Bab 884

Axel dan Alina terperangah. Sejak kapan Vivi menjadi istri kepala keluarga Permana?

"Vivi, apa... apa kau sudah menikah?"

"Kapan kau menikahnya?"

"Kepala keluarga Permana. Bukan... bukannya dia adalah pria yang berumur 50-an?" tanya Alina dengan

cemas.

Dengan tidak sabar Vivi meliriknya: "Apa artinya angka dari sebuah umur dalam hubungan percintaan?"

"Aku mencintainya dan dia juga mencintai aku. Itu sudah cukup.”

"Yang lainnya tidak penting!"

Axel mendengus dengan dingin: "Itu kan karena dia adalah kepala keluarga Permana, jadi tentu saja tidak penting."

"Kalau aku tidak salah ingat, waktu pertama kali pulang ke China kau pernah bilang bahwa kau hanya suka dengan pria bule."

"Lalu apa yang terjadi sekarang?"

"Kau malah bersiap untuk menikah dengan pria Asia yang tua dan jelek itu?"

Vivi sangat marah: "Axel, berani - beraninya kau menghina suami aku?"

"Kakak ketiga, hajar dia!"

"Cabut semua giginya!"

Anthony tidak mempedulikannya. Dia memimpin anak buahnya ke atas. Dan saat dia baru saja hendak menendang pintu kamar tiba tiba pintu itu terbuka.

Reva berdiri di depan pintu lalu dengan dingin berkata, "Anthony, kau mau apa?”

Begitu melihat Reva, Anthony hampir saja ngompol di celana karena ketakutan. Dia menatap Vivi dengan curiga.

Vivi juga menatapnya dengan bingung. "Barusan dia sedang tidur dengan lelap!"

Reva: "Aku memang sedang tidur tetapi kalian sangat ribut dan membuat aku terbangun."

"Anthony, apa motifmu dengan membawa begitu banyak orang ke rumah aku di waktu yang selarut ini?"

Sebenarnya di dalam hatinya Anthony merasa sangat panik ketika ditatap seperti ini oleh Reva.

Dia menarik nafas dalam - dalam lalu berkata dengan suara yang berat, "Reva, kakak-ku ingin mengajakmu untuk ke rumahnya!" Reva mendengus dingin, "Oke, ayo jalan."

Anthony menatap Reva lekat lekat dan akhirnya dia juga tidak berani menyuruh anak buahnya untuk mengikat Reva.

Apalagi, pada saat ini tampaknya Reva sama sekali tidak terkena racun dari serangga sihir mereka.

"Tuan Lee, silahkan."

"Oh yah, ngomong-ngomong, kakak aku berharap direktur Shu juga bisa ikut pergi ke sana bersama sama!" ujar tuan Anthony.

Reva mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya sambil membantu Nara bangkit berdiri.

Nara masih tampak seperti dalam keadaan linglung. Langkah Reva tampak agak lemah seolah-olah dia sedang berusaha menahannya. Melihat situasi seperti itu akhirnya Anthony menghela nafas lega.

Vivi mendekati Anthony dan bertanya, "Kakak ketiga, kenapa kau tidak mengikat mereka?"

"Mereka berdua ini bajingan. Kau ikat dulu mereka, nanti aku akan menghajar mereka dengan baik!"

Anthony memelototinya dengan marah lalu melambaikan tangannya sambil berkata, "Ikat!"

Vivi langsung tersenyum dan berkata, "Begini baru benar!"

"Kakak ketiga, mulai sekarang kita akan menjadi satu keluarga, kau harus memanggil aku dengan kakak

ipar..."

Sebelum Vivi sempat menyelesaikan ucapannya tiba-tiba beberapa orang sudah berdiri di sampingnya dan mengikatnya dengan tali.

Dengan terburu-buru Vivi berkata, "Kakak ketiga, apa... apa yang kau lakukan?"

"Kenapa malah mengikat aku?"

"Aku ini kakak iparmu..."

Anthony meliriknya dengan jijik. "Dasar idiot, apa kau kira kakak aku akan menikahi sampah seperti kau?"

"Dia hanya sedang memperalatmu saja!"

"Orang seperti kau ini bahkan tidak pantas untuk menjadi pelayan di keluarga Permana kami. Yang ada nantinya malah hanya bisa membuat keluarga Permana kami malu!"

Vivi terperangah. Dia langsung berkata dengan marah: "Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!"

"Kau pasti sedang membohongi aku. Suami aku tidak mungkin memperlakukan aku seperti ini!"

"Aku mau mencari suami aku. Aku akan menyuruh dia membunuhmu!"

"Ehh kalian - kalian ini! Kalau ada yang berani menyentuh aku, aku akan memberitahu suami aku bahwa kalian telah melecehkan aku..."

Anthony melambaikan tangannya: "Sumpal mulutnya dan bawa pulang!"

Beberapa orang ini langsung menyumpal mulut Vivi dan membawanya ke dalam mobil.

Sementara itu Axel dan Alina yang ada di lantai bawah juga dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa pulang ke rumah keluarga Permana.

Desmond sedang duduk di ruang tengah. Saat dia melihat Reva dan yang lainnya dibawa ke sini, dia langsung bangkit berdiri dengan sambil tersenyum.

"Aduhh, tuan Lee, aku sudah lama mendengar nama besar-mu."

"Aku tidak mengganggu waktu beristirahatmu dengan mengundangmu datang di waktu yang selarut ini, kan?"

"Ayo, mari, mari. Silahkan masuk dan duduk di dalam."

"Hahaha...."

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report