Menantu Dewa Obat -
Chapter 243
Nara langsung tertawa dan berkata, "Benar sekali! Itu benar!" "Hiro, sejak mereka membebaskan Reva, itu berarti Reva bukanlah seorang pembunuh." "Apa yang akan kau katakan sekarang?" Hiro langsung menggertakkan giginya dan dengan enggan berkata, "Ketika mereka melepaskanmu, mereka belum menemukan buktinya!" "Bukti-bukti itu, baru... baru ditemukan sekarang..." Reva mencibir, "Benarkah?" "Kalau begitu, seharusnya kau memanggil polisi untuk menangkapku!" Dan tiba-tiba Hiro tak bisa berkata - kata. Dia hanya asal bicara saja. Ini sama sekali bukan bukti yang diperolehnya dari polisi! Melihatnya seperti itu Nara langsung tersenyum dan berkata, "Hiro, mengapa kau tidak berbicara?" "Jika kau memiliki buktinya, panggil saja polisi?" "Kenapa, kau tidak berani mengakui kebohongan yang kau karang sendiri?" "Hmph, kau tidak mau memanggil polisi? Kalau kau tidak mau panggil gantian aku yang panggil saja polisinya!" "Kau telah menyebarkan rumor dan memfitnah orang lain. Apakah kau tahu kau telah melanggar peraturan apa?" Air muka Hiro seketika berubah dan dia langsung berkata, "Aku.. aku salah ingat barusan. Ini bukan berita yang aku dapatkan dari polisi..." "Ini... ini adalah berita dari keluarga Yu, tetapi bukti ini pasti benar!" Nara langsung mencibir, "Berita dari keluarga Yu?" "Hmph, apakah ucapan mereka bisa dipercaya?" Lalu Hiro menggertakkan giginya dengan marah dan berkata, "Keluarga Yu adalah salah satu dari sepuluh keluarga terpandang dan satu ucapan mereka itu sangat berharga. Jadi apakah mungkin mereka akan sembarangan bicara?" Nara mendengus dingin dan mengabaikannya. Hiro tampak kesal dan dengan marah berkata, "Nara, kau tidak percaya, ya?" "Oke, kalau begitu apakah kau berani bertaruh denganku?" "Jika masalah ini terbukti Reva yang melakukannya itu berarti kau kalah." "Dan jika kau kalah maka perusahaan bahan obat itu akan dikelola oleh kami!" "Bagaimana? Beranikah kau bertaruh?" Reva mengernyitkan keningnya dengan heran. Ujung-ujungnya Hiro hanya menginginkan perusahaan bahan obat itu. Nara yang sedang sangat marah itu lalu berkata, "Mengapa tidak berani!" "Hiro, kuberitahu yah." "Jika benar Reva yang melakukannya jangankan perusahaan bahan obat, perusahaan farmasi Shu pun kuberikan kepadamu!" Reva menatap Nara dengan hati yang penuh kehangatan. Pada saat yang paling kritis, Nara selalu berada di pihaknya dan mendukungnya dengan sepenuh hati! Hiro tampak sangat gembira dan langsung merasa bahwa dia pasti akan menang! Dan bersamaan dengan itu tiba-tiba Reva bertanya balik, "Hiro, lalu bagaimana jika kau kalah?” Hiro mencibir, “Aku akan kalah?” Reva: “Karena kau ingin bertaruh maka kau harus mengatakannya dengan jelas.” “Kau tidak mengatakan apa yang akan kau lakukan jika kau kalah, jadi atas dasar apa kau mengajak orang bertaruh denganmu?" Hiro memelototi Reva dengan marah dan berkata, "Ini taruhanku dengan Nara, apa hubungannya denganmu?" Reva: "Dia adalah istriku tentu saja aku tidak mungkin mau melihatnya ditipu!" Hiro lalu menggertakkan giginya dan berkata dengan marah, “Oke, kalau begitu katakan kepadaku, apa yang ingin kau lakukan?” Reva mencibir, "Mudah saja!” “Jika kau kalah maka kau harus berlutut didepan aku dan Nara lalu bersujud tiga kali sambil meminta maaf kepada kami!" Hana langsung berkata: "Dasar brengsek, Reva kau menghina orang!" Reva langsung menggebrak meja dan memaki, "Suamimu akan mengambil perusahaan bahan obat senilai puluhan juta dolar hanya dalam satu kalimat tetapi dia sendiri tak memiliki apapun yang bisa dipertaruhkan. Siapa yang menghina siapa sekarang?" "Hana, apa kau benar-benar mengira orang lain itu semuanya bodoh? Hanya dengan satu kata saja kau sudah ingin mengambil perusahaan bahan obat itu?" Hana langsung terkejut. Dia belum pernah melihat Reva menjadi semarah ini sebelumnya. Hiro buru-buru melambaikan tangannya untuk menghentikan Hana lalu dengan senyum puas dia berpikir apa susahnya bersujud? Dia sangat percaya diri bahwa dia bisa membuktikan bahwa Reva adalah pembunuhnya. Oleh karena itu dia benar-benar merasa bahwa dia pasti akan menang tanpa perlu melakukan apapun! "Oke, kalau begitu di tetapkan seperti itu saja!" "Dan kebetulan papa dan mama juga hadiri disini jadi biarkan mereka menjadi saksi saja, bagaimana?" Hiro mencibir. Axel dan Alina saling menatap dan mengangguk dengan perlahan. Lalu Nara berkata dengan dingin, "Hiro, kau ingat dengan apa yang kau katakan hari ini!" Hiro dengan senang berkata, "Aku tidak akan ingkar janji!" "Apa yang telah aku ucapkan pasti akan aku penuhi!" "Dan sayangnya aku tidak ditakdirkan untuk kalah."
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report