Menantu Dewa Obat -
Bab 640
Menantu Dewa Obat
5 mutiara
Bab 640
Reva melirik Devi lalu duduk di samping pria itu.
Meskipun dia sudah dihina oleh begitu banyak orang di sekitarnya tetapi pria itu menutup mata dan tidak mempedulikan semua hal itu. Dia memegang mangkuk dan menghabiskan seluruh sup yang ada di mangkuknya.
Melihatnya yang seperti itu, Devi merasa semakin marah lagi. Dia merasa penipu ini terlalu sombong.
"Reva, kalau kau tidak bisa memberitahuku apa yang salah pada sikapku, aku akan memanggil polisi sekarang!"
Dengan marah Devi berkata dan pada saat yang sama juga di dalam hatinya dia diam bersumpah bahwa dia tidak akan mau melihat Reva lagi dalam seumur hidupnya. "Kau... kau tahu darimana?"
Alasan mengapa dia datang mencari Reva adalah karena dia mengagumi Reva dari dalam lubuk hatinya. "Kau sakit?"
diam
Tetapi apa yang dilakukan Reva hari ini benar-benar membuatnya kesal sekali dan dia mencela sikap Reva.
Reva menepuk bahu pria itu lalu tiba-tiba bertanya, "Bro, kapan operasinya akan dilakukan?"
Pria itu tertegun sejenak. Ekspresinya langsung berubah. Dia menatap Reva dengan tak percaya.
Dengan lembut Reva berkata, "Aku sudah tahu sejak kalian masuk."
Pria itu menundukkan kepalanya dan matanya memerah. "Sudah hampir sampai."
"Beberapa hari lagi, uangnya sudah akan terkumpul."
Reva menghela nafas. "Kau tahu, setelah melakukan operasi ini, kau tidak akan bisa hidup lagi!"
Pria itu menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa – apa.
Devi tampak bingung, dengan suara rendah dia berkata, "Op... operasi apa?"
Pria itu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sakit."
Air muka Devi menjadi sangat buruk, "Kau tidak sakit lalu mengapa kau menipu?”
45%
"Kau... kau menipu orang untuk melakukan perawatan medis?"
Dia tampak sedikit panik, jika dia memperlakukan pasien seperti dia juga akan merasa sangat tidak enak hati.
"Kau... kau..."
Pria itu mendesah, "Tetapi, ayahku yang sakit."
Begitu mengucapkan kalimat ini, tanpa sadar pria itu menangis, "Uremia. Aku tidak dapat menemukan ginjal yang cocok jadi aku hanya dapat memberikan ginjalku kepadanya."
"Aku tidak boleh tidak makan. Aku harus memastikan nutrisinya cukup. Aku... aku ingin menyelamatkannya!"
Devi terperangah. Ucapan pria ini memiliki dampak yang besar pada dirinya dan secara refleks pikirannya langsung menjadi kosong.
Semua orang di sekitar mereka langsung terdiam. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa situasinya akan seperti itu.
Setelah beberapa saat, salah satu dari mereka berkata, "Hei, anak ini cukup berbakti juga ternyata!"
"Tetapi itu kan hanya transplantasi ginjal saja, bukan masalah besar."
"Nak, aku kenal seorang teman yang ginjalnya sudah dipotong dan sampai sekarang dia masih hidup dan sehat."
"Percayalah, di dunia ini tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi."
Devi mengangguk.
Reva menghela nafas lalu dengan lembut berkata, "Kalau dia punya dua ginjal, setelah diambil satu memang dia masih bisa hidup."
"Tetapi bagaimana kalau dia hanya tersisa satu ginjal saja?"
Begitu ucapan ini keluar, semua orang di sekitar tempat itu langsung gempar.
Devi langsung berseru, "Kenapa bisa hanya tersisa satu ginjal saja?"
Reva menatap pria itu.
Pria itu mengepalkan tangannya erat - erat. Kukunya tertanam erat di telapak tangannya. Dia menggertakkan giginya dan setelah terdiam beberapa saat dia berkata dengan suara kecil, "Demi untuk merawatnya selama bertahun-tahun, aku... aku sudah menjualnya sejak dulu."
Pada saat ini semua orang di toko langsung rusuh.
Tidak ada menyangka situasinya akan seperti itu.
Devi menjadi cemas. "Sekarang kau hanya punya satu ginjal saja yang tersisa. Kalau kau memberikan ginjal itu kepadanya bukankah kau akan mati?"
"Bagai... bagaimana kau bisa melakukan hal itu?"
Pria itu melirik Devi lalu melihat gang di luar. Lalu dengan suara rendah.dia berkata, "Dia selalu mengajari aku untuk jujur dan bersahaja."
"Dalam seumur hidupku sepertinya aku tidak bisa jujur."
"Aku hanya bisa membayar kembali apa yang aku hutang darinya!"
"Aku bisa ada di dunia ini juga berkat dia jadi sudah seharusnya aku membantunya!"
"Semuanya, aku minta maaf!"
Setelah pria itu selesai berbicara, dia bergegas keluar dari toko kwetiaw sambil menangis.
Devi terduduk di kursinya sambil tercengang.
Sekarang dia baru mengerti apa yang dikatakan Reva bahwa tidak semua hal-hal di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.
Dia teringat dengan bagaimana si pria itu tadi datang dengan menggendong ayahnya di belakang punggungnya. Mungkin waktu dia kecil dulu papanya juga pernah menggendongnya seperti itu.
Kau merawatku sejak kecil, dan setelah aku besar gantian aku merawat kau yang sudah tua. Penyesalan terbesar dalam hidup ini adalah aku tidak bisa menemanimu selamanya.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report