Ruang Untukmu
Bab 387

Bab 387

Ruang Untukmu

Bab 387

Scicah itu, Alanna berlalu. Sekarang, yang bisa dilakukannya hanyalah menunggu kabar dari Lukassebelum mengambil langkah sclanjutnya. Dia harus segera melahirkan anak Elan, karena Rully masihmenunggu Alanna untuk menyelamatkannya.

Sementara itu, di Negeri Harapan, untuk pertama kalinya Helen melepas pembalut luka seminggusetelah pembedahan. Sekarang wajahnya sudah tidak bengkak lagi dan hasil operasi itu pun terlihatnyata.

Wajah aslinya yang sedikit berbentuk persegi kini berubah menjadi oval. Kelopak matanya masihbengkak, tetapi hidungnya sudah lebih mancung, dan bibirnya lebih cantik, garis rahangnya pun begitusempurna.

Helen merasa sangat puas-akhirnya dia menjadi cantik. Walaupun tidak secantik wajah natural

Tasya, dia yakin wajahnya tidak jauh beda darinya.

Begitu bengkaknya hilang seluruhnya, dia pun bisa bertemu Elan!

Yang tidak disangka olehnya adalah hasilnya jauh lebih memuaskan daripada yang diperkirakan, dandia boleh pulang ke rumah setelah satu bulan.

Helen menatap cermin untuk memandangi wajahnya yang kini menyerupai Tasya. Dia tersenyumbahagia dan sorotan matanya dipenuhi kemenangan.

Apa yang akan Tasya pikirkan saat melihat wajahku? Apakah akan membuatnya jijik?

Kemudian, dia ingin segera tahu apakah Elan akan menerimanya dan tiba-tiba jatuh cinta padanya disatu titik begitu efek pembedahan telah sembuh dan berada di puncak kecantikannya.

Tentu saja malam lima tahun lalu itu tidak terlupakan bagi Elan. Jika tiba-tiba ada dorongan dalam dirilaki-laki itu untuk merasakan kembali sensasinya, maka tentu hanya Helen yang bisa mewujudkannyauntuknya.

“Anda benar-benar canuk, Nona Sanjaya. Sempurna,” ucap agen di sampingnya.

Namun, Helen tiba-tiba berhenti tersenyum, dan kebahagiaan dalam sekejap menghilang. Sanjungantidak lagi membuainya.

mya.

Bentuk wajahnya sudah sesuai dengan wajah Tasya. Sederhananya, memujinya sama saja artinyadengan memuji Tasya, dan hal ini membuatnya tidak senang.

Lebih buruknya lagi, rasa tidak nyaman ini hanya mengingatkannya pada kecantikan natural dansempurna wajah Tasya kapanpun orang menyanjungnya.

Malam hari, setelah memandikan Jodi, Tasya ingin menghabiskan waktu menonton TV dengan santaiketika ponselnya tiba-uba berdering. Segera dia tahu, panggilan dari Elan.

Ada apa dia menelepon malam-malam begini?

Namun, Tasya tetap menjawab teleponnya. “Halo?”

*Bolchkali aku main ke tempaun111?”

*Sekarang: Tasya Diclihat jam dan rupanya sudah pukul 8.30 malam.

“Aku baru saja selesai makan malam dengan partner bisnis, dan akan melewati rumahmu dalamperjalanan pulang. Aku ingin bertemu denganmu.”

“Bukankah baru saja bertemu denganku kemarin?”

*Bagiku, udak pernah sedcuk pun aku berhenu berpikir untuk bertemu denganmu” Elan tiba ubamenjadi Tuan Romantis.

Tasya, di sisi lain, tidak bisa berkata-kata.

Seharusnya dia sudah memiliki seorang anak jika menerapkan rayuan ini pada perempuan lain!

“Baiklah, silakan datang.” Akhirnya, dia mengiyakan.

Elan yang merasa senang merespon, “Segera meluncur!”

Dengan demikian, malam hari yang biasa itu telah berubah menjadi menyenangkan dengan kunjunganmendadak Tuan Prapanca.

Tak lama setelahnya, Tasya bangkit untuk menyeduh teh dan memotong buah-buahan.

Lima menit kemudian, suara bel pintu berbunyi. Dia memeriksa melalui lubang intip, dan benar saja,ada seseorang tengah berdiri di luar apartemennya.

Tasya membuka pintu dan rupanya dia tidak datang seorang diri, melainkan dengan banyak barangbawaan! Yang paling menarik perhatiannya adalah beberapa set Lego terbaru. Tangan Elan membawadua set, sementara Roy, yang membuntutinya di belakang, membawa empat set lainnya.

“Mengapa kamu membeli banyak sekali?” Tasya tidak tahu harus bereaksi apa.

“Jodi suka sekali Lego”

“Kamu hanya akan memanjakan dia,” ujarnya dengan nada kesal.

“Bagaimana bila ikut masuk, Pak Okananda?” Tasya mengajak Roy masuk ke dalam.

Namun, mana mungkin dia berani ikut masuk ke dalam di saat bosnya ingin menghabiskan waktuberdua dengan Nona Merian? Lagipula dia masih ingin hidup beberapa puluh tahun lagi. “Tidak, terimakasih. Masih ada urusan yang harus kuselesaikan. Selamat bersenang-senang untuk kalian berdua.”

Jodi seakan mendengar suara dari luar dan segera pun muncul dari kamarnya, lalu berseru saatmelihat begitu banyak lego di atas sofa. “Wow! Aku sayang padamu, Om Elan!”

Setelah itu, dia berlari ke dalam pelukan Elan, membuat Tasya menggelengkan kepala. Laki-laki initelah membeli Jodi seutuhnya.

“hamu harus berjanji padaku satu hal sciclah mencrima hadiah dariku. Dengarkan omongan ibumu,dan jangan buat dia marah.”

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report