Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar -
Chapter 47
Bab 47
Tracy termenung, dia tidak mengira orang lembut dan anggun seperti Stanley rupanya bisa memukul orang juga.
"Deni, antar nyonya pulang." Perintah Stanley dengan dingin.
"Baik." Deni segera maju dan membujuk Alice, "Nyonya, tenanglah, mari bicarakan hal ini di rumah, banyak orang melihat kita."
Orang yang lewat semua berhenti untuk menonton, dan beberapa orang juga mengambil foto mereka.
Drama perselisihan orang kaya semacam ini merupakan favorit banyak orang, begitu tersebar di internet pasti akan menjadi berita utama.
"Kenapa aku harus pergi? Orang yang dipermalukan itu aku." Alice marah sampai tubuhnya gemetar, "Stanley, sampai sekarang kamu masih melindunginya? Sebenarnya siapa istimu?" "Cukup!" Stanley memotong pembicaraanya, dan bertetiak kepada Deni, "Kenapa kamu bengong? Bawa dia ke dalam mobil."
"Baik!"
"Nyonya, ayo kita pergi......"
"Tidak, kenapa aku harus pergi?" Alice tidak mau mengalah dan melemparkan tasnya untuk memukul Tracy, "Dasar wanita jalang, kamu ingin merebut suamiku, aku tidak akan membiarkannya." Stanley melindungi Tracy dari belakang.
Melihat hal ini, Alice semakin marah, mengelilinginya dan memukuli Tracy.
Tracy benar-benar tidak ingin berurusan dengannya, dia berbalik badan dan pergi.
"Wanita jalang, jangan pergi kamu-"
Alice masih ingin mengejar Tracy, tapi dia tidak sengaja malah memukul lengan Stanley yang terluka.
Stanley mengerang, wajahnya memucat kesakitan, dan keringat terus bercucuran di tubuhnya.
"Sayang, kamu kenapa?" Alice baru menyadari bahwa Stanley terluka, dia panik dan bertanya, "Kamu terluka? Bagaimana kamu bisa terluka?"
"Lengan Presdir Stanley terluka, karena tertimpa benda berat, ayo kita periksa dulu..." Kata
Deni.
Alice segera memapah Stanley ke dalam rumah sakit.
Tracy melihat kejadian ini dari dalam taksi, hatinya dipenuhi oleh perasaan campur aduk......
Dulu dia tidak mengerti makna dari sebuah pernikahan, tetapi sekarang dia tampaknya mengerti, pernikahan adalah: Tidak peduli seberapa banyak perselisihan yang terjadi, pada akhirnya masih akan tetap berjalan berdampingan.
Sama seperti Stanley dan Alice, hubungan itu sudah tidak bisa dipisahkan lagi.
Sedangkan dia, harusnya menjauh......
Tracy memikirkan masalah Stanley, tanpa disadari dia sudah sampai di perusahaan.
Ketika turun dari mobil, dia baru menyadari bahwa dia tidak membawa ponselnya.
Untung dikantongnya ada uang tunai yang bisa digunakan untuk membayar biaya taksi.
Ponselnya seharusnya terjatuh di tempat parkir saat dia bertugas, Tracy segera ke departemen keamanan mencari David.
David memberikan ponsel itu kepadanya: "Kamu ceroboh sekali, pergi tidak membawa ponsel. Jika terjadi sesuatu, kamu tidak bisa menghubungi siapapun."
"Terima kasih, aku kira ponselku hilang."
Tracy mengambil ponselnya, dan menyadari bahwa ponselnya tidak ada baterai dan segera pergi untuk mengisi daya.
Tanpa disadari, karena masalah ini dia melewatkan sebuah masalah besar,
Di Taman kanak-kanak, Ruang kepala sekolah.
Carlos memandangi orang-orang misterius yang mengenakan jas dan sepatu kulit di depannya, tanpa rasa takut sedikitpun, dia mengangkat dagunya, berkata dengan wajah dingin dan arogan: "Menculik anak-anak itu pelanggaran hukum!"
"Hah!" Ryan tidak bisa menahan tawanya, dan berkata kepada Daniel yang ada dibalik layar: "Presdir, anak kecil ini benar-benar mirip denganmu."
"Lakukan dengan benar." Daniel menurunkan matanya dan menyesap teh dengan elegan.
*Baik." Ryan berkata dengan lembut kepada Carlos, "Anak kecil, jangan takut, kami bukan orang jahat. Kalau tidak, kepala sekolah dan gurumu tidak akan membawamu menemui kami, kan?
Carlos melirik kepala sekola baru dan guru baru yang gemetar di sampingnya, mengangkat alisnya dan berkata dengan dingin, “Katakan kepadaku, apa yang kalian inginkan?"
"Jadi begini..... " Ryan berfikir bahwa dia harus berkomunikasi dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak, kemudian dia berkata dengan suara pelan dan lembut, "Minggu lalu, apakah papa dan mamamu mengajakmu ke Mall Central Park?"
"Apa yang ingin kamu katakan?" Carlos mengerutkan keningnya, wajahnya yang tampan penuh dengan ketidaksabaran, "Aku bukan anak berusia satu atau dua tahun, tidak perlu berbicara dengan nada seperti itu, tidak enak didengar!"
"Uh......" Ryan tercengang, sudut bibirnya berkedut.
Pengawal di sebelahnya tertawa terbahak-bahak, anak ini sangat pintar.
Daniel yang berada di belakang layar, akhirnya mengangkat kepalanya dan melihatn
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report