Menantu Dewa Obat
Chapter 440

Bab 440

Jose langsung tertawa terbahak- bahak. "Kau tidak memohon kepadaku?"

"Jadi kau sedang memerintah aku sekarang?"

"Kau sangat berani hemm!"

"Apa kau kira Reva bisa melindungimu? Atau mungkin kau kira Roy sedang mengejarmu jadi kau bisa berlaku seenaknya?" "

"Aku kasih tahu yah, di mata aku Roy saja tidak ada apa-apanya, apalagi Reva, si sampah tak berguna itu!"

Dengan marah Devi berkata, "Jose, perhatikan ucapanmu!"

"Kak Reva tidak menyinggungmu. Untuk apa kau mengatainya?"

Jose mencibir, "Mengatainya?"

"Memangnya dia siapa? Apa gunanya aku mengatai dia?"

"Sudahlah, aku tidak ingin berbicara lebih banyak lagi denganmu."

"Pokoknya pasien ini tidak mungkin bisa tinggal di bangsal ini."

"Kalau kau tidak senang, kau bisa meminta Reva untuk datang mencariku."

Setelah Jose selesai berbicara, dia langsung membalikkan badannya dan hendak pergi. Tetapi saat membalikkan badannya dia mendapati bahwa Reva sudah berdiri di belakangnya. "Aihh, bukannya ini direktur Reva!"

"Apa? Ada urusan apa datang ke sini?"

"Saat jam kerja kau malah meninggalkan kantormu sendiri tanpa ijin. Kau ngerti aturan di dalam RS ini atau tidak?"

"Ayo, mari kita catat hal mengenai Reva ini. Nanti ketika dekan RS datang jangan lupa untuk memberitahunya!" ujar Jose sambil mendengus dingin.

Perawat yang tadi sambil tertawa berkata, "Itu pasti!"

"Walaupun dekan tidak datang pun, aku juga tetap akan pergi mencari dekan untuk mengadukannya!"

"Hei, apa kau benar-benar mengira kau sudah menjadi direktur yang hebat hanya dengan menggunakan jaringan koneksimu itu?"

"Aku sih tidak pernah mengakui statusmu itu!"

Perawat - perawat yang ada di sini semuanya mengandalkan Jose yang mendukung mereka sehingga sama sekali tidak menganggap Reva.

Ekspresi Reva tampak dingin. Dia berjalan mendekat dan membantu paman Boris berdiri.

Lalu matanya menyapu kerumunan orang itu kemudian dengan wajah serius berkata, "Siapa yang telah membuatnya terluka?"

Si perawat langsung berkata, "Hei Reva, kau jangan bicara sembarangan!"

"Pria tua ini hendak memukul seseorang tadi tetapi dia sendiri yang tidak sengaja menabrak di

"Dia memang pantas mendapatkannya. Tidak mati saja sudah harus mengucap syukur..."

Sebelum si perawat dapat menyelesaikan ucapannya, Reva langsung menampar wajahnya.

Si perawat itu tampak bingung dengan tamparan itu. Dia adalah wanita yang paling galak di rumah sakit ini.

Biasanya dia adalah wanita yang paling cerewet dan tidak ada yang berani mengatakan apa-apa kepadanya.

Apalagi dengan Jose yang mendukungnya dari belakang membuat dia semakin arogan dan mendominasi.

Siapa yang bisa mengira bahwa Reva yang biasanya dianggap sebagai orang tidak berguna malah berani menamparnya?

"Kau... kau berani memukulku?"

"Aku akan membuat perhitungan denganmu!"

Si perawat itu meraung dan bergegas maju seolah-olah ingin menerkam tetapi keburu ditendang oleh Reva.

Melihat situasi itu membuat Jose sangat marah. "Reva, beraninya kau menghajar orang di sini!"

"Kau kira aku benar-benar tidak berani memberi pelajaran kepadamu?"

Selesai berbicara, Jose langsung bergegas dan hendak meraih leher Reva.

Lalu Reva meninju wajahnya sehingga membuat Jose berjongkok di lantai dengan mulutnya yang berdarah.

"Kau... beraninya kau memukul orang..."

"Cepat, cepat pergi panggil dekan...

Beberapa staf medis di sekitar mereka berteriak dengan panik.

Wajah Reva tampak sangat dingin lalu dengan serius dia berkata, "Kalian semua memang bajingan!"

"Jadi dokter itu seharusnya bersikap netral. Ada pasien yang terluka di depan matamu malah tidak mau diobati!"

"Aku menghajar kalian itu juga karena kalian sendiri yang memintanya!"

Jose mengatupkan bibirnya lalu meraung, "Reva, awas saja kau... aku... aku belum selesai membuat perhitungan denganmu!: "Kau tunggu, kau tunggu saja aku."

"Kalau aku tidak bisa membuatmu mendekam di penjara hari ini, maka nama keluargaku akan diubah menjadi nama keluargamu saja!"

Jose pergi dengan marah. Dia pergi mencari seseorang untuk membantunya.

Reva tidak mempedulikan mereka. Dia membantu paman Boris berdiri lalu dengan dingin berkata, "Ayo pergi. Kita ke departemen aku dulu."

Dengan cepat Devi memapah mamanya Helen dan mengikuti Reva dari belakang.

Wajah Helen tampan penuh dengan kecemasan. Dia tidak pernah menyangka bahwa masalah ini akan berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini. "Kak Reva, ini... ini tidak akan terjadi apa – apa kan..." ujar Helen dengan suara bergetar.

Devi langsung berkata, "Kau tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja!"

"Aku pasti akan memberikan penjelasan yang baik kepadamu atas masalah ini!" Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report