Menantu Pahlawan Negara by Sarjana -
Bab 470
Bab 470 Penanganan Khusus
“Ardika, apa maksudmu?!”
Ekspresi Xavier langsung berubah menjadi muram.
Ardika berkata sambil tersenyum tipis. “Aku datang ke sini untuk mengurus perceraian dengan istriku, apa hubungannya denganmu? Untuk apa kamu tergesa–gesa datang ke sini? Apa kamu senang melihat istriku menangis?”
“Jangan berbicara omong kosong! Aku nggak bermaksud datang mentertawakan Luna!”
Melirik Luna yang sangat sedih tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Xavier buru–buru melontarkan
bantahan.
“Oh? Bukan datang untuk mentertawakannya? Kalau begitu, untuk apa kamu datang ke sini?”
“Aku datang ke sini untuk mewakili Luna menyampaikan satu kalimat untukmu.”
Xavier tersenyum, lalu menunjukkan sikap layaknya seorang pemenang dan berkata dengan perlahan,” Berpisahlah baik–baik dan melewati kehidupan masing–masing dengan baik.”
Dia merasa kalimat ini sangat cocok untuk situasi Luna dan Ardika saat ini.
“Xavier, kalau begitu, aku juga akan menyampaikan satu kalimat untukmu.”
Ardika juga tersenyum.
“Katakan saja,” kata Xavier dengan tenang. Menurutnya, terlepas dari apa pun yang dikatakan oleh Ardika, tetap tidak akan bisa mengubah situasi saat ini. Hari ini, pria itu tetap akan bercerai dengan Luna.
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, “Hari ini, perceraian ini nggak akan bisa dilakukan.”
Xavier tertegun sejenak, lalu mendengus dingin.
“Ardika, apa kamu sedang bercanda? Kamu dan Luna sudah berada di kantor catatan sipil. Bagaimana
mungkin kalian nggak bisa bercerai?”
Kemudian, dia menunjuk ke arah loket dan berkata, “Coba kamu lihat sendiri, pasangan suami istri yang mana di antara pasangan–pasangan suami istri itu yang nggak bisa bercerai?”
“Aku bilang nggak bisa, ya nggak bisa. Mungkin saja negara kita nggak mengizinkanku bercerai dengan Luna,” kata Ardika sambil tersenyum.
Kali ini, bahkan Amanda sekeluarga pun tertawa.
“Ardika, terima saja takdirmu. Kamu nggak perlu mengatakan negara kita nggak mengizinkanmu
bercerai dengan Luna. Apa kamu pikir kamu adalah seorang tokoh penting?”
“Jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!”
Tidak ada seorang pun yang menganggap serius ucapan Ardika.
Mereka hanya merasa pria itu sudah terbiasa berbicara omong kosong.
Xavier juga sudah dibuat kesal hingga tertawa oleh Ardika. Tiba–tiba, dia mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Begini saja, kalian semua pasti sudah lama menunggu. Sekarang aku akan meminta bantuan relasiku untuk mencari orang, agar memberi kallan penanganan khusus. Dengan begitu, urusan perceraian kalian bisa lebih cepat selesai dan kita semua bisa pulang untuk makan siang.”
“Oke, kalau Xavier bisa menemukan orang untuk membantu proses perceraian ini, tentu saja lebih baik. Kami memang sudah lama menunggu.”
Amanda adalah orang pertama yang mendukung saran Xavier.
Dia merasa tidak ada salahnya Xavier meminta bantuan relasi, agar mereka bisa mendapatkan penanganan khusus dan proses perceraian ini bisa lebih cepat berakhir.
Ardika hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk menghentikan Xavier.
‘Dasar bodoh!‘ seru Ardika dalam hati.
“Halo, Pak Dendi, ya? Aku adalah Xavier. Sebelumnya, kita pernah makan bersama di ibu kota provinsi.”
“Ya, sekarang aku sedang berada di kantor catatan sipil Kota Banyuli. Aku ingin meminta bantuan kecil”
“Oh, baguslah kalau begitu. Setelah urusan ini selesai, kita makan siang bersama.”
Tak lama kemudian, Xavier meletakkan ponselnya, lalu tersenyum pada Ardika dan berkata, “Aku sudah menghubungi Pak Dendi, Dendi Tomiko, Ketua Kantor Catatan Sipil Kota Banyuli. Apa kamu tahu apa
katanya?”
“Dendi? Sepertinya aku ingat.”
Kalau Ardika tidak salah ingat, sepertinya orang itu adalah adik sepupu jauh Sigit.
Dia bertanya dengan santai, “Apa kata Pak Dendi?”
Xavier berkata dengan sedikit bangga, “Pak Dendi mengatakan bahwa dia akan datang, lalu secara pribadi mengawasi bawahannya mengurus perceraian kalian.”
“Ardika, apa kamu masih merasa hari ini perceraian ini nggak bisa dilakukan?”
Melihat hanya dengan satu panggilan telepon, Xavier bisa mengundang ketua kantor catatan sipil ke sini secara pribadi, Desi makin puas pada “calon menantunya” itu.
Tentu saja, Amanda sekeluarga segera memanfaatkan kesempatan ini untuk memuji–muji Xavier.
Namun, tepat pada saat ini, Ardika tiba–tiba berkata, “Jangankan ketua kantor catatan sipil Kota Banyuli
2/4
yang datang ke sini, bahkan ketua kantor catatan sipil pusat yang datang ke sini pun, aku bilang nggak bisa bercerai, tetap nggak akan bisa berceral.”
Dalam sekejap, semua orang terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak–bahak.
Kali ini, mereka bahkan sudah malas menyindir Ardika.
Ketua kantor catatan sipil bukanlah orang biasa.
Apa Ardika mengerti seberapa tinggi kedudukan orang itu?
Mungkin Ardika hanya pernah mendengar tentang tokoh hebat seperti itu melalui siaran berita.
“Selamat datang. Tuan Muda Xavier!”
Tak lama kemudian, dengan iringan kata sambutan yang hangat dan ramah, Dendi berjalan menghampiri pemuda itu dengan tergesa–gesa.
Xavier segera menghampiri pria itu dan berjabat tangan dengannya. “Pak Dendi, kamu nggak perlu datang dengan tergesa–gesa seperti ini. Aku yang meminta bantuan kepadamu. Melihatmu tergesa- gesa seperti ini, aku jadi nggak enak hati.”
“Ah, nggak perlu merasa nggak enak hati. Aku tergesa–gesa seperti ini karena Tuan Muda Xavier.”
Seulas senyum cerah mengembang di wajah gemuk Dendi. Kemudian, dia bertanya, “Teman Tuan Muda Xavier yang mana yang ingin mengurus perceraian?”
“Nah, itu orangnya.”
Xavier menunjuk Ardika, lalu mencibir dan berkata, “Dia bersikeras nggak ingin bercerai. Karena itulah, aku meminta Pak Dendi ke sini untuk memberinya penanganan khusus.”
Pandangan Dendi mengikuti arah yang ditunjuk oleh jari Xavier.
Begitu melihat Ardika, dia langsung tercengang!
‘Kenapa bisa Tuan ini?!‘
Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sikap kakaknya dan wali kota terhadap Ardika.
Adapun mengenai dirinya yang hanya merupakan seorang ketua kantor catatan sipil Kota Banyuli, dial bahkan tidak berhak untuk berhadapan dengan Ardika.
Sekarang, Xavier malah memintanya ke sini untuk mengurus perceraian Ardika yang tidak bersedia
bercerai!
Tindakan Xavier sama saja dengan mencelakainya!
Dalam sekejap, Dendi seolah bisa merasakan aura dingin menjalar dari ujung kakinya hingga ke
kepalanya.
“Brak!” Dia langsung berlutut di lantall
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report