Ruang Untukmu
Bad 75

Bad 75

Bab 75

“Ya, itu bagus“ Elan melirik gelang di pergelangan tangan Melen sambil mengangguk.

“Nenek memperlakukanku dengan cukup baik dan sepertinya ia sangat menyukaiku.” Helen sengajamemastikan kalau Tasya mendengar kata-katanya, karena dia ingin wanita itu tahu bahwa dia begitupenting bagi Hana.

“Pastikan kamu menyimpannya.” Elan mengalihkan pandangannya ke arah kaca spion dan mengamatiwanita yang sedang duduk di kursi belakang melalui pantulannya. Tasya terus menatap ke luarjendela, dan tampilan samping wajahnya membuat wanita itu tampak seperti seorang dewi suci yangdipuja oleh banyak orang.

Akhirnya, Tasya sudah merasa bosan untuk tinggal di dalam mobil. Saat mereka sampai di jalan raya,dia kemudian berkata pada pria yang duduk di depannya. “Pak Elan, tolong hentikan mobilnya.”

Elan menepi di pinggir jalan dan menatap wanita itu dengan cemberut. “Apa ada yang salah?”

“Aku ingin keluar dari mobil sekarang.” Tasya menyelesaikan kalimatnya dan dengan cepat membukapintu, melangkah keluar dari kendaraan tanpa sedikitpun keraguan.

Setelah menyaksikan reaksi Tasya, Elan tercengang sambil bertanya-tanya apakah dia engganmenerima tumpangannya, tetapi Helen senang melihatnya pergi karena itu berarti dia bisa berduaandengan pria itu. Meskipun begitu, Elan keluar dari mobilnya sesaat kemudian, meninggalkan Helenyang segera terkejut saat melihatnya mengejar Tasya. Melihatnya, dia semakin penuh denganobsesinya, berpikir bahwa Tasya sudah dengan sengaja berusaha untuk merayu Elan.

Di sisi lain, Tasya sudah melihat Elan yang sedang mengejarnya tetapi ia memutuskan untukmengabaikan usaha pria itu. Dia kemudian menemukan tempat yang cocok untuk berdiri di pinggir

jalan sambil berusaha memanggil taksi.

“Aku bisa menurunkanmu di tempat tujuanmu, jadi kenapa kamu malah naik taksi?” Elan mengerutkankeningnya dengan jengkel.

“Itu bukan urusanmu. Antarkan saja si Helen dan segera pergi dari sini,” Tasya menoleh ke belakangdan menjawabnya.

“Aku akan mengantarnya pulang dan mengantarmu ke kantor setelah itu,” jawab Elan dengan suaraberat yang terdengar seperti sedang berusaha keras untuk membujuknya.

“Aku tidak suka berbagi tumpangan dengan wanita itu, jadi aku atau dia yang akan kamu antar. Silakanpilih salah satu.” Tasya menaikkan dagunya dengan angkuh.

Elan lalu terdiam sebentar meskipun dia sudah tidak kaget lagi dengan sikap Tasya yang di luar nalar.Dengan segera, dia meraih pergelangan tangan wanita itu dan berkata, “Tasya, tak bisakah kamubertindak yang lebih inasuk akal?”

Namun, Tasya menarik tangannya dengan murka. “Aku bisa bersikap masuk akal kepada siapa punkecuali padamul Lepaskan tanganmu dariku sekarang!” Pada saat itu, sebuah taksi tiba sebelum diamembuka pintu dan duduk di dalamnya, berlalu meninggalkan Elan dengan raut wajahnya yangtampak kesal. Siall wanita ini benar-benar keras kepala, bukan?

Sementara itu, Helen masih merasa benci pada Tasya meskipun wanita itu sudah pergi, ia merasa jijikdeagan

perilaku malu-malunya. Bukankah saat ini dia bertingkah seperti seorang ratu drama? Ketika Elankembali ke dalam mobil, Helen langsung memperhatikan ekspresinya yang gelap dan segeramengambil kesempatan untuk memainkan senar hatinya. “Apakah Tasya pergi karena diriku? Jika akutahu lebih awal, seharusnya tadi aku naik taksi saja.”

“Bukan begitu. Dia hanya memiliki sesuatu yang penting untuk dikerjakan di kantor.” Mata Elan tampaklebih melembut.

Helen pun pura-pura menghela nafasnya. “Tasya dan aku tak akan pernah bisa dekat lagi seperti dulu,dan aku juga tak akan pernah bisa lagi menebus kesalahan yang aku sebabkan padanya.”

Elan menghibur wanita itu dan berkata, “Apa pun itu, semuanya sudah berakhir. Jadi jangan pernahmengungkitnya lagi.”

“Tasya sudah membenciku selama lima tahun, selama itu juga aku menyalahkan diriku sendiri.Bahkan, setiap malam aku membayangkan bagaimana dia sudah dilecehkan, aku merasa inginmenampar wajahku sendiri. Kenapa? Kenapa sesuatu yang begitu kejam bisa terjadi padanya?”

Sementara itu, tanpa disadari Elan sudah mengencangkan cengkeramannya pada stir kemudi ketikamendengar apa yang dikatakan oleh Helen. Pada saat yang sama, dia sangat ingin tahu apakah Tasyatelah bertemu dengan pria mesum yang membuatnya menderita seperti itu.

Di sisi lain, Helen tak berhenti menekankan betapa Tasya telah disakiti dan dilecehkan denganharapan hal itu bisa membuat Elan kehilangan minat padanya. Lagi pula, dia percaya bahwa tak adapria yang akan menerima wanita yang telah dilecehkan oleh pria lain, tetapi Helen tidak tahu bahwa diasudah salah menerka jalan pikiran Elan.

Nyatanya, penekanan Helen pada aib Tasya hanya membuat Elan semakin bersimpati pada Tasya.Alih-alih merasa jijik dengannya, pria itu malah lebih merasakan dorongan yang kuat untuk melindungiTasya lebih dari sebelumnya. Selain itu, persepsinya tentang Tasya juga telah berubah dari yangawalnya enggan untuk menikahinya menjadi kesediaannya untuk menjadikan Tasya sebagai istrinya,tetapi bagaimanapun, entah bagaimana pria itu gagal untuk memenangkan hati Tasya.

Apa yang sudah terjadi itu adalah hal yang telah berlalu, jadi jangan membicarakannya lagi. Kamu takperlu menyalahkan dirimu sendiri untuk kejadian itu dan tetap melanjutkan hidupmu.” Elan menghibur

Helen sambil menatap wajah bersalahnya.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report