Ruang Untukmu
Bab 657

Bab 657

Bab 657

Tasya sedang membaca di halaman berumput tepat di luar ruang tamu sementara Jodi sedangbermain dengan kucing. Ketika Tasya melihat Elan berjalan ke arahnya dengan sosoknya yang dihiasioleh cahaya senja. Tasya meletakkan bukunya dan berlari menghampirinya.

Tasya sangat merindukannya setelah tidak melihatnya sepanjang hari.

Setelah melihat Tasya berlari ke arahnya, Elan membuka lengannya dan menangkapnya saat Tasyamelemparkan dirinya ke pelukan Elan seperti anak kecil. Elan mengangkat pinggangnya danmemutarnya sekali, lalu meletakkannya kembali. “Apakah kamu merindukan saya?” tanya Elanmenggoda. Ada sinar hangat dan lembut di matanya saat Elan mencium dahinya memanjakannya.

Tasya mengangguk, tersenyum ketika dia berkata, “Saya merindukanmu.”

“Papa, saya juga ingin di cium,” tuntut Jodi saat dia mendekati pasangan yang penuh kasih denganmembawa anak kucing di pelukannya.

Elan melepaskan Tasya dan membungkuk untuk menggendong si kecil, lalu mencium pipinya denganpenuh kasih. “Apakah kamu bersenang-senang di sekolah hari ini, Jodi?”

“Ya, Papa!” jawab Jodi dengan mengangguk tegas.

Anak kucing itu tampak sangat tidak senang ketika melihat semua orang telah menerima kasih sayangElan. “Meong!”

Setelah menganggap kucing itu sebagai bagian dari keluarga, Elan mengulurkan tangan untukmenepuk. kepala kucing yang lembut itu dan bertanya, “Kamu juga tidak ingin dicium, kan?”

Anak kucing itu mengeong sekali lagi seolah menjawab dengan tegas.

Elan merasa senang saat dia terus menggaruk belakang telinga kucing itu untuk menenangkannya.Ada ketenangan dalam cara mereka bertiga dan kucing bergaul satu sama lain di bawah langit malam.Untuk sementara, seolah-olah dunia ini damai.

Sementara itu, Luna sedang dalam perjalanan pulang ketika dia menelepon ibunya dan menceritakanapa yang terjadi dengan Tasya. Setelah mendengar detailnya, Kaila berkata, “Kamu melakukan haldengan baik, Luna. Dengan begitu, Tasya tidak akan curiga atau melihatmu sebagai ancaman.”

Luna sengaja mampir ke rumah Tasya pada sore hari dan pergi sebelum waktu makan malam supayaTasya tidak berpikir bahwa dia mencoba mencampuri urusan keluarganya. Rencana yang cerdik akanmembantu Luna membuat kesan yang baik pada Tasya, dan kemudian Tasya akan lengah.

Saat itu, ada kilau ambisius di mata Luna saat dia berkata, “Ngomong-ngomong. Bu, saya sudahmengirimkan resume saya ke Grup Prapanca.”

“Itu terlalu cepat, Luna. Ayah bilang jangan terburu-buru, apakah kamu ingat? Lagi pula, Elan masihdalam fase bulan madu dengan Tasya. Kamu harus menunggu sampai dia punya anak kedua sebelumkamu bergerak.”

“Bu, jangan khawatir, saya hanya melakukan ini untuk mengukur perasaan Elan kepada saya, itu saja,”jelas Luna. Ini seperti bermain catur, dan setiap gerakan yang Luna lakukan disengaja dan memilikitujuan di

baliknya.

“Baiklah, tapi pastikan kamu mengatur kecepatanmu dan jangan mengacaukan rencana kami!”

“Saya tahu, Bu. Saya akan berhati-hati,” Luna berjanji dengan tenang.

Saat itu pukul 22.00 ketika Tasya keluar dari kamar mandi untuk bersiap-siap tidur, melihat anak kucingitu ingin memanjat sofa, cakarnya mencakar kain saat meluncur ke bantal empuk. Kucing itumengeluarkan suara lembut seolah-olah bersikeras bisa melakukannya sendiri.

Tasya duduk di samping dan bertanya dengan geli, “Bukankah kamu seharusnya bersama tuankecilmu yang tersayang daripada berada di kamar kita?”

Anak kucing itu berhasil naik ke sofa, dan dia mengintai di sudut dan meringkuk, lalu tertidur.

Saat itu, pintu kamar terbuka dan Elan masuk mengenakan pakaian santainya. Elan baru sajamenyelesaikan panggilan konferensi dengan afiliasi internasional, dan ada aura kekaisaran yangmembuatnya semakin menarik.

Tasya menyukainya ketika Elan mengenakan jas, dan Tasya tidak bisa menahan dorongan primal yangmencengkeramnya pada saat-saat seperti ini. Itu adalah naluri yang liar yang membuatnya inginmembantunya melepaskan jas itu.

Namun, Tasya telah melihat sisi tersembunyi dari diri Elan dari keadaannya yang menyendiri.

Seolah membaca pikirannya, Elan mencium kepalanya dan bergumam sambil membuka kancingjasnya, “Beri saya waktu dua puluh menit.”

Tasya tersenyum dan bertanya dengan polos, “Apa yang akan kamu lakukan setelah dua puluhmenit?”

Bingung. Elan mengangkat alis dan memberinya tatapan penuh pengertian. “Apa menurutmu?”

“Saya khawatir gagasan itu harus ditunda hingga seminggu kemudian.” Tasya mengaku, tidak inginmemberikan kepuasan pada pria itu.

Elan langsung mengerti. Sambil menyeringai nakal, dia menggoda, “Baiklah, kalau begitu, mungkinsaya harus menghemat energi saya sampai saat itu.”

Tasya cemberut dan memberinya tatapan agak tertekan, yang ditanggapinya dengan tawa saat Elanmenuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Elan keluar dari kamar mandi dan melihat Tasyameringkuk di tempat tidur. Elan menyelinap di bawah selimut saat dia menariknya ke dalampelukannya sehingga Tasya bisa bersandar padanya.

“Sayang, saya tidak ingin menjadi ibu rumah tangga lagi,” gerutu Tasya pelan.

Elan membelai rambutnya dengan lembut dan berkata, “Kamu bisa melakukan apapun yang kamumau.”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report