Ruang Untukmu
Bad 805

Bad 805

Bab 805

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, Marina menjadi cemas dan mau tidak mau bertanya kepadaseorang pelayan, “Mengapa Arya belum turun?”

“Kami sudah mengetuk pintu kamarnya, Nyonya Besar Marina, tetapi Tuan Muda Arya tidak menjawabkami. Jadi kami pikir dia masih tidur.”

Ketika melihat waktu semakin singkat, Marina memutuskan untuk langsung menuju ke lantai atas.Setelah tiba di lantai tiga, dia mengetuk pintu kamar Arya. “Arya, bangun. Ini sudah terlambat.”

Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan Arya yang setengah telanjang dengan jubahmandi melilit di pinggangnya dan rambut yang basah kuyup.

Melihat si pelayan tersipu, Marina mengerutkan kening. “Aiya pakai baju. Apa maksudnya ini? Kamubukan anak kecil lagi.”

“Nenek sarapan duluan saja. Arya akan turun sebentar lagi,” kata Arya kepada neneknya.

“Nenek akan menunggumu. Kita masih punya sedikit waktu. Cepatlah berpakaian.” Marinamemandangnya sekali lagi. Cucunya memang menawan dalam segala penampilan.

Bahkan Marina sedikit tersenyum saat dia berbalik, dan tanpa sadar melirik ke kamar sebelah. “Suruhdua orang tetap di sini dan menjaga Nona Salsa. Dia tidak akan pergi ke tempat pernikahan, tetapipastikan dia dijaga dengan baik,” perintahnya kepada pelayan.

Pelayan pun mengangguk mengerti. “Baik Nyonya.”

Beberapa saat setelah semua pelayan di lantai tiga pergi, Atya keluar dari kamarnya denganmengenakan kemeja putih dan celana jas yang serasi. Namun, dasinya tidak diikat dan rambutnya

masih basah. Dia bahkan mengancingkan lengan bajunya sambil berjalan ke kamar Salsa.

Salsa yang lelah dan mengantuk–masih tertidur ketika Arya mengetuk pintu. Ketukan pintu itumembuatnya bangun dan terduduk. Baru setelah ketukan itu terdengar untuk kedua kalinya, dia yakindia tidak sedang bermimpi.

Kemudian, dia pergi untuk membukakan pintu dan mendapati Arya menatapnya.

“Ya, Tuan Muda Arya?” Salsa balas menatapnya dengan rambut acak–acakan dan mata bengkak. Halini membuat Arya mengerutkan kening. “Apa kamu tidak tidur tadi malam?” Kenapa dia terlihat sangatcelung?

“Tentu saja saya tidur!” Salsa berbohong. Sebenarnya dia merasa pusing dan tidak enak badan.

Melihat Salsa tampak mengerikan, Arya menyentuh dahinya tanpa berpikir panjang. Sensasi panas didahinya membuat Arya menahan napas. Dia demam.

“Kamú demam. Saya akan membawamu ke rumah sakit,” kata Arya.

Salsa yang tidak tahu sedang demam langsung menyentuh dahinya. Suhunya agak tinggi, tetapi diamasih baik–baik saja. Dia segera melambaikan tangannya. “Tidak apa–apa. Hari ini adalah haripernikahanmu. Tentunya banyak hal yang harus kamu lakukan. Pergilah! Saya bisa mengurus diri sayasendiri.”

Setelah itu, Salsa meraih pintu untuk menutupnya, tetapi Arya menghentikan pintu tertutup dengansedikit tegas. Baginya, antara pernikahan dan demam yang diderita Salsa, demamnya lebih penting.

“Ikut dengan saya.”

Walaupun perasaan Salsa sangat sakit, dia benar–benar tidak ingin mengganggu pernikahannya. Olehkarena itu, dia mundur selangkah dan berkata, “Terima kasih, tetapi tidak. Saya akan meminta seorang

pelayan untuk membawa saya ke rumah sakit nanti.”

Saat itu, seorang pelayan bergegas ke atas dan memberi tahu, “Tuan Muda, Nyonya Besar Marinamasih menunggu Anda untuk sarapan dengannya. Waktu semakin singkat, dan Anda harus segera pergike kapel,”

Namun, Arya tidak menanggapi pelayan itu melainkan hanya menatap wanita muda yang keras kepalaini.

“Apa kamu akan ikut dengan saya?” ancam Arya.

Saat ini, Salsa semakin yakin dia tidak ingin merepotkan Arya akan hal ini setelah mendengar bahwaMarina sedang menunggunya di bawah. Oleh karena itu, dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, kamupergi saja.”

Arya menarik napas dalam–dalam sambil menjulurkan lidah ke pipi bagian dalam. Jelas dia telahkehabisan kesabaran dan bahkan semakin jengkel.

“Baiklah, terserah kamu saja.” Arya selalu angkuh. Dia pikir saya punya waktu untuk membujuknya?Gadis ini yang memintanya!

Setelah itu. Arya berjalan pergi, sementara Salsa menahan air matanya saat melihatnya pergi sebelumakhirnya menutup pintu dengan tenang.

Rasa hancur menyelimuti wanita yang sedang patah hati itu. Dia berdiri di depan jendela, dan berjemurdi bawah sinar matahari pagi.

Di lantai bawah, Arya sedang sarapan bersama neneknya. Marina mengajukan serangkaian pertanyaan,tetapi Arya tidak menjawabnya sama sekali. Tatapannya hanya terpaku pada suatu titik, dan dia tidak

makan satu suap pun untuk waktu yang lama meskipun dia memegang sendok. Dia terlihat sepertitenggelam dalam dunianya sendiri.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report