Menantu Dewa Obat -
Bab 753
Bab 753
Vivi dan Jayden dibuat terkejut lagi.
Ya, sekretarisnya yang barusan datang ke sini dengan Porsche. Ini jelas menunjukkan bahwa perusahaannya tidak sederhana.
Nara terlalu malas untuk memberitahu mereka terlalu banyak, jadi dia hanya menyerahkan baju renangnya: “Ini baju renang yang kau inginkan." Pada saat itulah Vivi baru memperhatikan lagi ternyata baju renang yang ada di tangan Nara tadi dikemas dalam kantong Chanel.
Dia tak bisa menahan dirinya untuk berseru: "Chanel?"
"Asli atau palsu?"
"Kakak sepupu, ini... ini bukan produk abal - abal, kan?"
Nara terlalu malas untuk mempedulikannya, dia mengibaskan tangannya dan berkata, "Aku juga tidak tahu."
"Sekretaris aku yang membelinya. Untuk sementara ini kau bisa memakainya."
Dengan gembira Vivi mengeluarkan baju renangnya dari kantong kemasan Chanel itu.
Dia membolak-balikkan baju renangnya dan tak bisa membedakan entah itu produk asli atau palsu. Jadi dia hanya bisa bertanya kepada Jayden: "Jay, Jay, kau dulu pernah bekerja di toko merek terkenal. Coba kau lihat dan bantu aku memeriksanya. Produk ini asli atau palsu?!"
Dengan cepat Jay menghampir dan berkata dengan kaget: "Ini produk asli."
"Kau lihat jahitannya, logonya, semua itu benar-benar asli."
Vivi berseru dengan penuh semangat: "Wahh, kakak sepupu, kau sangat baik sekali."
"Baju renang Chanel, berapa harganya?"
"Ayo Jay, bantu aku memegangnya dengan baik. Aku ingin menjepretnya dan mengunggahnya ke Facebook agar teman-temanku bisa melihatnya!"
Nara tidak merasa perlu repot - repot mempedulikan mereka jadi dia langsung masuk ke dalam rumah dan bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Reva dan Nara pergi bersama-sama.
Sementara itu Vivi dan Jay terus berfoto dan berlama-lama di kolam renang kemudian mengunggah hasil foto mereka di Facebook dan sosmed lainnya sehingga membuat mereka sibuk sekali. Dan mereka menuai banyak sekali tombol suka dan komentar.
Teman
teman mereka yang ada di luar negeri juga merasa kaget saat melihat kolam renang pribadi yang luas dengan baju renang merek Chanelnya ini.
Rasa sombong Vivi dan Jayden benar-benar terpuaskan!
Setelah bergulat hingga jam sepuluh pagi akhirnya Jay dan Vivi baru berhenti dari kesibukan mereka.
Spencer dan Anissa sedang pergi ke perusahaan untuk melaporkan diri. Lalu kedua bocah tersebut menggunakan kesempatan ini untuk mencari Axel dan Alina yang sedang mengobrol. "Tante kedua, kami berdua ingin pergi keluar sebentar, apa kalian bisa meminjamkan mobil kalian untuk kami?" ujar Vivi sambil tersenyum.
Axel mengerutkan keningnya.
Mercedes-Benz Big G itu sekarang sudah menjadi miliknya.
Dia sangat menyayangi mobil ini sehingga tidak mau meminjamkannya sama sekali.
Alina merasa sedikit tidak enak hati, karena bagaimanapun juga mereka berdua adalah keponakannya. Jadi dia hanya bisa berkata dengan suara rendah: "Apa... apa kalian berdua sudah punya SIM?" Jay segera berkata, "Tentu saja ada!"
"Aku mendapatkan SIM aku tahun lalu!"
Alina: "Yang aku maksud bukan SIM di luar negeri tetapi SIM domestik."
Jay tertegun sejenak: "Apa bedanya?"
Axel langsung berkata: "SIM luar negeri tidak bisa digunakan di Jakarta!"
Jay cemas: "Kenapa?"
"Kalau bisa digunakan di luar negeri kenapa tidak bisa digunakan di tanah air?"
"Mana ada peraturan seperti itu?"
“Kalian jangan lupa, mobil mobil ini juga pembuatannya di luar negeri.”
-SIM luar negeri itu tidak mudah di dapat dan sangat ketat. Kalau aku bisa mendapatkan SIM luar negeri lalu kenapa aku tidak bisa menggunakannya di Jakarta?"
Axel terdiam sejenak. "Ini bukan masalah ketat atau tidaknya dan juga bukan masalah pembuatan mobilnya
dimana."
"Tetapi poinnya adalah kebiasaan mengemudi di luar negeri itu berbeda."
"Di Jakarta setirnya ada di sebelah kanan, sementara di luar negeri itu di sebelah kiri."
"Apa bisa sama?"
Jay bergumam: "Kebiasaan macam apa ini?"
"Aku sama sekali belum pernah melihat mobil dengan setir di sebelah kanan!"
Axel merasa sedikit kesal: "Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung."
"Itu adalah kebiasaan mengemudinya dan semua aturan dibuat untuk kebiasaan mengemudi orang-orang di
sini."
"Apa salahnya dengan itu?"
Jay mengibaskan tangannya: "Ooh, oke, oke, aku sudah paham."
"Antinya menyetir di sebelah kiri saja kan? Aku akan memperhatikannya."
"Sekarang kau bisa berikan kunci mobilnya kepadaku!"
"Benar-benar deh, mau pinjam mobil aja harus diocehi dulu."
"Kenapa? Apa kau takut aku akan merusak mobilmu?"
Mata Axel membelalak dengan lebar. Logika dan pemikiran macam apa ini?
Sudah ngomong seharian ternyata sama sekali tidak ada yang masuk ke otaknya.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report