Ruang Untukmu -
Bab 316
Bab 316
Ruang Untukmu
Bab 316
Dipanggil oleh Elan di depan umum, Alanna berpura-pura malu dan mengangguk. Alanna kemudianmenjawab dengan senyum manis, “Tentu. Saya akan segera ke sana.”
“Sungguh Anda diberkati, Nona Alanna! Pak Elan memperlakukan Anda dengan baik,” kata seorangdesainer wanita kepada Alanna.
“Tidak ada apa-apa di antara Pak Elan dan saya. Tolong jangan salah paham,” jawab Alanna sambiltersenyum. Kemudian, dia pergi dengan membawa dokumen di tangannya.
Pada saat itu juga, Tasya sedang mengemasi barang-barangnya juga. Entah mengapa, dia tidakmemegang buku catatannya dengan erat dan buku catatan itu jatuh ke lantai.
“Oh, sepertinya ada yang tersinggung.” Alisa memanfaatkan situasi untuk mengejek Tasya.
Karena itu, Tasya mengabaikannya dan dengan tenang mengambil buku catatannya.
Namun, Alisa tidak berniat membiarkan Tasya lolos begitu saja. “Bukankah ditinggalkan adalahperasaan yang mengerikan, Tasya? Kekuasaanmu telah berakhir, dan Alanna telah mengganukanmu.”
Tasya tanpa emosi meninggalkan ruang konferensi di tengah ejekan Alisa. Tersinggung? Aku?Mustahil!
Sama sekali tidak ada apa-apa di antara Elan dan dirinya. Mereka hanya berciuman beberapa kali dimana Tasya telah dimanfaatkan beberapa kali olehnya juga. Itu bukan masalah besar.
Saat Tasya kembali ke ruang kantornya, dia menarik napas dalam-dalam dan berniat menggunakansisa jam kerjanya untuk merevisi sketsanya. Namun, tepat ketika Tasya akan mulai bekerja, bayanganElan dan Alanna melintas di benaknya.
Tasya membayangkan Alanna di ruang kantor Elan, dia membayangkan Elan dengan penuh semangatmendorong Alanna ke meja.
Pergi! Tasya menepuk kepalanya sendiri, ingin mengusir pikiran kacau ini. Apa yang telah terjadipadaku? Aku pasti sudah terlalu lama bersama pria ini sehingga aku memiliki pikiran kotor ini.
Telepon kantomya berdering dan Tasya segera menjawabnya, “Halo.”
“Aku akan ke rumahmu untuk makan malam nanti. Siapkan untukku juga.” Suara Elan yang dalam danmemesona bergema.
Tasya entah bagaimana tampaknya menarik amarahnya dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Malamini aku tidak akan memasak. Pak Elan, silakan makan malam di luar bersama Alanna.”
“Kenapa kamu tidak memasak?” tanya Elan penasaran.
“Tidak ada alasan,” jawab Tasya dengan tenang.
“Baiklah. Berkendaralah dengan hati-hati saat kamu akan menjemput Jodi nanti.”
“Aku tidak butuh perhatianmu,” jawab Tasya dengan keras kepala, dan Tasya langsung mengakhiripembicaraan.
Di kantor presdir, Elan tak henti-hentinya tersenyum karena tahu bahwa Tasya cemburu.
Tasya hanya menvalahkan dirinya sendiri karena begitu dekat dengan Romi. Karena Tasya telahmembuat Elan marah, dia harus membalasnya juga.
Sore harinya, Tasya dan Jodi telah pulang ke rumah. Tasya membeli sosis di jalan dan memutuskanuntuk memasaknya untuk makan malam.
“Bu, apakah Om Elan datang nanti.. Haruskah kita membeli lebih banyak?” Jodi langsung teringat olehElan ketika dia melihat sosis.
“Dia tidak akan datang, dan dia tidak akan datang lagi di masa depan,” jawab Tasya sambilmenyiapkan sosis.
Mata Jodi langsung memelotot saat dia bertanya, “Kenapa?”
“Karena… dia sibuk.” Tasya hanya memberinya alasan. Dia tidak mungkin memberi tahu putranyabahwa Elan sedang sibuk berkencan, bukan?
Meskipun ini adalah sesuatu yang cepat atau lambat Jodi akan tahu, Tasya memutuskan untukmerahasiakannya. Tasya menyesal membiarkan Jodi begitu dekat dengan Elan sejak awal, karenaJodi telah dekat dengan Elan dan bahkan memiliki harapan untuk Elan juga. Tasya tidak tahubagaimana melepaskan putranya dari hubungan ini.
Setelah menghabiskan sosis, Jodi tahu bahwa Tasya sibuk dan Jodi bermain sendiri.
Di larut malam, keuka Jodi sudah tidur, Tasya, di sisi lain, tidak mengantuk sama sekali. Beberapabayangan terus muncul di benaknya termasuk Elan yang menciumnya. Semua bayangan ini sepertisemut yang terus-menerus menggaruk hatinya.
Napas Elan, kekuatan Elan yang mendominasi, tatapan posesifnya, dan bibirnya yang mendekat…
Karena frustrasi, Tasya berguling di tempat tidur dan telah mencoba berbagai posisi berbaring tetapimasih tidak bisa tidur,
Setiap ciuman dominan dari Elan teringat jelas di benaknya, dan semakin Tasya memikirkannya,semakin marah dia. Siapa dia sampai menciumnya berkali-kali? Kenapa Tasya tidak menolaknya?
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report