Bab 77 Semalam Dia Tinggal di Apartemen Davin

Davin sedang melihat menu. Mendengar ucapan ini, dia menatap Kayla yang sedang minum air sambit berkata dengan ragu–ragu. “Kayla nggak akan melakukan hal seperti ini. Kalau dia ingin

memperkenalkan seseorang padaku, dia akan menanyakan pendapatku terlebih dahulu. Nora Viola,

kalau kamu suka mengadu domba, pindahlah ke meja lain.”

Kayla mendongak dengan kaget.

Sebenarnya hubungannya dengan Davin tidak begitu akrab, apalagi sampai tahap memercayai satu sama lain. Sebelumnya kalau Davin menghadapi keadaan seperti ini, Davin mungkin akan menggunakan kata–kata sopan untuk menyudahi masalah.

Kayla juga tidak pernah melihatnya bersikap kasar pada wanita yang lebih centil daripada Viola, n

Wajah Viola memerah karena malu, dia sungguh ingin menggali lubang untuk menyembunyikan dirinya

sendiri.

Meskipun suara Davin tidak keras dan jarak antar meja cukup jauh, ada banyak orang yang duduk di sekeliling mereka. Semuanya langsung menatap Viola dan bahkan ada yang mulai berkomentar dengan

sinis.

Viola menggigit bibirnya sambil berkata dengan pelan, “Kak Davin, kamu salah paham. Aku nggak

bermaksud seperti itu, yang kukatakan adalah fakta. Kakak memang berjanji untuk memperkenalkan kita.

Davin berkata, “Maaf, aku nggak suka orang asing memanggilku kakak. Panggilah aku “Pak Davin“.”

Kayla sontak terkekeh.

Lihatlah, sebenarnya pria sangat ahli dalam membedakan kebenaran. Bagaimana mungkin mereka tidak

dapat membedakan wanita jalang dan wanita baik–baik? Semua itu tergantung pada keinginan mereka.

Theo bukan hanya bersedia ditipu, tetapi juga rela dibodohi.

Kali ini, Viola tidak bisa menahan amarahnya. Dia tidak menyangka pemuda berkelas seperti Davin akan mengucapkan kata–kata kasar pada wanita, apalagi di hadapan Kayla.

Bisa dibilang Davin sedang menginjak harga dirinya.

Dia tidak sanggup berpura–pura lagi. Dia tiba–tiba berdiri dan menatap dua orang di depannya dengan

kesal. “Keterlaluan kalian.” Setelah berkata demikian, dia berbalik pergi.

Namun, setelah keluar dari restoran, dia langsung menyesal. Dia sudah membayar tagihan makanan, tetapi tidak makan sedikit pun.

Dia kembali lagi, lalu memilih tempat duduk yang lebih terpencil, tetapi masih bisa menjangkau Kayla.

Kemudian, dia memotret mereka berdua.

+15 BONUS

Dia ingin membalas dendam pada mereka.

Kayla memberi penjelasan singkat. “Maaf, awalnya aku berencana memberitahumu saat mengajakmu makan. Tak disangka, aku belum menanyakan pendapatmu, kalian sudah bertemu di sini.”

Davin tersenyum pasrah. “Seharusnya kamu memberitahuku lebih awal. Lalu, apakah dia akan

menggunakan benda peninggalan ibumu untuk mengancammu lagi?”

“Mungkin benda peninggalan ibuku sudah nggak ada.” Kayla tidak ingin lanjut membahas topik ini.

Hanya saja aku nggak menyangka kamu akan begitu terus terang.

“Aku orangnya protektif, nggak suka melihat temanku diintimidasi orang.”

Kayla terdiam.

Sepertinya ini bukan cara untuk melindungi teman, tetapi Kayla juga tidak memikirkan kemungkinan lain.

Setelah makan, Davin mengantar Kayla kembali ke apartemen. “Beristirahatlah lebih awal”

Kayla berkata, “Oke, terima kasih atas apartemenmu. Aku akan mentransfer biaya sewa padamu, jangan

lupa diterima.”

Dia baru saja memeriksa harga sewa di area ini. Dia mentransfer dua juta lebih tinggi daripada harga

pasar. Bagaimanapun, rumah Davin siap dihuni, bersih dan menyediakan berbagai peralatan tidur.

Hari ini Theo sangat sibuk, dia melangsungkan beberapa rapat. Saat dia melihat pesan yang dikirimkan

Kayla, waktu sudah berlalu beberapa jam.

Dia menatap layar ponsel. Ketika membaca kata–kata kasar itu, pembuluh darah di dahinya berkedut

karena marah.

Dia langsung menghubungi Kayla. “Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk.

Sepuluh menit kemudian, dia menelepon Kayla lagi dan masih tidak dapat dihubungi.

Melihat nama Kayla di layar ponsel Theo tertawa marah. Matanya yang begitu muram seolah–olah dapat membekukan segala sesuatu yang sedang dilihatnya.

Tepat ketika Axel datang untuk mengantarkan dokumen padanya, dia berkata, Kirimkan pesan kepada Kayla. Suruh dia pindah kembali ke Vila Aeris atau dia akan tidur di jalanan selama sisa hidupnya.”

Axel tertegun.

Beberapa hari ini, dia bertanggung jawab untuk menghubungi pemilik rumah yang disewa Kayla dan memberikan tekanan pada pemilik rumah itu. Hari ini, dia mengacaukan pindahan rumah Kayla. Saat ini, dia sangat merasa bersalah dan menurutnya Theo akan kehilangan istri kalau terus seperti ini. Belakangan ini, suasana di kantor direktur utama sangat mencekam, bahkan para staf pun ketakutan

+15 BONUS

ketika ingin pergi ke toilet. “Pak Theo, dengan sifat Nona Kayla, dia mungkin akan memilih untuk tidur di jalanan daripada pindah kembali karena diancam….”

Kalau tidak, Kayla pasti sudah kemball.

Melihat Theo tidak menanggapinya, dia lanjut berkata dengan ragu–ragu, “Kenapa Anda tidak mencobal memberikan hadiah untuk membujuk Nona Kayla? Wanita perlu dibujuk

Theo memandangnya dengan heran. “Dia memukulku, aku memberikan hadiah untuk membujuknya? Apa kamu kira aku sepertimu, penjilat yang nggak bermartabat?”

Dia mengetahui kisah cinta pertama Axel di kampus.

Saat itu, Axel dicampakkan. Kini, mereka kembali bertemu dan Axel mencoba mendekati wanita itu lagi. Alhasil, wanita itu sudah punya kekasih dan mengabaikannya.

Axel berpikir, ‘Kita sedang membicarakanmu, kenapa melibatkanku!”

“Pak Theo bukan penjilat, Bapak adalah bos yang terhormat. Aku akan mengirimkan pesan kepada Nona Kayla sekarang juga. Aku akan menyampaikan maksud Pak Theo secara akurat, nggak melewatkan satu kata pun.”

Ketika Axel mengirim pesan, Kayla baru saja selesai mandi dan sedang berbaring di kasur empuk

apartemen.

Setelah membaca pesan itu, Kayla hanya tersenyum sinis dan mengabaikannya

—-

Keesokan harinya, Kayla pergi ke toko alat seni untuk membeli beberapa peralatan.

Dia tidak peduli soal diberhentikan dari pekerjaan. Bagaimanapun, sebelumnya dia pergi ke sana hanya untuk mengisi waktu luang. Bisa dibilang hanya bekerja paruh waktu. Dia masih memiliki beberapa pekerjaan dan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu.

Theo tidak tahu bahwa dia adalah Key, jadi Theo tidak mengganggu pekerjaan pribadinya..

Memikirkan hal ini, Kayla otomatis tersenyum. Dengan kemampuan Theo, dia pasti bisa menemukan hal ini. Namun, karena bawahannya tahu dia tidak peduli, mereka pun tidak menguras tenaga.

Kalau lebih tekun, bawahannya tidak mungkin menyampaikan rumor bahwa dia adalah petugas kebersihan di Studio Yunox.

Jadi, selain pindah rumah, kehidupan pribadinya tidak terlalu terpengaruh.

Jika dibandingkan dengan suasana di apartemen Kayla, suasana di Perusahaan Oliver lebih kacau. Setelah seorang pejabat eksekutif perusahaan berjalan ke luar dengan ekspresi masam usai dimarahi Theo, Axel menarik napas dalam–dalam dan mengetuk pintu.

“Pak Theo.”

Theo menatap dokumen di hadapannya dengan ekspresi datar sambil bertanya, “Semalam dia tinggal di

+15 BONUS

mana?”

Kayla tidak menemukan Rontrakan yang baru dan hotel tidak bersedia menerimanya. Selain pergi ke rumah Bella dan kediaman Keluarga Oliver, dia bisa pergi ke mana lagi?

Bulu kuduk Axel berdiri. Dia menjawab dengan gemetaran, “Nona Kayla tinggal di apartemen Pak Davin.”

COIN BUNDLE: get more free bonus

GET IT

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report