Menantu Dewa Obat -
Bab 886
Bab 886
di ruang tengah.
Desmond tersenyum dan duduk bersama dengan Reva seolah olah mereka adalah teman lama.
Tidak lama setelah Axel dan Alina sampai disini, mereka pingsan dan berbaring di sofa.
Melihat situasi ini, Desmond tersenyum dengan lebih lebar lagi. Mereka pasti sudah terkena serangan serangga sihir berekor tujuh-batinnya.
Namun Reva tidak tertidur, hal ini membuatnya merasa sedikit terkejut.
Dia memikirkannya dengan hati-hati. Kekuatan Reva tidak lemah, seharusnya tenaga dalamnya-lah yang menahan serangan dari serangga sihir berekor tujuh itu. Tetapi meski begitu, bisa apa dia?
Meskipun dia bisa menahan serangan dari serangga sihir berekor tujuh di dirinya namun tetap saja dia tidak bisa membantu Nara menahan serangan di tubuhnya, jadi tetap saja dia harus patuh, kan? Saat melihat Anthony membawa gurunya datang, senyum Desmond lebih cerah lagi.
Dia bangkit berdiri lalu sambil tersenyum berkata, "Tuan Lee, mari aku perkenalkan kepadamu.”
"Ini Aciel, dia adalah master serangga sihir dari suku Maui."
"Kau adalah seorang dokter yang hebat. Seharusnya kau tahu bahwa orang orang dari suku Maui sangat hebat dalam ilmu serangga sihir."
"Oh yah, ngomong
ngomong, di dalam salad sayuran yang kau makan malam ini telah ditaburi serangga sihir yang dia pelihara sendiri. Bagaimana rasanya?"
Ekspresi Reva tampak tenang lalu dengan lembut dia berkata, "Kepala keluarga Permana, kau dan aku sama sama tidak saling bermusuhan. Mengapa kau melakukan hal ini kepadaku?" Desmond terkekeh: "Tadinya kita memang tidak saling bermusuhan."
"Namun, kau telah ikut campur dalam urusan keluarga Permana kami sehingga ini telah mengakibatkan timbulnya permusuhan di antara kita!"
"Proyek area villa yang kau beli itu, setengah dari asetnya adalah biaya dari keluarga kami."
"Apa menurutmu aku tidak bisa mengambil kembali area villa ini?"
"Tadinya aku sudah merencanakan semuanya dengan baik, tetapi siapa sangkat kau malah ikut campur di dalamnya dan mengambil proyek area villa itu."
"Tuan Lee, sepertinya tidak terlalu pantas, kan jika kau merebut proyek orang dengan cara seperti itu?"
Reva meliriknya: "Kalau begitu, berarti cacing sihir yang ada di danau area villa itu adalah karena ulahmu?"
Desmond tertawa: "Tuan Lee memang orang yang pintar."
"Benar sekali, cacing sihir itu memang ditebar oleh aku."
"Tadinya kami berencana membuat semua orang menyerah terhadap proyek itu sehingga kami bisa mendapatkannya kembali."
"Namun dengan ilmu medismu yang luar biasa itu, kau bersikeras untuk merebut proyek ini."
"Tuan Lee, kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini!"
Reva: "Jadi, sejak awal kau memang sudah berencana untuk mencari masalah dengan kami."
"Masalah Ramiro ini hanyalah salah satu alasannya saja, kan?"
Desmond tertawa: "Tuan Lee benar
benar sangat pintar dan bijaksana. Ini benar benar mengagumkan."
"Apa yang kau katakan itu sangat benar sekali. Sekalipun tidak ada masalah tentang Ramiro, aku juga tetap akan berurusan dengan kau." "Hanya saja masalah Ramiro ini membantuku mendapatkan alasan tambahan sehingga membuat masalahnya menjadi semakin mudah." "Kalau dipikir - pikir, adik sepupumu itu benar
benar idiot."
"Hanya beberapa patah ucapan manis dariku saja, dia sudah langsung bersedia untuk membantu aku menebarkan serangga sihirnya." "Tanpa dirinya, mungkin sampai sekarang pun aku masih belum terpikir bagaimana cara untuk menebarkannya kepada kalian!" "Jadi, yahh... anggap saja aku telah membalas budinya dengan cara menemaninya semalaman tadi malam."
"Aku ini selalu melakukan sesuatu dengan adil. Tuan Lee, bagaimana menurutmu?”
Reva terkekeh ringan: "Ini memang adil!"
Desmond langsung terbahak: "Ternyata, visi para pahlawan itu sama!"
"Tuan Lee, bagaimana kalau kita mulai berbicara dengan serius sekarang."
"Kau kembalikan proyek area villa itu kepadaku dan juga 70% saham dari perusahaan farmasi Shu."
"Dengan begitu, aku akan menganggap bahwa masalah ini tidak pernah terjadi, bagaimana?"
Reva menatap Desmond dengan perlahan: "Kau menginginkan begitu banyak hal, apa kau yakin kau sanggup menelannya?”
Sambil tersenyum Desmond berkata, "Tuan Lee, kau tidak perlu mengkhawatirkan masalah aku."
"Karena aku sudah berani memintanya, tentu saja aku pasti sanggup menelannya."
Reva terkekeh: "Sepertinya kau benar-benar sangat yakin bahwa aku pasti akan tunduk kepadamu!"
"Hanya saja, apa kau pernah berpikir bagaimana kalau aku tidak bersedia?"
Desmond tertegun sejenak lalu terbahak dengan kencang: "Tuan Lee, takutnya kau tidak punya pilihan atas hal ini!"
"Kalau kau tidak bersedia maka istri kesayanganmu itu akan mati di depan matamu."
"Apa kau rela?"
18.17 Mon, Jan 2
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report