Bab 39 Menyiram Theo dengan Anggur di Depan Umum

Kayla menunggu untuk cukup lama, tetapi Theo tidak menjawab. Melihat sebagian besar lukisan di meja yang belum diperbaiki, dia pun berkata dengan kesal “Ada apa? Kalau nggak jawab, kututup ya.

Kata ‘salah sambung” tersangkut di ujung lidah Theo. Nada bicara Kayla membuatnya emosi. Pada akhirnya, dia pun berubah pikiran dan berkata, “Datanglah ke Vetro untuk menjemputku.”

Kayla mengerutkan keningnya. “Apa kamu baik–baik saja? Kenapa menyuruhku pergi menjemputmu?”

Dia pemah pergi menjemput Theo. Ketika baru–baru menjabat sebagai asisten pribadi Theo, suatu hari Theo mabuk dan kebetulan dia menelepon Theo untuk menanyakan kapan pria itu akan pulang.

Saat itu. Axel yang menjawab panggilan. Dia mengetahui hubungan mereka, jadi dia pun memberi tahu Kayla bahwa Theo mabuk dan menyuruh Kayla datang menjemput Theo.

Dulu Theo sangat membenci Kayla. Ketika dia membuka mata dan melihat orang yang datang adalah Kayla, dia langsung emosi. Dia bahkan menampar Axel dan memotong bonus tahunan Axel

Sejak kejadian itu, semabuk apa pun Theo, Axel tidak pernah menyuruh Kayla pergi menjemputnya lagi.

Tentu saja, Theo sudah melupakan kejadian ini. Mendengar penolakan Kayla, dia pun tersenyum sinis. Kita belum bercerai, menjemputku adalah kewajiban Nyonya Oliver.

Kayla tertawa marah. “Kamu membicarakan soal kewajiban? Apa kamu pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami?

Seketika, keheningan melanda….

Tepat ketika dia hendak menutup telepon, terdengar suara serak Theo yang disertai dengan nada berat. Aku membuka pengeras suara, ada orang lain di sini. Jangan keterlaluan, Nyonya Oliver.”

Kata–kata ini membuat Kayla menggertakkan giginya. “Dasar pemabuk.”

“Kalau kamu datang menjemputku, aku akan mengabaikan bunga dari utang 600 miliar itu.”

Setelah raguragu sejenak, Kayla pun setuju.

Dia bukannya tidak punya pendirian, tetapi penawaran Theo sangat menggiurkan!

Bunga tahunan 600 miliar mencapai puluhan miliar. Hanya orang bodoh dan kaya yang akan menolak tawaran menarik seperti itu.

Melihat teleponnya ditutup. Theo pun mendengus dingin sambil berpikir, ‘Wanita ini sungguh realistis.”

Melihatnya sedang menatap ponsel dengan ekspresi yang tidak wajar, Carlos yang berada di samping pun bertanya dengan penasaran. “Lagi telepon siapa? Jiwamu sudah melayang.”

Mendengar pertanyaan ini, Theo pun melemparkan ponselnya ke samping dan mengusap keningnya

sambil menjawab, “Sopir.“@

+15 BONUS

Carlos mengangkat alisnya. Dia tidak percaya dengan jawaban Theo, tetapi dia tidak lanjut bertanya. Bagaimanapun, akhir–akhir ini Theo mengalami banyak hal dan tidak ingin mencurahkan isi hati.

Setelah minum beberapa gelas. Theo berdiri sambil bertanya, “Mau merokok?”

Mereka keluar dari ruangan dan pergi ke teras kecil yang berada di area umum.

Saat ini, kebetulan Kayla meneleponnya. Kayla tidak berbasa–basi dan langsung berkata, “Aku sudah

sampai.”

Theo terbiasa mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu. “Tunggu aku di tempat parkir.” Setelah berkata demikian, dia tidak menjelaskan apa pun dan langsung menutup telepon.

Tanpa sepengetahuan Theo, Kayla sudah masuk ke Vetro. Sejak insiden sebelumnya, manajer Vetro sudah mengenalnya dan mengetahui bahwa dia datang untuk menjemput Theo. Jadi, manajer Vetro langsung membawanya pergi ke tempat Theo berada.

Melihat riwayat panggilan, Kayla pun memarahi Theo dalam hati ….

Theo yang sedang berada di teras memadamkan rokoknya, lalu bersandar di pagar sambil berkata, “Ayo

pergi.”

Carlos pun memadamkan rokok dan meninggalkan teras. Di tengah perjalanan, dia bercanda dengan santai, “Apa ini sopir yang kamu bilang?” ”

Saat Theo menjawab telepon, dia sudah melihat nama penelepon.

Jakun Theo bergerak, dia menjawab dengan tenang. “Ya.

“Bukannya kalian sudah mau bercerai? Kenapa, baikan?

Kata “bercerai” membuat Theo mengerutkan kening dan nada bicaranya pun menjadi agak kasar. “Dia hanya main–main, dari dulu dia memang suka mengajukan cerai untuk mencapai tujuan tertentu, ‘kan?”

Tentu saja Carlos tidak setuju dengan ucapannya. “Tapi kali ini kalian sudah bertengkar untuk cukup lama, mungkin dia serius.”

*Kapan dia nggak serius saat meminta cerai?”

“Kalau begitu, kamu nggak perlu pergi ke Dinas Kependudukan?”

Ketika mereka minum–minum sebelumnya, Theo pernah menceritakan bahwa dirinya kesal Kayla terus mengajaknya pergi ke Dinas Kependudukan.

“Sementara nggak perlu.”

Theo menceritakan kesepakatannya dengan Kayla secara singkat.

—–mkil tadawa rinnan “Bukankah keria sama

1532

Perusahaan Oliver dan Perusahaan Makmur sudah dipastikan? Kamu memanfaatkan hal ini untuk mengelabuinya. Kalau aku adalah Kayla, aku pasti sudah menyirammu dengan alkohol.”

+15 BONUS

Tak disangka, begitu dia selesai berbicara, terdengar suara “buk“. Seseorang menendang pintu teras dengan kuat….

Theo dan Carlos sontak menoleh ke arah datangnya suara. Mereka melihat Kayla berdiri di pintu dengan ekspresi muram sambil menggertakkan gigi. Selain itu, dia juga mengepalkan kedua tangannya.

“Theo, menyebutmu anjing adalah penghinaan bagi anjing. Kamu sungguh berengsek!”

Theo tertegun.

Kayla menarik napas dalam–dalam, lalu berkata dengan lantang. “Selain itu, aku benar–benar ingin bercerai denganmu. Kita akan pergi ke Dinas Kependudukan.”

Sembari berbicara, dia berbalik untuk menghentikan pelayan yang sedang membawa anggur. Dia

mengambil segelas anggur, lalu menyiramkan anggur itu ke wajah Theo.

Dalam sekejap, semua orang di tempat langsung tercengang dan menahan napas!

Detik berikutnya, terdengar suara Theo dari koridor. Dia seolah–olah hendak menghabisi Kayla. “Kayla,

kamu sudah bosan hidup!”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report