Ruang Untukmu -
Bad 962
Bad 962
Bab 962
Raditya tidak ingin menunda lebih lama lagi.
“Bagaimana kamu akan memberitahu dia?” dada Anita sesak karena khawatir jawabannya akanmenyakitkan.
“Saya akan berkata jujur padanya bahwa saya mencintai perempuan lain dan meyakinkannya untuk maumembatalkan pertunangan ini.” Dia tidak akan pernah mengarang–ngarang cerita tentang perasaanyang sebenarnya.
Anita menatapnya dengan tenang dan menjawab, “Tolong, jangan katakan kalau perempuan itu adalahsaya.”
Dengan mata berseri–seri, Raditya mengangguk, meskipun sedikit bimbang, lalu berkata, “Baiklah, sayaberjanji.”
“Jangan sakiti Ani,” pintanya.
“Itu tidak bisa dihindari. Tetapi saya akan berusaha seramah mungkin demi dirimu.” Tentu saja, dia akanmencoba bersikap lebih manis terhadap Ani semata demi Anita.
Anita mengangguk. Terima kasih.”
Raditya melirik ke arahnya dengan sedikit kecewa karena perempuan ini tetap membisu. “Tidak adakahyang ingin kamu katakan kepada saya?”
“Tidak ada. Tolong segera pergi dari sini, Pak Laksmana.” Anita menahan perasannya dan memintanyauntuk pergi.
Tiba–tiba dia mengulurkan tangannya untuk memeluknya. Anita sedikit menggeliat saat Raditya berbisikdi telinganya dengan suara beratnya, “Jangan khawatir. Masa depan sepenuhnya terhampar untuk kita.”
Anita mendongak terkejut. Matanya memantulkan sebagian sinar lampu kamar, dan diamenyembunyikan kegembiraannya menghadapi masa depan di bawah pantulan sinar itu.
“Percayalah pada saya.” Raditya menatapnya dalam–dalam sebelum berbalik dan keluar dari kamar.
“Saya antar kamu sampai pintu depan, atau kamu bisa pergi dari lantai bawah tanah!” Anita berkatapadanya karena tidak ingin Raditya mengambil risiko keluar melalui jalan yang sama dengan ketikamasuk tadi.
“Tidak perlu.” Dia menuju balkon dan menghilang ke salah satu sudut. Anita segera menyusulnya danmendapati dia sedang meluncur di tiang yang tipis dan menghilang ke balik tiang yang lebih tebal. Diabegitu tegang oleh pikirannya, Laki–laki ini rupanya suka rute berbahaya.
Bani tengah malam Anita bisa tidur. Dia mendengar dering ponselnya dan menjawab setelahmengulurkan tangan dan meraih ponsel itu. “Halo.
Dia segera terjaga oleh suara antusias Ani, dan segera membuka mata dan duduk di ranjangnya. Lalu,Ani bertanya, “Saya harus mengenakan baju apa? Apakah harus memakai riasan tebal atau tipis sajasudah cukup Anita, kamu mengenalnya? Beritahu saya bagaimana sepatutnya berpakaian untukmembuatnya terkesan!”
Anita menjawab dengan tenang, “Ani, tidak masalah bila kamu berpakaian seperti biasanya.”
“Anita, saya tutup teleponnya sekarang. Saya harus berada di restoran itu jam sebelas tiga puluh. Sayaharus cepat–cepat bersiap.” Setelah itu, Ani menutup teleponnya.
Anita melihat jam sembari merapikan rambutnya yang awut–awutan dan menyadari bahwa saat itu barupukul 8.30. Kemudian dia bangun dan bersiap diri karena sudah berjanji dengan ibu untuk bersamanyake kantor. Dia memilih setelan yang terlihat profesional hari ini.
Darwanti sudah menunggu Anita di lantai bawah. Setelah selesai sarapan, mereka berdua kemudianberangkat ke kantor. Meskipun ibunya hanya mengelola beberapa lusin properti real estate, dia jugamembangun bisnisnya secara bertahap karena pendekatan bisnisnya yang stabil dan konsisten.Sebagai hasilnya, kinerja dan reputasi bisnis perusahaannya sangat luar biasa.
Dia menemani ibunya ke kantor, di mana semua orang memperlakukannya dengan hormat karena tahubahwa dia adalah penerus perusahaan. Setelah memperlihatkan beberapa divisi kepadanya, Darwantimengajaknya ke ruang pertemuan. Anita melirik jam tangannya sambil mendengarkan jalannyapertemuan di mana ibu dan para pemegang saham sedang mendiskusikkan berbagai rencanaperusahaan. Saat itu sudah pukul 11.00. Entah mengapa dia cemas dan diliputi perasaan bersalah. Diaberharap Ani bisa menerima pembatalan pertunangannya tanpa terluka.
11.30.
Ani tiba tepat waktu di sebuah restoran dan sudah berada di pintu masuk. Dia memilih gaun femininyang menarik untuk menampilkan dirinya yang terbaik di depan Raditya dengan riasan tipis di wajahuntuk kencan mereka. Perempuan mana pun pasti ingin tampil sempurna saat bertemu dengan laki–lakiyang disukainya.
Akhirnya Ani bertemu dengan laki–laki itu di meja sebelah jendela untuk yang kedua kalinya. Dia dudukdi sana, disoroti sinar matahari yang menyelinap melalui jendela, tampak seperti patung tampan, yangmemancarkan pesona dan kelelakiannya.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report