Ruang Untukmu -
Bad 978
Bad 978
Bab 978
Dengan wajah datar, Ani terpaksa menjawab, “Ibu, ini teman laki–laki saya yang sudah saya incarselama dua
tahun.”
Henida terkejut. Benarkah Ani sudah mengincar seseorang selama dua tahun? Kenapa saya barupertama kali ini mendengarnya?
“Ibu, sebenarnya, saya kurang puas dengan pertunangan yang diatur Kakek untuk saya. Ditambahpula, Raditya bukan tipe saya. Sejujurnya pembatalan pertunangan itu membuat saya sangat lega.”Dia menunjukkan raut wajah bahagia saat mengucapkannya.
Tercengang, Henida hanya bisa menatap putrinya saat lanjut bicara, “Ibu, saya akan menyampaikansebuah rahasia, tetapi jangan menceramahi saya!”
“Rahasia apa?”
“Pada hari Raditya membatalkan pertunangan kami, saya membiarkannya mengejar Anita. Sayaberpikir hanya karena saya tidak menyukai laki–laki hebat itu bukan berarti perempuan lain tidak bisa!Tebak apa yang terjadi? Saya tidak menyangka Raditya jatuh cinta pada Anita sejak pandanganpertama, apalagi mengejarnya!”
“Apa katamu? Raditya mengejar Anita?” Henida tercengang: dia tidak percaya putrinya telah berbuathal yang begitu ‘mulya“.
“Bukankah ini luar biasa, Bu? Raditya berasal dari keluarga terpandang. Begitu dia menjadi anggotakeluarga kita, otomatis kita bisa mendapat bantuan dari Keluarga Laksmana di masa depan!” seru Anisambil berkedip- kedip.
“Dasar anak ini! Waktu itu Darwanti mengatakan bahwa Raditya bukan sosok calon suami yang idealbahkan kamu menjodohkannya dengan Anita! Tidakkah kamu takut Darwanti akan marah?” Henidakhawatir kakak laki–laki dan kakak iparnya itu akan menyalahkan putrinya karena perilakunya yanggegabah ini.
“Ibu, ‘masalalı’nya adalah Anita juga memiliki perasaan khusus terhadap Raditya. Bahkan jika PamanGuntur dan Bibi Darwanti tidak setuju, tidak ada yang bisa ibu lakukan terhadap hal itu. Selain itu, sayayakin mereka akan menyukai Raditya karena ketampanannya!”
“Ibu juga berharap begitu.” Henida menghela napas lega sambil menatap putrinya dengan perasaanbersalah.
Alasan awal dibuat rencana pertunangan itu karena mereka ingin menikahkan Ani dengan keluargayang kuat dan berpengaruh seperti Keluarga Laksmana. Oleh karena itu, mereka tidak menanyakanpendapat Ani sebelum membuat keputusan yang akan mengubah seluruh hidupnya. Bam sekarangHenida tahu kalau putrinya ini mengincar laki–laki lain.
Melihat tidak ada tanda–tanda kemarahan di wajah ibunya, Ani menganggap masalah ini selesai.
“Jika tidak ada lagi, saya akan ke kamar!”
“Tunggu dulu, kamu belum memberitahu ibu siapa laki–laki yang kamu incar itu!” ujar Henida,membuat langkah Ani terhenti.
bertemu dengannya di sana.” Ani lalu pergi ke lantai atas setelah selesai berbicara dengannya.
Setibanya di kamar, dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Anita, menceritakan apayang baru saja dibuatnya. Anita sangat berterima kasih pada Ani; bukan saja tidak marah padanya, diabahkan juga membantunya.
“Saya sangat menghargai tindakanmu, Ani.”
“Tidak masalah. Saya menantikan pernikahanmu. Saya akan menjadi pendamping mempelai nanti.”
“Masih belum pasti!” Anita tertawa geli.
“Kalau begitu, cepat wujudkan! Pegang Raditya secepatnya, nikahi dia, lalu melahirkan cicit untukkakeknya.” Ani tertawa.
Wajah Anita berubah merah terang lalu berkata, “Kamu bicara terlalu jauh di depan.”
“Anita, tolong beritahu orang tuamu sehingga saya tidak perlu mengungkapnya. Saya sudah berbicaratentang hal ini dengan ibu saya.”
“Baiklah, akan saya beritahu orang tua saya.”
Setelah menutup teleponnya, Ani langsung membuka akun sosial medianya, memilih teman laki–lakimana yang cocok untuk menjadi pacar palsunya, yang akan dibawanya bertemu dengan orang tuanya.
Eldy Himawan. Jantungnya berdegup kencang saat melihat namanya. Dengan gugup, diamengerahkan keberanian untuk menekan nomor ponselnya.
“Halo, Ani.” Di seberang telepon, terdengar suara seorang laki–laki yang begitu jelas
“Sedang sibuk apa, Eldy? Saya butuh bantuanmu.”
“Apa itu?”
“Saya ingin kamu berpura–pura menjadi kekasih saya dan pergi ke rumah kakek besok,” ucapnyategas.
Terasa keheningan singkat dan Eldy jelas tercengang selama beberapa detik sebelum merespon,“Baiklah!”
“Benarkah?” Ani tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
“Iya, benar. Memangnya kapan saya pernah berbohong padamu?”
κα
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report