Bab 384 Kepercayaan Handoko

+15 BONUS

Ardika berkata dengan acuh tak acuh, “Pukul, ya pukul saja. Apa lagi yang bisa kukatakan? Lagi pula, hari itu saat berada di vila nomor sembilan Kompleks Vila Cempaka, kamu juga sudah pernah dipukul.”

“Ah! Dasar sialan! Aku benar–benar ingin membunuhmu!”

Begitu mendengar ucapan Ardika, Rina benar–benar kesal setengah mati.

Jiko berkata dengan marah, “Ardika, berani–beraninya kamu bersikap arogan di hadapan kami! Apa

kamu benar–benar berpikir kamu sudah sangat hebat?! Hari itu, begitu keluar dari Kompleks Vila Cempaka, kami langsung pergi menemui tiga keluarga besar. Kepala keluarga tiga keluarga besar

sendiri mengatakan kamu adalah pecundang!”

Ternyata itu adalah alasan ibu dan anak itu berani bersikap arogan di hadapan Ardika.

“Plak!”

Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah Jiko dan berkata, “Tadi istriku sudah mengatakan jangan memanggilku pecundang lagi! Apa kalian nggak mengerti ucapan manusia?!”

“Jiko, minta Elsy untuk memanggil petugas keamanan ke sini! Ardika, hari ini kamu sudah pasti akan mati! Para petugas keamanan Grup Bintang Darma pernah menjalani pelatihan tentara khusus. Murid-

murid Sekolah Bela Diri Wakanda saja bukan tandingan mereka. Hari ini aku akan meminta mereka

untuk memukulmu sampai cacat, bahkan sampai mati sekalian!”

Saking kesalnya, Rina terus berteriak dengan keras dan meminta putranya untuk segera menelepon Elsy.

“Nggak perlu telepon lagi, dia sudah datang,” kata Ardika dengan acuh tak acuh saat melirik Elsy yang sedang berjalan ke sini dari arah belakang mereka.

Elsy segera menghampiri Ardika dan bertanya, “Pak Presdir, ada apa?

“Presdir? Bukankah presdir perusahaan ini bernama Raka?!”

Jiko dan Rina langsung tercengang.

Elsy tampak ragu untuk berbicara.

Dia bahkan tidak memberi tahu Jiko dan Rina bahwa Ardika adalah Raka.

Ardika berkata dengan acuh tak acuh, “Aku adalah Raka, aku juga yang menempatkan Elsy pada jabatan

manajer umum. Tapi, kalian malah mau menyuruhnya memanggil petugas keamanan untuk

memukulku? Benar–benar konyol.

Rina buru–buru bertanya, “Elsy, apa ucapannya benar?”

Elsy tidak menjawab, tetapi ekspresi kesulitan wanita itu sudah menjelaskan segalanya.

#15 BONUS

Ekspresi Rina dan Jiko langsung berubah menjadi pucat pasi.

Ternyata Ardika adalah Raka?!

Raka yang bahkan berani memprovokasi tiga keluarga besar!

Kalau dibandingkan dengan tiga keluarga besar, mereka bukan apa–apa.

Rina segera membungkukkan badannya dan berkata, “Maaf, Ardika, aku nggak tahu….”

“Pergi sana!”

Ardika hanya melirik ibu dan anak itu dengan sorot mata dingin.

Karena tadi Luna sudah menampar Rina, Ardika juga sudah malas untuk memberi pelajaran kepada mereka lagi.

Tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun lagi, mereka langsung berbalik dan pergi.

“Pak Ardika, maaf

Elsy ingi

ingin memberi penjelasan, tetapi Ardika melambaikan tangannya untuk menyela wanita itu, “Ibu dan anak itu, yang satu berhati dingin, yang satu nggak bisa apa–apa. Kamu hanya menyiksa dirimu sendiri dengan menjadi anggota keluarga mereka. Aku nggak akan berkomentar panjang lebar lagi.”

Elsy adalah istri sahabatnya. Karena menemui jalan buntu, wanita itu baru menikah lagi dengan Jiko.

Ardika bermaksud meminta Elsy untuk bercerai dengan Jiko.

Namun, dia tidak bisa mengutarakan hal itu secara langsung.

“Saat itu, demi menyelamatkan Livy, keluarga Jiko mengeluarkan ratusan juta untuk biaya pengobatan Livy. Selain itu, ayah Jiko juga sampai menggerakkan relasinya dalam hal ini. Walau aku tahu mereka melakukan semua ini karena aku, aku tetap mengingat budi baik keluarga mereka.”

Walaupun dia mengerti apa yang dimaksud oleh Ardika, tetapi Elsy tidak menerima saran itu.

“Oke, kamu putuskan sendiri saja. Aku pergi dulu.”

Setelah melambaikan tangannya, Ardika langsung meninggalkan gedung perusahaan. Saat ini, dia sendiri juga sedang pusing, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain.

Tadi, Luna marah padanya, dia sedang pusing memikirkan bagaimana caranya untuk memberi penjelasan kepada istrinya.

Ardika tidak tahu, amarah Luna padanya hanya sesaat saja. Buktinya saja Luna sangat peduli pada Ardika dan sudah meminta Tina mengatur pekerjaan untuk suaminya.

Begitu kembali ke Vila Cakrawala, Ardika berniat untuk menemui Luna dan memberi penjelasan kepada Istrinya.

+15 BONUS

Namun, dia malah melihat istrinya sudah mengendarai mobil keluar dengan ekspresi muram.

“Handoko, kamu masih bisa bermain game dengan santai? Ada apa dengan kakakmu?

Melihat adik iparnya masih bisa memainkan game dengan santai, Ardika langsung menepuk kening

Handoko.

“Aduh!”

Setelah merintih kesakitan, Handoko mengusap–usap jidatnya dan berkata dengan kesal “Kak Ardika, kenapa kamu memukulku? Lagi pula, bukankah ada kamu? Selama kamu turun tangan, semua masalah. akan terselesaikan? Untuk apa aku perlu khawatir?”

“Jangan beromong kosong lagi. Cepat katakan padaku apa yang terjadi!” kata Ardika dengan kesal.

Kalau Desi dan Luna bisa memercayainya seperti Handoko, maka tidak akan begitu merepotkan lagi.

“Sepertinya penyewaan gedung perkantoran bermasalah.”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report