Bab 79 Kepala Theo Bocor
Kayla tercengang. Dia meletakkan tangannya di bahu Theo sambil berkata, “Theo, Jangan gegabah.”
Biasanya, dia tidak pernah berpikir Theo akan melakukan sesuatu padanya, tetapi sekarang Theo mabuk dan orang yang mabuk tidak punya akal sehat.
Memang benar, penolakannya membuat Theo makin kasar padanya.
Apartemen ini tidak besar. Jarak pintu ke kasur kurang dari sepuluh meter.
Namun, Theo bahkan tidak melangkah ke kasur. Theo langsung memegang wajah Kayla dan lanjut menciumnya. Punggungnya bersentuhan dengan ujung lemari sepatu. Meskipun tidak sakit, rasanya sangat tidak nyaman.
Kayla menghindar sambil berseru, “Jangan sentuh aku.”
Dia ingin mendorong Theo menjauh, tetapi tenaga pria sangat kuat. Tidak peduli sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Theo.
Bibir Theo terlepas, tetapi dia tidak terburu–buru untuk mencium Kayla lagi. Dia hanya mempertahankan posisinya dan menatap Kayla dengan mata setengah tertutup.
Wajah cantik Kayla dipenuhi dengan amarah. Kalau bukan karena tangan Theo terletak di belakang punggung Kayla dan dia tidak bisa melepaskan diri, Kayla mungkin akan menampar Theo lagi.
Dia menyentuh wajah Kayla sambil tertawa ringan. Karena napasnya yang berat, suaranya menjadi
serak. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Kayla, lalu memutar wajah Kayla dengan
paksa.
Ciumannya langsung mendarat ke wajah Kayla, lalu turun dari pipi menuju dagu Kayla hingga meninggalkan bekas merah di kulit Kayla.
Karena tadi Kayla hendak turun untuk mencari makanan, dia hanya mengenakan kemeja dan kardigan tipis yang dipadukan dengan mantel panjang. Pakaian seperti ini memudahkan Theo untuk beraksi.
Dia hampir berteriak. Segala jenis penolakan dan penghindaran tidak berguna, Theo bahkan
mengabaikan kata–kata kasar yang dia ucapkan.
Theo menahan Kayla dengan satu tangan dan tangan lainnya makin brutal. Napasnya mengenai kulit
Kayla, dia berkata dengan nada sinis, “Karena dia kembali, kamu ingin menjadi wanita suci?”
Bahkan ketika berbicara pun, bibirnya tidak sepenuhnya terangkat dari tubuh Kayla.
Pikiran Kayla menjadi kosong. Di bawah tekanan Theo, dia perlahan–lahan mundur untuk meraba–raba lemari. Begitu menyentuh sesuatu, dia langsung meraih benda itu dan menghantamkan ke kepala Theo.
Terdengar suara “buk” dan ciuman brutal itu berhenti!
+15 BONUS
Kayla menatap ke arah kening Theo yang bercucuran darah. Dia melepaskan tangannya, lalu benda di tangannya pun jatuh ke låntal
Benda di tangannya itu adalah hiasan aromaterapi yang diletakkan di lemari sepatu.
Theo tidak bergerak. Dia membiarkan darah di keningnya mengalir begitu saja, dia bahkan tidak
menunjukkan sedikit pun rasa sakit.
Dia hanya menatap Kayla. Entah sejak kapan lampu di ruangan depan sudah dimatikan, hanya tersisa
sedikit cahaya yang masuk dari jendela.
Di tengah kegelapan, wajahnya yang berlumuran darah tampak agak menyeramkan.
Seketika, Kayla pun panik. “Maaf, kupanggilkan ambulans.”
Theo tampak baik–baik saja dan tidak mengalami efek samping, tetapi bagian yang terluka adalah
kepala. Kayla akan lebih tenang kalau Theo pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan khusus. Selain itu, luka di kepalanya juga perlu diobati.
Meskipun Kayla ingin bercerai, dia tidak pernah mengharapkan Theo mati.
Pria ini hanya tidak menyukainya, tetapi tidak pernah memperlakukannya dengan buruk. Dia boleh menggesek kartu hitam dengan limit tak terhingga tanpa perlu memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Dia bahkan tidak perlu menyediakan kebutuhan hidup Theo. Kalau bukan karena hal ini berhubungan dengan perasaan, ini adalah kehidupan yang diimpikan oleh banyak orang.
Namun, setiap dia mempunyai harapan lebih, dia akan kecewa.
Sulit bagi wanita untuk tidak tergoda dengan pria seperti Theo.
Kalau bukan karena utang 600 miliar itu, uang yang dia hasilkan sekarang sudah cukup untuk menjalani kehidupan yang tentram. Dia tidak akan membiarkan Theo menyiksanya seperti ini.
Kehidupan yang tidak bahagia bisa mempersingkat umur seseorang!
Kayla hendak pergi mengambil kotak P3K, tetapi dia ingat bahwa dirinya baru saja pindah ke sini kemarin. Dia belum menyiapkan barang–barang itu.
Theo memejamkan matanya, sepertinya dia agak pusing. Dia mendengus dingin. “Takut aku mati?”
Theo berkata sambil tersenyum tipis, “Kalau aku mati, nggak akan ada yang mengganggumu lagi. Meskipun Keluarga Warly nggak akan mengizinkan Davin menikahi seorang janda, kalau dia benar- benar mencintaimu, mungkin dia akan membawamu pergi mengemis.”
Kayla menarik beberapa lembar tisu dan menekannya dengan kuat ke luka Theo. “Bahkan lubang di keningmu pun nggak bisa membungkam mulutmu yang kotor ini.”
Sekalipun Davin putus hubungan dengan keluarganya, dia tidak mungkin menjadi pengemis. Sepertinya pria ini bisa mati kalau tidak memfitnah orang.
+15 BONUS
Kayla memutar bola matanya sambil berkata, “Aku takut kamu mati di tanganku. Aku nggak ingin menghabiskan masa mudaku di penjara. Lagi pula, siapa yang nggak ingin menikah setelah
menemukan cinta sejatinya?”
Kayla membungkuk untuk mengambil tasnya. Ketika dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon ambulans. Theo menghentikannya. “Paman Dafa ada di bawah.”
Kondisinya tidak parah dan tidak memerlukan pertolongan darurat, bahkan pendarahan di keningnya dapat dihentikan dengan tisu. Dia tidak perlu menyia–nyiakan sumber daya rumah sakit.
Dafa yang berada di lantai bawah sedang merokok. Melihat Kayla memapah Theo yang berlumuran darah, dia sangat panik dan langsung menghampiri mereka. “Nyonya Kayla, kenapa Tuan Muda terluka
parah?”
Kayla tertegun sambil berpikir, ‘Pertanyaan ini sulit dijawab.”
Dia bukan takut dengan Dafa, melainkan takut masalah ini akan sampai di telinga Evi dan Evi akan
berpikiran lain.
Dalam rumah tangga normal, tidak ada istri yang akan menghantam kepala suaminya!
Theo memandangnya dengan santai dan tidak bermaksud untuk membantunya.
Ekspresi Kayla sama sekali tidak berubah saat berbohong. “Dia terjatuh. Paman Dafa, lain kali kalau dia mabuk, antar dia pulang saja. Jangan biarkan dia berkeliaran. Kalau tadi aku nggak memapahnya,
mungkin cederanya jauh lebih parah.”
Theo terdiam.
Dia hanya memandang Kayla sambil berpikir, ‘Bisa–bisanya dia berubah dari orang yang melakukan
kekerasan menjadi wanita yang menolongku.”
Dafa tampak tertekan. “Nyonya Kayla, sebaiknya Nyonya pindah kembali. Aku hanyalah seorang bawahan, mana berhak ikut campur dalam urusan Tuan Muda.”
Terdapat sebuah rumah sakit swasta di dekat sini, jaraknya hanya sepuluh menit–dari apartemen Kayla.
Setelah selesai membalut luka Theo, dokter berkata, “Seharusnya nggak ada masalah besar. Kalau
kalian nggak tenang, boleh lakukan pemindaian CT atau boleh diamati terlebih dahulu. Kalau muncul gejala pusing, muntah dan kantuk, kita baru lakukan pemindaian CT.”
Theo melirik Kayla yang tidak mengatakan apa–apa. “Dokter, aku tinggal sendirian.”
“Nggak boleh, kamu harus diawasi oleh anggota keluarga. Gejala gegar otak tahap ringan nggak terlihat
jelas. Bagaimana kalau kamu menginap di rumah sakit satu malam atau lakukan pemindaian CT
sekarang juga.”
Kayla berkata, “Dokter, lakukan pemindaian CT saja.”
Theo berkata, “Nggak mau.”
Kayla menjadi kesal. “Kalau begitu rawat inap.”
Theo berkata dengan tenang, “Aku nggak mau dirawat di rumah sakit.”
Kayla menjadi agak marah. Setelah kelaparan begitu lama, dia mulai sakit maag. “Ini nggak mau, itu
juga nggak mau. Sebenarnya apa maumu? Tinggal di rumah Ibu?”
Theo berkata, “Kamu yang memukulku, kamu tanya apa mauku?”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report