Menantu Dewa Obat -
Bab 785
Bab 785
Pada saat ini Devi baru mengerti: "Ternyata seperti itu."
"Lalu biaya medisnya.."
Dengan cepat Dekan Bobby berkata, "Aku sudah membayar semua biaya pengobatannya!"
Devi mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Reva melirik dekan Bobby lagi.
Sejujurnya, pada awalnya dekan Bobby ini memberikan kesan bahwa dia adalah orang yang jujur dan lurus.
Tetapi dengan apa yang dilakukan oleh dekan Bobby sekarang membuat Reva menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
Setelah mengetahui bahwa orang ini ada seorang pengemis dan tidak memiliki keluarga lagi, dia tidak hanya tidak mengusirnya tetapi dia juga membiarkannya tinggal disini dan membantunya membayarkan biaya pengobatannya. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya..
Apalagi yang paling penting adalah masalah tabrakan dan bisul pada pengemis ini adalah dua hal yang berbeda.
Kalau sesuai logika, seharusnya dekan Bobby hanya perlu mengobati cedera akibat tabrakannya saja dan tidak perlu mengkhawatirkan masalah lainnya lagi.
Tetapi sekarang, dekan Bobby bahkan membantunya mengobati bisul yang di deritanya dengan biaya pengobatan yang dia bayarkan untuknya. Hal ini sudah cukup untuk menjelaskanSa bagaimana karakter dari dekan Bobby ini.
Sambil berbica eberapa orang berjalan dan menghampiri bangunan kecil itu.
Dekan Bobby melirik Devi dan berbisik: "Nona Devi, bagaimana kalau kau tunggu di luar sebentar?"
"Kondisi pasiennya, aku... aku khawatir kau tidak tahan melihatnya!"
Devi berpikir sejenak lalu akhirnya mengangguk.
Sekujur tubulinya penuh dengan bisul. Dia bahkan tidak bisa membayangkannya.
Dekan Bobby memandu Reva ke ruangan terdalam.
Ruangan ini sangat gelap. Setelah masuk, kau bisa mencium bau udara yang busuk.
Di dalam kegelapan tampak ada seseorang yang meringkuk di sudut dan menggigil. Dekan Bobby berjalan dengan cepat: "Aduhh, kau...kenapa kau tidak tidur di tempat tidur?" "Ayo sini, sini, kau duduk dulu di tempat tidur.
"Aku telah menemukan dokter yang bisa membantumu dan mengobatimu. Jangan takut yah!" Dekan Bobby menarik pasiennya ke samping tempat tidur dan menyalakan lampu ruangan. Reva melihatnya dan ekspresinya langsung berubah.
Kondisi sen ini bahkan lebih menakutkan daripada apa yang diceritakan oleh dekan Bobby.
Sekujur tubuhnya benar-benar penuh dengan bisul. Bahkan wajah, tangan dan lehernya juga penuh dengan bisul.
Hampir semua kulit yang bisa terlihat in diselimuti dengan bisul.
Bisulnya ini berwarna putih seolah-olah berisikan nanah semua.
Ini lebih mirip dengan tubuh yang disiram dengan air mendidih dan kulit di tubuhnya melepuh semua.
Namun yang melepuh itu isinya bukan air tetapi nanah. Ini adalah hal yang paling menakutkan.
Sudah benar tadi Devi memilih untuk tidak masuk!
Dekan Bobby juga sudah terbiasa sehingga ekspresinya bisa tampak tenang
-Tuan Lee, coba... coba anda lihat bagaimana kondisinya?"
Dekan Bobby mengubah cara dia berbicara kepada Reva.
Karena seperti yang dikatakan oleh Devi sebelumnya bahwa dokter Hale sekalipun sangat menghormati Reva.
Dokter Hale sendiri sudah sangat terkenal di dalam bidang medis di provinsi Yama.
Tentu saja dekan Bobby harus menunjukkan rasa hormat yang amat sangat kepada orang yang bahkan dokter Hale sendiri pun masih harus menghormatinya.
Reva tidak berbicara. Dia menatap lurus ke pasien dan tatapannya penuh dengan kejutan.
Dekan Bobby tampak bingung. Apa Reva sudah dapat mengetahui penyebabnya?
Dia tidak berani bertanya lebih banyak dan hanya menunggu dalam diam.
Setelah beberapa waktu, Reva berjalan mendekat dengan perlahan..
Dia mengulurkan tangannya lalu dengan ringan menekan - nekan bisul di tubuh pasien dan mendapati bahwa bisul itu bergetar getar seolah-olah telah menyentuh nanah di dalamnya.
Pasien itu langsung menyeringai. Seolah-olah pukulan ini telah membuatnya sangat kesakitan sekali.
Reva tersenyum kecil dan bertanya, "Dekan Bobby, kau pasti belum pernah memeriksa kondisi nanahnya,
kan?"
Dekan Bobby terkejut: "Tuan Lee, bagaimana anda bisa tahu?"
"Sebelumnya kami sangat ingin sekali mengambil sampel nanahnya ini untuk di uji."
"Namun kalau bisul ditubuhnya ini disentuh sedikit saja, dia akan merasakan kesakitan yang amat sangat."
"Tadinya kami berencana untuk membiusnya agar bisa diobati.”
"Namun, obat bins juga tak berguna. Entah itu makanan atau suntikan sama sekali tidak bisa dibius."
"Aku telah men ahkan dosisnya tetapi tetap saja tidak berhasil. Ini benar benar aneh sekali."
Reva terkekeh: "Itu tulak anch. Malah sudah benar.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report