Bab 919

Reva menutup teleponnya setelahitu dia menelepon Nara dulu untuk mendiskusikan masalah itu dengannya.

Setelah Nara mendengarnya, dia sangat marah sekali sehingga hampir saja memaki, “Mereka masih berani memintamu untuk mencari dokter Tanaka?"

"Masalah yang terjadi pada waktu itu saja tidak hanya membuat mereka malu tetapi juga kita. Lantas bagaimana caranya kita bisa mencari dokter Tanaka sekarang?" "Reva, ba.. bagaimana kau mau mengurusi masalah seperti ini?"

Reva menghela nafas, "Aku tahu maksudmu."

"Tetapi, kalau masalah ini kita hanya duduk diam saja."

"Dengan karakter tante ketigamu itu, dia pasti akan mengingat dendam ini dan sangat membenci kita di kemudian hari."

"Apalagi ditambah dengan hubungan mama-mu dengan tante ketigamu, pada saat itu masalahnya pasti akan semakin runyam dan merepotkan."

"Selain itu, dia juga sepupumu sendiri. Kalau memang masih bisa diselamatkan, kau juga tidak bisa melihatnya diamputasi begitu saja!"

Begitu semua ucapan ini dilontarkan, Nara tak bisa menahan diri untuk diam.

Setelah beberapa saat lalu dia menghela nafas dan berkata, "Reva, aku tahu kau melakukan semua ini demi

untuk kebaikanku."

"Tetapi, dengan melakukan ini, juga... juga terlalu menyusahkanmu!"

Reva tersenyum dengan lembut, "Aku kan seorang pria, susah apanya?"

"Baiklah, biar aku kasih tahu yah, yang penting adalah nanti kau ikut aku ke rumah sakit saja."

"Tadi saat mama berbicara, sepertinya dia tampak ragu-ragu. Aku rasa situasinya tidak sesederhana itu!"

-

Dengan suara berat Nara berkata, "Apa jangan jangan ada sesuatu yang tak beres lagi dengan dia?"

"Aahh, sudahlah, nanti aku ikut kau pergi ke rumah sakit saja!”

Reva tidak menelepon dokter Tanaka karena dia tahu bahwa dokter Tanaka pasti tidak akan bersedia.

Oleh karena itu, dia langsung menghubungi dokter Akio,

Meskipun dia dan dokter Akio tidak sering bertemu tetapi dokter Akio sangat menghormati Reva.

Dokter Akio langsung setuju untuk merawat Jayden setelah mendengar ucapan Reva.

Reva juga langsung beberes kemudian pergi ke rumah sakit.

Dia tidak pergi merawat sendiri pasiennya karena dia tidak ingin memperlihatkan keahlian medisnya di depan orang-orang ini agar tidak menimbulkan banyak masalah. Di rumah sakit, Spencer dan yang lainnya sedang menunggu dengan cemas.

Setelah lewat setengah jam, mau tak mau Vivi berkata, "Ma, si Reva ini belum menelepon balik juga, apa.... apa dia hanya sengaja menghibur kita saja?"

"Dia sama sekali tidak punya niat untuk memohon bantuan dokter Tanaka. Dia hanya sengaja menunda waktu dan berharap Jayden diamputasi anggota tubuhnya, kan?" Anissa menggaruk kepalanya, "Masa sih?"

"Reva.. barusan dia sudah setuju. Seharusnya dia tidak akan melakukannya seperti itu, kan?"

Vivi berkata dengan marah, "Kalau sudah setuju, seharusnya dia cepat-cepat temukan orangi

"Ini sudah lama sekali tetapi masih belum ada juga kabar darinya. Apa maksudnya ini?"

"Terlepas apakah dokter Tanaka mau datang atau tidak, seharusnya dia memberitahukannya kepada kita. kan?"

"Namun satu panggilan telepon dari dia pun tak ada, apa maksudnya ini?"

Anissa juga menjadi agak panik, "Iya yah, kenapa kenapa sudah lama sekali masih belum ada kabar beritanya?"

"Bagaimana kalau aku telepon dan tanyakan kepadanya lagi?"

Vivi mencebikkan bibirnya, "Masih mau tanya apalagi?"

"Aku rasa dia memang sengaja ingin mempermainkan kita saja!"

"Ma, kau tidak bisa percaya kepada Reva!"

"Setelah terjadi keributan pada masalah waktu itu, apa menurutmu dia masih mau membantu Jayden?"

"Mungkin dia malah berharap agar Jayden cepat mati!"

Mata Anissa menunjukkan tatapn galak, "Dia berani?"

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Jayden, aku.. aku tidak akan pernah memaafkannya!"

Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara riuh rendah dari jauh.

Semua orang mendongak dan melihat ada beberapa pria berjas putih sedang berjalan menghampiri seorang pria tua.

Beberapa perawat di dekatnya segera bergegas untuk menyambutnya, "Ya Tuhan, kenapa dekan rumah sakit datang ke sini?"

Beberapa wakil dekan juga ada disini, ada apa ini?"

"Siapa pria tua yang di tengah itu? Kenapa dekan rumah sakit memperlakukannya dengan sangat hormat?"

-Tidak tahu juga, aku belum pernah melihatnya. Tetapi aku rasa dia pasti orang yang hebat dan terkenal, kalau tidak siapa yang bisa membuat dekan rumah sakit bersikap begitu hormat? Bagaimanapun juga rumah sakit kita merupakan salah satu rumah sakit ternama dari tiga rumah sakit terkenal di kota ini."

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report