Bab 66 Kenapa Ada Diá
Besok adalah hari Sabtu. Karena tidak perlu pergi bekerja, Kayla tidur sampal Jam 11. Kemudian, dia mengajak Bella pergi makan.
Kemarin, dia sangat marah dengan Theo sehingga hari ini suasana hatinya agak buruk. Kalau mau panjang umur, dia memang harus menjauh dari pria berengsek ini!
Mereka pergi ke sebuah restoran makanan barat yang dibuka oleh klien Bella.
Sesampai di depan pintu restoran yang mewah, Bella memandang dua penjaga pintu yang mengenakan seragam formal dan berdiri tegak, lalu memegang dompetnya sambil berseru, “Hari ini kita akan menghabiskan banyak uang. Makanan di restorannya sangat mahal. Kalau bukan untuk menghargainya, aku nggak akan datang jauh–jauh ke sini.”
Kayla tersenyum ringan. “Nggak mahal mana punya uang untuk beli barang antik?”
“Benar juga.” Bella menggandeng tangan Kayla. “Ayo, biar kamu lihat momen aku berfoya–foya.”
Restoran ini dibangun dengan kaca panorama 360 derajat sehingga orang dapat melihat dekorasi di dalam restoran dari luar. Ketika hendak membuka pintu, keduanya tertegun karena melihat seseorang yang duduk di dekat jendela. Detik berikutnya, Kayla mengerutkan keningnya dengan heran.
Bella pun mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, “Kapan dia kembali?”
Kayla menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak tahu.
Orang yang duduk di sana adalah saudara tiri Kayla, Viola Sandio. Saat ibunya meninggal karena kecelakaan mobil dulu, ayahnya yang berengsek menikah lagi dan ibu tirinya membawa seorang putri yang dua tahun lebih muda darinya.
Bella memanyunkan bibirnya dengan kesal. “Ayo, semoga dia nggak datang mencari masalah dengan
kita.”
Bella sengaja memilih tempat duduk yang jauh dari Viola, tetapi Viola sangat tidak tahu diri. Setelah mereka memesan makanan, Viola langsung menghampiri mereka sambil berkata dengan kaget, “Kayla, ternyata kamu!”
Kayla malas berbicara dengannya. Sejak kecil, mereka tidak akrab, apalagi sejak insiden tiga tahun yang lalu, keduanya bertengkar hebat. Sekarang, mereka sangat membenci satu sama lain.
Bella yang pemarah tidak suka dengan sikap sombong Viola, dia segera berkata dengan kasar, “Jangan sok akrab. Tahu diri sedikit, apa kamu disambut?”
“Sok akrab?” Viola memandang Kayla dengan tatapan merendahkan. “Harga semua pakaian di tubuhnya
bahkan nggak semahal mantelku. Apa aku perlu sok akrab dengannya?”
Sejak berselisih dengan Theo, Kayla jarang memakai barang mewah. Pertama karena tidak perlu, kedua
karena tidak nyaman dipakai bekerja. Namun, Viola suka memakai barang mewah sejak kecil. Dia bahkan mengenakan pakaian bermerek ketika pergi berbelanja ke pasar. Dulu, saat Keluarga Sandio masih makmur, tas–tasnya dapat menghiasi dua sisi dinding.
Setelah Keluarga Sandio bangkrut, mereka dikejar utang dan terus mencari tempat untuk bersembunyi. Namun, Viola tetap menolak untuk menjual barang–barang mewahnya. Karena mereka tidak dapat bertahan hidup lagi, sang ayah yang berengsek pun membawa Viola dan ibunya pergi ke luar negeri, mereka meninggalkan Kayla sendirian di dalam negeri untuk menghadapi para penagih utang yang kejam itu!
Saat ini, melihat Viola berpakaian mewah dan elegan, suatu emosi yang rumit pun meluap di hati Kayla. Dia bukan iri, melainkan kesal. Mereka sama–sama adalah putri Keluarga Sandio, tetapi mengapa dia harus menikah untuk melunasi utang, sedangkan Viola boleh hidup nyaman di bawah perlindungan sang
ayah.
Pada akhirnya, mata Kayla tertuju pada lencana kerja yang tergantung di hadapannya. Viola Sandio, Wakil Presdir Perusahaan Montana.
Viola bukan hanya kembali, tetapi juga menjabat sebagai pemimpin eksekutif di sebuah perusahaan.
Bella memegang dagunya sambil memiringkan kepalanya untuk melihat Viola. Tatapannya sangat merendahkan, seolah–olah sedang melihat tumpukan sampah yang busuk. “Tentu saja kamu nggak perlu sok akrab. Bagaimanapun, kamu punya ayah yang kejam dan nggak tahu malu. Dia yang membuat perusahaan bangkrut, tapi malah menggunakan nama putri kandungnya untuk meminjam uang. Bisa- bisanya orang jahat seperti ini nggak disambar petir!”
Semua orang berbicara dengan lembut di restoran berkelas seperti ini, tetapi Bella sama sekali tidak mengecilkan suaranya sehingga orang–orang di sekitar pun kaget.
Banyak orang yang menoleh ke arah mereka sambil berbisik.
Viola yang merasa malu sungguh ingin menyembunyikan diri. “Bella, kamu nggak beretika, ya? Bisa- bisanya membuat keributan di tempat berkelas seperti ini.”
“Kamu beretika? Sangat beretika hingga datang ke sini untuk menyombongkan diri. Apa aku harus diam melihatmu menyombongkan diri? Ayahmu lebih banyak dari ayah orang lain?”
Viola mengumpat dalam hati, ‘Sungguh menyebalkan!‘
Namun, ada banyak orang yang menonton, dia tidak mungkin hanya diam. Tepat ketika dia tidak tahu harus berbuat apa, seorang pelayan menghampiri Bella sambil berkata dengan hormat, “Nona, restorant
kami adalah restoran kelas atas, dilarang berbicara keras.”
“Ini restoran kelas atas? Apakah restoran berkelas akan membiarkan seekor anjing mengganggu tamu? Kami duduk di sini, dialah yang datang untuk menggongonggi kami. Kamu nggak menyalahkan anjing itu, tapi malah menyuruhku memelankan suaraku? Apa ini cara restoranmu melayani tamu?”
Pelayan itu tidak menyangka Bella akan memarahinya. Dia terpaksa menoleh ke arah Viola yang tampak
tertekan. “Nona, bagaimana kalau Anda….”
Viola sangat emosi dan langsung melampiaskan amarahnya. “Siapa yang kamu panggil nona? Kamulah nona, seluruh keluargamu adalah nona!”
Setelah berkata demikian, Viola mendelik Kayla dengan galak dan berbalik pergi.
Bella berkata dengan nada dingin, “Kamu nggak boleh mengalah pada orang seperti ini. Setiap kali bertemu, kamu harus memberinya pelajaran agar dia berhenti berlagak hebat di hadapanmu!”
Sembari berbicara, Bella pun mendengus dingin. “Wanita apaan dia. Beraninya menyombongkan diri setelah mencelakaimu? Dia pasti mewarisi sifat ayahmu, dasar wanita jalang!”
Kayla malah tertawa. “Aku juga merasa dimarahi.”
Sejak kecil Kayla sering bertengkar dengan Viola dan tidak pernah dirugikan, tetapi dia selalu dimarahi oleh ayahnya yang pilih kasih.
Bella kembali tersadar, dia tersenyum canggung. “Salah ngomong, salah ngomong!”
Pameran amal diadakan pada hari jumat dan barang yang dipamerkan adalah porselen dari Dinasti Sayma. Kabarnya, orang yang mengadakan pameran ini adalah penggemar porselen Dinasti Sayma. Pameran diadakan di pusat pameran terbesar di Kota Bapura serta dibedakan menjadi area penjualan
dan area pameran.
Sebagai pihak yang merawat porselen, Studio Yunox harus mengutus staf untuk mengawasi keadaan.
Pada dasarnya, Studio Yunox hanya terdiri dari belasan orang. Selain beberapa ahli yang sudah berumur, semua orang pergi ke pusat pameran, termasuk Kayla.
Kayla berjalan menyusuri aula. Setelah melihat semua benda yang dipamerkan, dia langsung pergi ke
area penjualan.
Barang–barang yang ada di area penjualan sangat bervariasi, ada kaligrafi mewah, barang antik, perhiasan dan segala macam benda yang berharga ditempatkan di sini untuk dijual. Sepuluh persen dari harga jual akan didonasikan.
Awalnya, Kayla hanya ingin melihat–lihat, tetapi pandangannya tertuju pada sebuah lukisan.
Ini adalah lukisan modern dengan latar belakang warna–warni. Sekilas, lukisan ini tampak abstrak, tetapi perpaduan warnanya sangat artistik. Kalau diperhatikan dengan teliti, terlihat punggung seorang gadis bertopi merah yang mengenakan gaun beludru hitam sedang memegang sebuah lentera kelinci.
Seketika, mata Kayla menjadi sembap…..
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report