Bab 810

Ekspresi dekan Bobby penuh dengan keterkejutan: "Tuan Reva, apa... apa ini benar benar sudah berhasil?"

"Apa tulang belakangnya benar-benar sudah tersambung?"

Dekan Bobby mengetahui dengan sangat jelas bahwa kalau tulang belakang sudah patah, orangnya pasti tidak akan bisa bergerak.

Sementara sekarang orangnya sudah bisa bergerak, itu berarti tulang belakangnya sudah tidak ada masalah lagi.

Reva tidak menjawabnya namun berkata, "Ayo, coba kau gerakkan kakimu lagi, apa bisa bergerak?"

Dekan Bobby langsung menutup mulutnya. Sama seperti Rio, dia memperhatikannya dengan seksama.

Gadis ini membutuhkan waktu sedikit lebih lama kali ini namun akhirnya kakinya bisa terangkat sedikit.

Rio langsung bersorak lagi. Air matanya berderai dengan tak terkendali.

Dekan Bobby benar-benar tercengang. Dia benar benar tidak akan percaya kalau tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana mungkin di dunia ini masih ada ilmu medis seperti itu?!Reva mengangguk: "Tulang belakangnya baik baik saja."

"Namun, karena dia sudah terlalu lama berbaring di tempat tidur jadi masih perlu untuk beristirahat sebentar."

"Apalagi, otot-otot di tubuhnya juga sudah mulai menyusut, sehingga agak merepotkan."

"Tetapi aku akan menuliskan resep untukmu."

"Nanti setelah pulang ke rumah, kau tebus resep ini untuk membuatkan obat untuknya."

"Sebulan kemudian, dia akan benar benar normal kembali!"

Sambil berbicara Reva masih menatap gadis itu.

Dan pada saat ini tiba tiba terdengar suara bunyi gedebuk dari samping.

Keduanya langsung menoleh dan melihat bahwa Rio telah jatuh dari tempat tidurnya.

"Si tua Rio, apa yang kau lakukan?"

Dekan Bobby langsung berseru dan bergegas menghampiri untuk membantunya.

Namun Rio mendorong uluran tangan dekan Bobby. Sambil menahan rasa sakit yang tak tertahankan itu dia berusaha keras untuk berlutut di lantai lalu dengan suara gemetar dia berkata: "Tuan Reva, dokter Reva, aku...aku sangat berterima kasih kepadamu, aku sangat berterima kasih kepadamu!"

"Kau telah menyelamatkan putriku itu sama saja dengan telah menyelamatkan nyawaku!" "Se... semua haitaku akan aku berikan kepadamu..."

1/3

"Aku bersujud kepadamu..."

Reva segera membantu dekan Bobby untuk memapahnya naik ke atas tempat tidur.

"Tuan Rio, kau tidak perlu sungkan."

"Ini sudah tugasku sebagai seorang dokter!" ujar Reva dengan lembut.

Rio masih terus mengucapkan terima kasih kepadanya dan air matanya tidak pernah berhenti mengalir. Melihat putrinya yang sudah sembuh membuat perasaan hatinya sangat senang sekali. Setelah memberikan beberapa wejangan lalu Reva menuliskan resepnya dan menyerahkannya kepada Rio.

Rio menerima resep itu dengan sangat hati hati seolah olah ini adalah nyawa putrinya!

Reva: "Masalah putrimu sudah beres."

"Tuan Rio, aku punya permintaan kecil lainnya, masalah kecelakaan mobil ini..."

Ric langsung mengibaskan tangannya: "Tuan Reva, kalau kau menanyakan masalah ini, aku malah akan merasa malu!"

"Aku tidak akan pernah mempersoalkan masalah ini lagi!"

"Jangan bilang bahwa kau telah menyelamatkan hidupku, bahkan kalau kau membunuhku sekalipun tetapi asalkan kau bisa menyelamatkan putriku, aku... aku sama sekali tidak akan mengeluh!"

Reva tersenyum. Si Rio ini benar benar sangat mencintai putrinya.

Namun kalau dipikir - pikir itu juga wajar.

Di usianya yang setua ini dia hanya memiliki seorang putri jadi bagaimana mungkin dia tidak merasa sakit?

Setelah menyelesaikan masalah ini lalu Reva pergi.

Tentu saja, sebelum pergi dia juga mengingatkan mereka lagi agar tidak memberitahu orang lain tentang dia yang telah mengobati putrinya ini.

Reva tidak ingin mengekspor dirinya sebelum mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk membalas dendam.

Keluarga Lee yang pada saat itu sangat kuat saja pun bisa dibuat hancur dan musnah.

Kalau hanya dengan kekuatan Reva saat ini, kekuatannya masih belum cukup untuk melawan musuhnya. Jadi untuk sementara dia hanya bisa tetap diam sambil mengumpulkan kekuatan dan menunggu kesempatan!

Begitu sampai di Rose Garden, seluruh keluarganya sudah menunggunya.

"Reva, bagaimana?"

"Apa sudah beres masalahnya?"

Alina bertanya dengan gugup.

Reva mengangguk: "Sudah."

"Tuan Rio sudah berjanji untuk tidak mempersoalkannya dan dia juga bersedia untuk menandatangani surat damainya besok!"

Alina sangat gembira: "Bagus, bagus sekali!"

Namun Anissa tampak khawatir: "Lalu... berapa banyak biaya yang dia minta?"

"Apa masih 1.6 juta dolar?"

"Nara, apa kau sudah mendapatkan semua uangnya?"

Reva meliriknya dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Dia tidak menginginkan sepeser pun!"

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report