, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Mengapa perusahaan konstruksinya bisa menghabiskan begitu banyak uang?"
Tanya Axel dengan cemas.
Dengan tak berdaya Hiro berkata, "Pa, Ma, untuk membangun villa yang elegan dan mewah tentu saja akan menggunakan banyak uang."
"Untuk membeli batu yang menghiasi dinding eksterior itu saja sudah harus menghabiskan 100 juta dolar lebih."
"Ongkos pemasangan batunya pun jauh lebih tinggi dari harga bahan dan material batunya."
"Dan juga pepohonan di luar sana termasuk dengan ubin di dinding serta desain keseluruhannya. Yang mana dari mereka yang tidak memerlukan biaya?" “Kalau hanya bicara saja sih gampang, tetapi untuk melakukan hingga yang terbaik itu tidak mudah!"
Axel tidak mengerti tentang semua ini jadi dia hanya menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. "Apa semua ini sangat mahal?"
"Apa.. apa tidak bisa membeli yang lebih murah?"
Hiro: "Ini sudah yang murah."
"Dalam dua tahun terakhir ini, semua harga harga material meningkat. Aku juga benar-benar tak berdaya."
Alina memikirkannya sejenak dan berkata, "Tetapi, aku lihat ada beberapa pengeluaran di catatan keuangannya, dan itu bukan untuk pembelian bahan dekorasi."
"Di akun juga tercatat ada pembelian di toko-toko bermerek. Apa yang terjadi dengan hal itu?"
Axel langsung menatap Hiro.
Hiro menghela nafas, "Ma, aku mau jujur yah, sebagian besar uang itu dihabiskan oleh Hana."
"Kau juga tahu bahwa Hana tidak sama dengan kak Nara."
"Dia tidak seperti kak Nara yang memimpin sebuah perusahaan dan memiliki uang di tangannya. Sehingga dia dapat membeli apa saja yang dia inginkan." "Hana tidak punya pekerjaan, tidak punya uang dan pakaiannya sehari-hari pun sangat lusuh.”
"Dulu aku tidak mampu memberikan apapun yang dia inginkan."
"Dan sekarang akhirnya aku sudah punya uang sehingga aku ingin membelikan dia sesuatu yang bagus."
"Aihh, aku juga terlalu kalap atas hal ini."
"Pa, Ma, kalian... kalian marahi aku saja... aku... aku memang tidak seharusnya..."
Ucapannya ini tidak hanya tidak membuat Axel dan Alina marah tetapi malah membuat keduanya merasa senang.
Setidaknya Hiro memperlakukan Hana dengan baik dan ini adalah hal yang paling penting.
"Aihh, anak ini, Hiro, kau ini terlalu baik dan murah hati!"
"Sudahlah, kita semua juga masih satu keluarga. Hanya mengeluarkan uang sedikit saja juga bukan masalah yang besar."
"Tetapi mulai sekarang usahakan jangan mengambil uang dari perusahaan lagi. Kalau ketahuan akibatnya akan buruk, apa kau paham?" ujar Axel.
Hiro mengangguk - angguk dan berkata, "Maafkan aku, pa, ma. Gara-gara aku jadinya kalian ikut terlibat juga dalam masalah ini."
Sambil mengibaskan tangannya Alina berkata, "Aduhh, kita semua kan satu keluarga jadi kau
tidak perlu sungkan seperti itu."
Hiro tersenyum lalu berkata, "Oh yah, Pa, Ma, ngomong membeli barang untuk dirinya sendiri saja."
ngomong Hana juga tidak hanya
"Pa, jam tangan dan perhiasan mama itu juga semuanya dibeli oleh Hana untuk kalian!"
"Haihh, Hana ini sebenarnya anak yang sangat berbakti."
"Saat dia membeli barang untuk dirinya sendiri, dia juga terus bergumam bahwa papa dan mamanya juga harus dibelikan ini dan itu. Dia selalu memikirkan kalian dulu sebelum membeli
sesuatu."
Mendengar ucapannya ini, senyum Axel dan Alina semakin lebar. Semakin lama menatap Hiro, mereka merasa semakin senang melihatnya.
Lalu dengan penuh rasa emosional Alina berkata, "Aduhh, kalau saja Nara bisa berbakti seperti Hana pasti akan bahagia sekali aku!"
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report