Bab 83

Bab 83 Kamar Tidur yang Disiapkan Khusus

Vivin tercengang.

Sempurnakah pernikahan kita malam ini?

Sebelum dia bisa pulih dari kagetnya, Tuan Normando berteriak, “Tuan. Zein!”

Pintu ruang kerja terbuka dan seorang kepala pelayan tua bergegas masuk.

“Pak. Zein, bawa Nona Williardi dan Finno ke kamar tidur sekaligus.” Pak Normando tidak bisamenahan tawanya. “Aku secara khusus menyiapkan kamar tidur itu untukmu!”

Apa? Bahkan ada kamar tidur yang disiapkan khusus?

Bahkan sebelum dia sempat menanyakan kamar macam apa itu, Vivin dibawa keluar dari ruang kerjaoleh Pak Zein. Tepat setelah mereka pergi, mereka masih bisa mendengar tawa hangat Pak Normandodari koridor.

Pak Zein membawanya ke kamar tidur di lantai tiga. Saat masuk, Pak Zein dengan lembutmeyakinkannya, “Kalian berdua memiliki seluruh lantai ini untuk diri kalian sendiri. Oleh karena itu, kaudapat melakukan apa pun yang kau suka dan tidak perlu khawatir seseorang dapat mendengar kauatau bahkan mengganggu kau.”

Ketika Vivin mengerti apa yang coba dikatakan Pak Zein, wajahnya memerah. Bahkan sebelum diabisa menjawab, Pak Zein telah mendorongnya ke dalam ruangan.

Pada saat dia berhasil menenangkan diri, kepala pelayan telah menutup pintu.

Ka-chak!

Dia bisa mendengar dia dikunci dari luar.

Karena ketakutan, Vivin menggedor pintu, “Tuan. Zein, kenapa kamu mengunci pintunya?”

Tidak ada yang menjawab dari luar.

Vivin menjadi cemas dan mencoba membukanya. Tapi, itu terkunci rapat dari luar dan tidak maumengalah.

‘Kamu bisa berhenti menggedor pintu. Mereka melakukannya dengan sengaja.” Tepat ketika Vivinmulai khawatir, dia mendengar suara dingin keluar dari belakangnya.

Terkejut, dia berbalik dan melihat Finno duduk di belakangnya.

Di bawah lampu kuning redup, Finno sedang duduk di kursi rodanya. Dia telah melepas jaketnya danhanya mengenakan kemeja putihnya. Dua kancing teratas sudah longgar, memperlihatkan tulangselangka seksinya.

1/2

“Finno?” Vivin sadar kembali dan mengamati ruangan. Ketika tatapannya jatuh ke tempat tidur ditengah, matanya membelalak kaget. “Apakah ini kamar yang akan kita habiskan malam ini? Bukankahtempat tidurnya terlalu kecil?”

Tempat tidur di depannya tampak seperti tempat tidur super single. Itu hampir tidak bisa muat duaorang dan bahkan saat itu, kedua orang itu akan saling menempel erat.

“Mm.” Sudah jelas bagi Finno sejak awal. “Mereka harus menjadi bagian dari rencana mereka.”

Vivin akhirnya mengerti apa yang dimaksud tetua Pak Normando ketika dia mengatakan ‘disiapkansecara khusus. Memikirkannya saja sudah membuatnya merona.

Vivin dan Finno memang tidur bersama di rumah. Tapi, mengingat tempat tidurnya cukup besar,mereka jarang melakukan kontak fisik. Namun, tempat tidur di depan mereka sangat berbeda.

“Baru saja,” Finno bertanya tiba-tiba ketika dia berbalik ke arah Vivin, “apa yang kakek bicarakandenganmu?”

Ketika Vivin mengingat topik yang dibicarakan oleh tetua Pak Normando dan dia, pipinya. terbakardengan intensitas yang lebih besar.

“Erm, t-tidak banyak.” Vivin terlalu malu untuk menceritakan apa yang mereka diskusikan. Tapi, karenadia tidak terbiasa berbohong, kata-katanya terdengar sangat kaku.

Dia mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu, Finno berdiri dan mendekati Vivin. “Bahkan jika kamutidak memberi tahuku, aku dapat dengan mudah menebak apa yang Kakek bicarakan denganmu.”

Pipi Vivin terasa seperti neraka yang mengamuk sekarang. “B-benarkah?”

Finno berdiri tepat di depan Vivin sekarang. Ketika dia melihat betapa malunya dia, dia hanyamenganggapnya itu sangat menggemaskan. Pada saat itu, dia tidak bisa menggodanya.

“Tentu saja.” Finno sengaja merendahkan suaranya agar terdengar lebih memikat. Lebih jauh, diabahkan meletakkan tangannya di pintu di samping pipi Vivin sebelum mencondongkan tubuh untukmendekatkan dirinya. “Kurasa dia ingin kau punya anak denganku?”

Vivin menurunkan pandangannya karena dia tidak bisa lagi merasakan pipinya. “Tepat sekali. Erm,bagaimanapun juga, mereka adalah tetua kita. Itu normal bagi mereka untuk mengkhawatirkanmu,bukan?”

Suara Vivin perlahan melunak saat Finno menurunkan wajahnya ke arahnya. Mereka sekarang begitudekat satu sama lain sehingga pipi mereka hampir bersentuhan.

Ketika dia merasakan napas maskulin Finno menyelimuti seluruh tubuhnya, dia menjadi gugup karenajantungnya mulai berpacu.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report