Bab 625 Harus Bisa Mengontrol Diri

Tentu saja Rocky tidak akan menikahi Wulan.

Dia hanya ingin bersenang–senang dengan wanita itu.

Lagi pula, wanita itu sendiri yang menawarkan diri, bagaimana mungkin dia menolak?

Selain itu, walaupun Wulan bukanlah wanita yang disukainya, tetapi wanita itu adalah kakak sepupu Luna.

Jadi, untuk sementara waktu dia bisa memuaskan dirinya melalui Wulan.

“Tuan Muda Rocky, ini adalah tempat tinggal Nona Wulan

Mendengar suara erotis dari dalam kamar, ucapan pelayan itu pun terputus.

Wajah pelayan wanita yang masih muda itu langsung memerah.

‘Ya ampun! Bisa–bisanya tamu di kamar ini nggak mengontrol diri?”

Karena struktur kamar di vila ini terbentuk dari kayu, jadi peredam suaranya tidak sebagus di kamar hotel.

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Rocky.

Saat ini, wajah pria itu sudah berubah menjadi sangat muram.

‘Oh, jadi begini? Wulan memintaku untuk datang hanya untuk mendengar suara–suara

erotis ini?!!

“Tuan Rocky, apa perlu aku membantu Tuan memanggil Nona Wulan?” tanya pelayan

wanita itu dengan cemas.

Dengan ekspresi muram, Rocky langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sementara itu, suara–suara erotis di dalam kamar Wulan masih berlanjut.

Permainan berlanjut dengan sangat lama.

Malam ini, orang–orang yang menempati kamar–kamar di sekitar kamar Wulan tidak bisa tertidur dengan lelap..

Pagi harinya.

Begitu Wulan terbangun, dia merasakan sakit yang luar biasa.

Mengamati sekeliling kamarnya yang berantakan dan tiga preman yang telentang

tidak beraturan, dia telentang dengan tatapan kosong sejenak, baru buru–buru bangkit dari tempat tidurnya dan lari ke kamar mandi.

Dia mengguyur tubuhnya dengan air lagi dan lagi.

Dia juga menggosok tubuhnya lagi dan lagi.

Saking jijiknya, dia benar–benar ingin muntah.

Dia memang wanita yang cukup terbuka dan sering memainkan permainan seperti inl.

Namun, pasangan mainnya adalah pria yang tampan dan kaya, bukan pria seperti tiga. preman semalam.

Selain paras jelek, tubuh kurus kering, aroma bau mulut mereka sangat menjijikkan bahkan masih terasa walaupun semalaman sudah berlalu!

Sayang, kamu sudah bangun, ya.”

Saat Wulan sedang meratapi nasibnya, satu per satu dari tiga preman itu terbangun.

Dengan kondisi tubuh telanjang, mereka menghampiri Wulan dan hendak memeluknya.

“Kalian pergi sana! Aku akan membunuh kalian! Aku akan membunuh kalian! Dasar tiga pria bajingan!” teriak Wulan dengan marah.

“Sayang, kenapa kamu sekejam itu? Bagaimanapun juga, semalam kita bersenang- senang bersama,” kata seorang preman dengan nada mempermainkan sambil tertawa.

“Aku akan melapor kalian telah memerkosaku! Kalian semua akan ditangkap dan ditembak mati!

Ekspresi Wulan terlihat makin ganas.

“Oh? Mau laporkan kami? Boleh saja. Kalau begitu, sebelum kami ditembak mati, mari kita foto bersama, lalu akan kami unggah ke internet!”

Sambil tertawa dingin, seorang preman mengeluarkan ponselnya.

Wulan merasa kepalanya berdengung–dengung, dia hampir saja jatuh pingsan di

tempat.

“Sayang, kami pergi dulu, ya! Lain kali kalau ada waktu kita bersenang–senang lagi!. Harus kuakui, kamu benar–benar sangat nikmat!”

Selesal berbicara, ketiga preman itu langsung melenggang pergi.

Wulan benar–benar ingin menangis.

“Slal! Semalam jelas–jelas aku janjian dengan Tuan Muda Rocky, kenapa dia nggak datang?!”

Tibatiba, ekspresinya berubah drastis.

Dia langsung menahan niatnya untuk membunuh orang dan segera mencari Rocky.

“Suruh dia pergi!”

Rocky yang semalam melampiaskan amarahnya pada tubuh asisten wanitanya, kini- berteriak dengan marah karena tidurnya diganggu.

Asisten wanita Rocky tertawa dingin dan berkata, “Nona Wulan, kamu adalah orang pertama yang berani melanggar janjimu pada Tuan Muda Rocky dalam hal seperti ini! Kamu benar–benar hebat!”

Bagi seorang tuan muda keluarga terkemuka seperti Rocky….

Tentu saja lebih menyakitkan baginya dilanggar janji oleh seorang wanita dengan cara seperti ini daripada membunuhnya!

Ekspresi Wulan langsung berubah menjadi pucat. Dia melangkahkan kakinya ke depan. dengan tatapan kosong.

Dia sudah terlihat seperti mayat hidup.

Tepat pada saat ini, dia berpapasan dengan Ardika dan Luna yang hendak pergi ke ruang makan untuk sarapan.

“Wulan, ada apa denganmu?!”

Melihat ekspresi Wulan yang pucat pasi, seakan–akan kelelahan dan tidak bersemangat hidup itu, Luna sangat terkejut.

‘Eh? Jelas–jelas kemarin dia masih bersikap begitu arogan di hadapanku.

“Wulan, nggak bagus menggunakan tubuhmu terlalu berlebihan, kamu harus bisa mengontrol diri,” kata Ardika sambil tersenyum tipis.

Melihat penampilan Wulan seperti ini, dia benar–benar merasa senang dan bersemangat.

‘Ah, senangnya! Nanti aku akan memakan lebih banyak roti!!

“Ardika, apa yang kamu bicarakan?! Apa yang kamu ketahui?! Hah?!”

Ucapan Ardika seolah–olah merangsang saraf Wulan, dia langsung mengangkat kepalanya dan menatap Ardika dengan lekat.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report