Menantu Dewa Obat

Bab 786

Dekan Bobby langsung terkejut: "Bagai.. bagaimana ini malah dikatakan benar??"

Reva menatap pasiennya dan berkata dengan lembut: "Pertama tama, kau harus tahu bahwa dia adalah seorang gadis."

Mata dekan Bobby melebar: "Haa?”

"Yang... yang benar?"

"Se.. seorang gadis?"

Sebenarnya dari penampilan pasien ini sangat tidak mungkin bisa membedakan apakah dia laki-laki atau

perempuan.

Reva mengangguk dan pada saat yang sama, dia juga mengeluarkan jarum perak lainnya dan menekannya dengan ringan pada bisul itu.

Si pasien menyeringai lagi namun anehnya bisul itu tidak pecah.

Reva melanjutkan ucapannya, "Seharusnya kalian sudah pernah mencoba untuk mengambil nanahnya dengan paksa tetapi kalian tidak dapat melakukannya, kan?"

Dekan Bobby langsung menepuk pahanya, "Ya, itu benar!"

"Ini yang aneh."

"Dia....aku tidak tahu mengapa, tetapi kulitnya itu tidak bisa dipotong!"

"Padahal pisau bedah kita begitu tajam!"

"Tetapi sama sekali tidak ada jejak yang tertinggal di bisulnya."

"Penyakitnya ini benar-benar sangat aneh."

Setelah selesai berbicara lalu dekan Bobby menatap Reva dengan penuh harapan: "Tuan Lee, kalau dilihat dari ucapanmu, seharusnya kau tahu apa yang terjadi dengannya, kan?" "Kalau... kalau begitu apa kau bisa menyembuhkannya?"

Reva berpikir sejenak, lalu dengan lembut berkata, "Aku bisa menyembuhkannya."

"Namun, ini memerlukan waktu dan tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang sebentar."

"Dan juga, dia tidak cocok untuk tinggal disini lebih lama lagi."

Dengan cepat dekan Bobby berkata, "Tuan Lee, asalkan kau bisa menyembuhkannya, masalah biaya pengobatannya, aku... aku pasti akan melakukan yang terbaik untuknya." "Kalau dia tidak cocok untuk tinggal disini, aku dapat membantunya mencarikan sebuah rumah di luaran sana."

"Tuan Lee, anak ini kasihan sekali, kau harus membantunya!"

Reva melitik dekan Bobby. Orang ini benar benar orang yang sangat baik.

"Karena aku sudah datang kesini, aku pasti akan menolongnya."

"Untuk masalah rumah, kau tidak perlu repot repot."

"Dia tidak cocok untuk tinggal di tempat yang ramai. Aku akan membantunya mencarikan rumah." Ujar Reva.

Dekan Bobby menatap si pasien lalu mengangguk dengan penuh semangat: "Tuan Lee, kalau begitu aku harus merepotkanmu."

"Apapun dan berapa banyak pun yang kau butuhkan, silahkan kau katakan saja kepadaku!"

Reva mengangguk. Dia mengambil seprai tempat tidurnya dan membungkuskannya ke tubuh pasien hingga hanya tersisa dua mata saja yang terlihat. "Ayo ikut denganku!" ujar Reva.

Pasien itu merasa sedikit takut. Dia bersembunyi di samping dekan Bobby.

Dapat dilihat bahwa dia lebih mempercayai dekan Bobby.

Dekan Bobby segera berkata, "Nak, jangan takut."

"Dokter Lee ini adalah pria yang baik. Dia juga akan membantumu dan mengobatimu."

"Kau ikut pergi bersamanya dulu. Dua hari lagi aku akan pergi mengunjungimu. Jangan takut yah!"

Dekan Bobby menghiburnya lalu si pasien menjadi lebih tenang kemudian mengikuti Reva keluar.

Seluruh badan pasien itu sudah terbungkus rapat sehingga Devi tidak bisa melihat kondisinya, jadi dia tidak terlalu mempedulikannya.

Reva menelepon Kenji dan memintanya untuk mengosongkan rumah Devon Rodriguez yang sebelumnya itu. Dia ingin menempatkan pasien ini di taman Dragon Lake, karena bagaimapun juga tempat itu lebih terpencil!

Devi sendiri yang mengantarkan mereka. Di dalam perjalanan, Devi bertanya dengan penasaran: "Kak Reva, penyakit apa yang diderita oleh pasien ini?"

"Mengapa harus membawanya ke tempat lain untuk melakukan pengobatan?"

Reva menggelengkan kepalanya: "Dia tidak sakit!"

Devi terkejut: "Apa kau sedang bercanda?"

"Dengan sekujur tubuhnya yang penuh dengan bisul, kau masih bisa bilang dia tidak sakit?"

Reva tersenyum dengan ringan dan mengubah topik pembicaraannya: "Ngomong-ngomong, dekan Bobby ini orangnya sangat baik."

Devi mengangguk. "Kakek aku bilang dekan Bobby adalah orang paling baik dari semua orang yang pernah dia temui."

"Sayangnya, orang yang baik namun tidak mendapatkan karma yang baik."

"Dulu dia punya seorang putri yang meninggal dalam kecelakaan mobil ketika dia baru berusia tiga belas tahun."

"Aku rasa alasan mengapa dia merawat pasien ini di rumah sakitnya dengan baik mungkin hal ini membuatnya teringat dengan putrinya." Reva mengangguk. Dekan Bobby ini memang benar-benar orang yang baik.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report