Ruang Untukmu
Bab 306

Bab 306

Ruang Untukmu

Bab 306

“Tetap berhubungan dengan saya, Nona Tasya. Saya akan melaporkan kepada Anda tentang kondisiPak Frans kapan pun saya bisa.”

“Baiklah. Terima kasih Pak Romi,” kata Tasya sambil tersenyum.

“Saya harus merepotkan Anda dengan ini.”

Pria itu mengunci mobilnya dan menawarkan, “Biarkan saya mengantar Anda ke atas. Saya juga bisamembawa pulang Pak Frans dari sana.”

Wanita itu tidak punya alasan untuk menolak, jadi dia dan Romi mulai berjalan berdampingan ke pintumasuk jalan. Mereka terlihat serasi saat berjalan di jalan yang diterangi oleh lampu jalan. Si wanitatidak menyadari dari awal sampai akhir kalau ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari sedanhitam yang terparkir di sisi jalan dan bagaimana itu terjadi.

Roy melirik Elan melalui kaca spion dan bertanya, “Apa Andatidak turun dari mobil, Pak Elan?”

Dia tidak tahu apa yang sedang ditunggu bosnya. Sementara itu, Elan menyipitkan matanya yangseolah-olah tertutup oleh lapisan es.

*Jadi, inilah kenapa dia melemparkanku kepada wanita lain dengan murah hati,‘ batin Elan denganmarah. Ternyata dia sudah mengincar pria lain dan pria itu tak lain adalah manajer keuangan cakapyang bekerja untuk Frans. Frans selalu melatih Romi untuk menjadi orang yang membantu Tasyamewarisi perusahaan. Selain itu, Frans sebenarnya berniat menikahkan Romi dengan KeluargaMerian.

Jadi, apa Tasya menerima perjodohan dari ayahnya? Dia lebih suka membuangku dan berkumpuldengan Romi?‘ tanya Elan dalam hati.

Pikiran Elan begitu melelahkan sampai-sampai dia harus memejamkan mata. Ini pertama kalinya diamerasakan kelelahan mental seperti ini dan bukannya karena pekerjaan, ketegangan mentalnyadisebabkan oleh ketidakmampuannya untuk memiliki wanita yang dicintainya.

Apa aku masih belum cukup?‘ tanyanya sambil menghela nappas.

Saat Romi dan Tasya naik, Frans sudah berada di rumah seperti yang mereka harapkan. Dia terlihatlega saat melihat mereka berdua kembali dari kencan mereka. Pria tua itu membatin, Aku harusmenciptakan banyak kesempatan untuk menjodohkan mereka. Setahun seharusnya sudah cukupsebelum mereka menikah. Aku akhirnya bisa pensiun saat itu tiba.‘

Ini pertama kalinya Romi berkunjung ke rumah Tasya. Begitu dia memasuki lingkungan yang nyamanitu, pria itu berpikir betapa indahnya hidup kalau dia menikahi si wanita.

“Baiklah. Kalau begitu, Romi, kita harus pergi. Jodi harus pergi ke sekolah besok!” seru Frans yangtidak mau lagi mengganggu istirahat putrinya.

Mendengar itu, Tasya buru-buru mengingatkan Romi, “Pak Romi, tolong antar Ayah pulang denganselamat. Jangan mengebut kalau macet.”

“Baik, Nona Tasya. Tolong jangan mengkhawatirkan itu.”

Frans tiba-tiba bergabung dalam percakapan mereka, “Apa omong kosong ‘Nona Tasya’ ini? Janganmenjadi orang asing, Romi. Panggil saja dia Tasya!”

“Baiklah,” kata Romi sambil tersenyum.

“Aku akan mulai memanggilmu Tasya kalau begitu.”

“Tentu saja!” jawab si wanita dengan santai.

Dia akhirnya bisa menghela nafas lega setelah Frans dan Romi meninggalkan tempatnya. Jodi kecilyang ada di belakangnya menggembungkan pipinya sambil menggerutu, “Mama, kenapa Kakekmengajak Mama berkencan dengan Om Romi? Apa Mama tidak menginginkan Om Elan lagi?”

Tasya terdiam beberapa saat sebelum menjelaskan kepada anak itu, “Itu bukan kencan. Kami hanyakeluar untuk membicarakan perusahaan Kakek.”

“Om Elan akan marah kalau dia tahu! Aku yakin dia tidak suka kalau Mama makan dengan tuan lainselain dia.”

Si wanita segera meletakkan jarinya di bibir Jodi dan berkata, “Jodi, kamu tidak bisa memberitahunya,oke? Om Elan orang yang sibuk. Kita tidak boleh mengganggunya.”

“Lalu, apa Mama menyukai Om Romi atau Om Elan?”

“Mama hanya menyukaimu,” jawab si wanita sembari bersenandung dan mengusap kepala putranyayang lembut.

Bel pintunya berbunyi saat ini. Berpikir kalau ayahnya sudah meninggalkan sesuatu, dia tanpa ragumengulurkan tangan untuk membuka pintu. Tanpa diduga, orang itu ternyata Elan yang berdiri di sanadengan amarah yang terpancar darinya. Mata Tasya membelalak tatkala dia bertanya-tanya kenapaElan datang ke sini.

“Kamu … Kenapa kamu ada di sini?” tanya Tasya.

Pria itu menjawab dengan nada mengejek, “Romi Wijaya bisa datang kemari dan aku tidak?”

Wanita itu bahkan lebih terkejut ketika dia bertanya-tanya bagaimana Elan tahu kalau Romi sudahmampir. Dia bertanya dalam hatinya, ‘Apa Elan bertemu Ayah dan Romi ketika dia datang?

“Om Elan, kamu di sini!”

Sebuah suara lembut memanggil dengan terkejut. Jodi selalu menyambut kehadiran Elan. Kemarahanpria sekeuka menghilang ketika dia mendengar namanya dipanggil dan dia menggendong Jodi danmembelai rambut anak itu dengan sikap yang sama lembutnya.

“Apa kamu merindukanku?” tanya Elan kepada Jodi.

“Ya.”

“Bagaimana sekolah barumu? Kita bisa pindah sekolah kalau kamu tidak menyukainya.”

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report