Bab 33 Bukti Perselingkuhan

“Sepertinya kamu belum jera, masih berani melawan.”

Dia menyebut jera?

Kayla bangkit dari sofa dengan marah sambil berkata, “Ya, aku memang suka melawan, daripada ada yang nggak sanggup mengeras!”

Berdasarkan pemahamannya pada Theo selama tiga tahun ini, Theo tidak akan melakukan apa pun padanya. Kalau tidak, dia tidak akan hidup kesepian selama tiga tahun!

Dia sudah melakukan berbagai macam cara untuk mempertahankan pernikahan ini. Dari menggoda sampai memancing Theo, tetapi pada akhimya Theo hanya menghinanya.

Tadi Theo pasti mabuk hingga ingin…. Sekarang dia sudah kembali menunjukkan ekspresi datar, sepertinya dia sudah sadar.

“Kalau mau pergi, cepat pergi. Silakan!”

Setelah melontarkan kata–kata ini, Kayla berbalik menuju kamar tamu yang terletak di lantai dua. Setelah kejadian tadi, sebagian rasa mabuknya sudah mereda. Dia pergi ke toilet untuk mandi. Ketika

dia keluar, dia mendengar suara laju mobil dari bawah.

Dia tahu ke mana Theo akan pergi. Saat Theo menimpanya tadi, dia sudah berkalikali merasakan

getaran ponsel dari saku celana Theo.

Kayla membuka tirai. Air hujan mengalir melalui jendela kaca hingga seluruh kaca berkabut.

“Benar–benar dimabuk cinta. Bahkan hujan deras pun nggak bisa menghalanginya bertemu dengan

kekasihnya,‘ pikir Kayla.

Hotel yang ditempati Raline ditentukan oleh tim tari. Ketika Theo tiba, Karin sudah menunggunya di lobi

hotel.

“Pak Theo….”

Theo mengangguk sambil melangkah memasuki lift. “Ada apa?

Karin menunjukkan ekspresi tertekan. Dia menggelengkan kepalanya sambil menjawab, “Akhir–akhir ini, dia sedang beristirahat dan aku sibuk menangani urusan pekerjaan. Situasi spesifiknya aku kurang tahu,

biarkan Raline yang beri tahu Bapak.”

Sesampai di depan pintu kamar nomor 1709, Theo mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, pintu dibuka

sedikit dari dalam

—–

+15 BONUS

Raline memeriksa orang yang datang dengan hati–hati. Setelah melihat orang itu adalah Theo, dia pun memanyunkan bibirnya dan menerjang ke pelukan Theo!

Dia mengenakan piama hotel dan rambutnya sangat berantakan. Wajahnya yang tidak dirias tampak sangat pucat dan matanya sembap, sepertinya dia baru saja menangis.

Tidak ada aroma parfum yang aneh di tubuh Raline, hanya ada sedikit aroma sabun mandi.

Theo mengerutkan keningnya sambil memegang bahu Raline. Setelah Raline berdiri teguh, dia pun berkata, “Raline, jangan seperti ini.”

Raline tidak menyangka Theo akan mendorongnya seperti ini. Dia mendongak dengan kaget dan air mata masih berlinang di matanya. Dia tampak sangat malang.

“Kamu … nggak pernah mendorongku seperti ini.”

“Aku sudah menikah.”

Theo tidak memberikan banyak penjelasan, tetapi Raline mengerti.

“Kalian hanya menikah kontrak. Lagian kalian akan segera bercerai….” Suasana hati Raline menjadi kacau. Ketakutan yang menimpanya beberapa hari ini juga diakibatkan oleh sikap Theo yang

menghindarinya. Oleh karena itu, air mata pun otomatis mengalir.

Theo tidak ingin membahas hal ini, dia mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya ada apa?”

Melihat Theo hanya berdiri di luar pintu dan tidak berniat untuk masuk, Raline pun tersenyum sinis. “Apa kita harus berbicara di sini untuk menghindari kesalahpahaman?”

Theo mengerutkan keningnya, tetapi pada akhirnya dia pun memasuki ruangan. Karin yang berada di luar pintu hendak pergi agar mereka bisa berduaan.

Lelaki adalah makhluk yang mengutamakan hasrat seksual. Raline sangat cantik dan mereka pernah menjalin hubungan. Pria dan wanita berduaan di dalam kamar, apa mungkin tidak terjadi sesuatu?

Kalau semuanya sudah terjadi, apa yang bisa dilakukan Nyonya Oliver? Selutuh kekhawatiran Raline

Lenyap!

Namun, sebelum Karin pergi, terdengar suara Theo. “Nggak perlu pergi. Sebagai manajernya Raline,

kamu harus menangani masalah ini.’

Akhirnya Raline mendapatkan kesempatan untuk berduaan dengan Theo di dalam kamar, tetapi sikapnya malah begitu tegas.

“Theo, belakangan ini Kak Karin sibuk menangani urusanku. Setelah mendengar kondisiku kurang baik, dia langsung datang kemari. Bagaimana kalau biarkan dia….”

Biarkan dia beristirahat.

7738

Namun, sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Theo sudah menyelanya. Theo berkata dengan ekspresi muram dan dingin. “Dia itu manajermu. Kalau kemampuannya nggak memadai, aku akan mempertimbangkan untuk menggantikannya.”

“Kamu….” Raline diam–diam meneteskan air mata. Dia pun tersenyum pahit. “Kalau begitu, kenapa kamu datang ke sini? Pergilah, nggak usah ikut campur dalam urusanku. Aku akan menyelesaikannya sendiri, sekalipun mati, akulah yang membunuh diriku sendiri….”

Karin buru–buru menarik lengan Raline sambil berkata, “Omong kosong apa yang kamu katakan? Pak Theo sudah datang, bagaimana mungkin mengabaikanmu? Kamu mengajak Pak Theo masuk karena takut difoto oleh wartawan dan menimbulkan gosip. Kamu hanya nggak ingin menyulitkan Pak Theo, kenapa nggak dibicarakan baik–baik? Keras kepala sekali, entah siapa yang mengajarimu seperti ini!”

Sembari berbicara, Karin mengedipkan matanya pada Raline. Maksudnya sangat jelas, ‘Sekarang sudah berbeda, sikapmu ini hanya akan membuat Theo makin jauh darimu. Kamu akan rugi.

Raline menggertakkan giginya dengan kuat. Dia tidak membantah, artinya dia setuju.

Setelah hening selama beberapa detik, Karin pun masuk ke dalam ruangan. Dia berbalik dan hendak menutup pintu. Namun, ketika tangannya baru menyentuh gagang pintu, Theo sudah menyadari ada yang aneh dan cahaya dingin pun melintas di matanya.

Dia berkata, “Biarkan pintunya terbuka.”

Karin segera menarik tangannya. “Oke….”

Raline malah mendengus dingin, dia terdengar sangat kesal.

Theo melirik sekeliling dan semua tirai tertutup, tidak terlihat sedikit pun cahaya.

“Ada apa?”

Raline menangis keras ketika meneleponnya dan suara Raline sangat gemetaran sehingga dia hanya mendengarkan beberapa kata singkat seperti penguntit, langkah kaki dan diawasi.

Raline tidak menjawab. Bahkan setelah Karin mengedipkan mata padanya pun dia sama sekali tidak bersuara.

Dulu, Theo pasti akan mengalah dan membujuknya, tetapi sekarang….

Theo hanya mengerutkan keningnya sambil bertanya dengan tidak sabar.

Melihat mereka berdua akan bertengkar lagi, Karin pun buru–buru berkata, “Raline bilang belakangan ini ada yang menguntitnya dan terkadang ada yang mengetuk pintu. Raline sering kali mendengar suara langkah kaki saat tengah malam…. Dulu ada penggemar fanatik yang menyatakan cinta pada Raline, dia tampak kurang normal. Setelah ditolak, dia sangat nggak sudi dan sering datang ke pertunjukan Raline. Terkadang dia juga mengganggu Raline di belakang panggung. Itu sebabnya Raline sangat ketakutan.”

238

Theo berkata, “Aku akan meminta orang untuk menyelidiki masalah ini.”

Terdengar sedikit suara dari luar. Theo sangat dekat dengan pintu, dia mendorong pintu yang setengah terbuka itu, lalu berjalan keluar. Tak disangka, dia malah berhadapan dengan orang yang sedang memegang kamera di koridor!

Orang itu tertegun dan hendak pergi, tetapi dihentikan oleh Theo.

Terdengar suara yang menyayat hati, lalu kamera di tangannya pun jatuh!

Theo memelintir tangannya ke belakang punggung, lalu menekannya di lantai. “Apa kamu yang menguntit Raline selama ini?”

Wajah pria itu memucat karena kesakitan. Selain itu, keningnya pun bercucuran keringat dingin. “Saya hanya me … memotret, nggak bermaksud menyakiti Nona Raline.”

“Wartawan?”

Bisa dibilang wartawan adalah figur publik, tidak heran kalau dipotret oleh wartawan.

“Kurasa nggak sesederhana itu.” Karin melihat foto–foto di kamera sambil berkata, “Semuanya adalah foto Pak Theo dengan Raline. Wartawan mana mungkin hanya memotret kalian berdua. Selain itu, dia nggak punya kartu pers.”

Theo mengangkat lengannya dan pria itu kembali berteriak. Di tengah perseteruan mereka, setumpuk kartu nama jatuh dari sakunya.

Tertulis kata “Detektif Pernikahan“.

Theo mengangkat alisnya, lalu mengambil kartu nama itu dengan tangan lainnya. Setelah membolak- balik kartu itu, dia pun bertanya, “Siapa yang menyuruhmu datang?”

Dia perlahan–lahan mengangkat tangan pria itu, gerakannya sangat lambat, dia sama sekali tidak terburu

-buru.

Namun, pria itu merasa sangat tersiksa karena gerakan Theo yang lambat. Dia pun mengerang kesakitan. “Nyonya Kayla, dia meminta saya memotret bukti perselingkuhan Anda. Dia ingin

mendapatkan lebih banyak harta di pengadilan nanti….

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report