Bab 14 Kayla, Kamu Mempermainkanku?
Kayla tidak menyangka Theo akan tiba–tiba setuju untuk berceral.
Akan tetapi, bukankah ini yang dia inginkan?
Dia tersenyum riang sambil berkata, “Terima kasih atas kesediaan Pak Theo.”
Kemudian, dia berbalik meninggalkan tempat yang membuatnya kesal ini…..
Sesampai di rumah, Kayla memasukkan semua dokumen yang diperlukan besok ke dalam tas. Namun,
ketika melihat foto di akta nikah, dia termenung.
Selama bertahun–tahun menikah, ini adalah satu–satunya foto bersama yang mereka miliki.
Dia menatap ekspresi datar Theo di foto itu dan rasa sakit pun perlahan–lahan memenuhi hatinya.
Untung saja pernikahan yang memilukan ini akan segera berakhir.
Di malam hari, dia tidak perlu lagi duduk di ruang tamu yang sepi dan menatap jam dinding sambil bertanya–tanya apakah suaminya akan pulang malam ini. Jantungnya tidak akan berdebar kencang karena sentuhan yang tidak disengaja dan pada akhirnya menyadari kalau semua itu hanyalah angan-
angannya.
Kayla melihat foto itu untuk terakhir kalinya, lalu memasukkan buku nikah ke dalamnya. Sikapnya seolah
-olah menunjukkan bahwa bercerai bukanlah masalah besar.
Keesokan harinya, dia bangun pagi–pagi sekali. Semalam, dia sulit untuk tidur dan terus terbangun.
Saat ini, dia berdiri di depan wastafel. Dirinya yang berada di depan cermin tampak pucat dan terlihat
dua lingkaran hitam di kelopak matanya.
Agar terlihat lebih bersemangat, Kayla mengenakan riasan tebal.
Dia berangkat pagi–pagi karena takut macet. Alhasil, perjalanannya lancar dan dia sampai di Dinas
Kependudukan tanpa terjebak kemacetan lalu lintas.
Setelah melihat waktu, masih tersisa satu jam sebelum pukul sembilan. Mungkin Tuhan pun merasa bercerai adalah pilihan yang tepat bagi mereka berdua sehingga mengizinkannya tiba di tempat tujuan dengan lancar pada jam sibuk.
Sekarang sedang musim kemarau dan matahari bersinar terik pada pukul delapan pagi. Kayla mencari tempat teduh sembari menunggu Theo.
Di sela–sela waktu ini, dia menerima pesan WhatsApp dari Bella: “Kay, apa kamu perlu ditemani?”
Dia tersenyum sambil membalas: “Nggak, bercerai bukanlah perkelahian kelompok. Aku bisa sendiri, kok.
+15 BONUS
Begitu pesan terkirim, ada panggilan masuk dari rumah tua Keluarga Oliver.
Satu–satunya orang yang akan menggunakan nomor ini untuk meneleponnya adalah Bibi Warni, dia pasti ingin membicarakan soal Evl.
Kayla mengerutkan keningnya dan tidak menjawab panggilan itu. Sekarang, dia akan segera bercerai. dia khawatir akan terjadi perubahan.
Ketika dia masih ragu–ragu, panggilan berakhir. Kayla menghela napas lega, tapi tak lama kemudian, Bibi Warni menelepon lagi.
Kayla mengerutkan keningnya sambil berpikir, ‘Menelepon beberapa kali, apa ada urusan penting?”
Karena panik, dia pun tidak berpikir panjang dan langsung menjawab panggilan, “Bibi Warni, ada apa….”
“Nyonya Kayla, Nyonya Evi tiba–tiba pingsan saat makan! Tolong segera datang ke rumah sakit. Dokter bilang perlu persetujuan dari keluarga!” Bibi Warni yang berada di ujung lain telepon sangat cemas.
Kayla kaget. Dia buru–buru berlari ke pinggir jalan untuk memanggil taksi sambil menjawab, “Oke, jangan panik, aku segera pergi ke sana!”
Setengah jam kemudian, mobil berhenti di pintu masuk rumah sakit dan Kayla langsung berlari menuju ruang gawat darurat. 1
Melihat Kayla datang, Bibi Warni segera menghampirinya dengan membawa syal Evi di tangannya. 1
“Semalam, Nyonya ketiduran di bak saat mandi. Mungkin karena masuk angin, dia tiba–tiba demam.”
Sejak melahirkan Theo, tubuh Evi menjadi sangat lemah dan mudah sakit. Selain itu, segala penyakit yang menimpanya selalu membuat orang kewalahan.
Meskipun hanya demam, nyawanya terancam.
Kayla menahan napas sambil menyeka keringat di wajahnya, lalu lanjut bertanya, “Apa Bibi sudah
menelepon Theo?”
Bibi Warni menggelengkan kepalanya.
Kayla tidak heran. Biasanya, Theo sangat sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, jadi Bibi Warni selalu mencari Kayla ketika mengalami hal seperti ini.
Namun, mereka akan segera bercerai, kelak, Theo perlu menangani sesuatu seperti ini.
“Bibi Warni, telepon Theo sekarang juga….”
Sebelum dia selesai berbicara, pintu ruang gawat darurat terbuka dan dokter berjalan keluar. “Anggota keluarga Evi.”
Kayla segera menjawab, “Aku, Dokter, bagaimana keadaan ibuku?”
+15 BONUS
Dokter meliriknya, lalu berkata, “Untuk saat ini, pasien baik–baik saja. Dia sudah diselamatkan, tapi masih koma…. Kusarankan untuk melakukan pemeriksaan seluruh tubuh.”
Mendengar ucapan dokter, Jantung Kayla berdetak kencang. Dia sontak menoleh ke arah Bibl Warni yang berada di sampingnya, sedangkan Bibl Warni langsung masuk ke ruang gawat darurat.
Kayla lanjut bertanya, “Dokter, apa kesehatan Ibuku… bermasalah?”
“Kami belum bisa memastikan sebelum mendapatkan hasil pemeriksaan. Segera Jadwalkan
pemeriksaan.”
Setelah berkata demikian, dokter langsung pergi, tetapi Kayla merasa ada yang aneh….
Kemudian, Evi dipindahkan ke ruang pasien blasa. Karena Kayla sedang menjaganya, Bibi Warni pulang untuk memasak sup.
Melihat Evi terbaring lemah di kasur, Kayla pun membantunya merapikan rambut.
Di hatinya, Evi adalah ibunya. Tidak peduli bagaimana hubungannya dengan Theo di kemudian hari, dia akan selalu mengunjungi Evi.
Saat Kayla masih dalam keadaan linglung, Evi siuman.
Tekanan darahnya rendah dan sering merasa pusing, dia sudah lama terbiasa dengan keadaan
terbangun di rumah sakit.
“Kayla… maaf merepotkanmu lagi.”
“Bu, nggak repot, kok. Apa ada yang nggak nyaman? Aku akan meminta dokter datang untuk
memeriksa ….
Evi menarik tangannya sambil menggelengkan kepala. “Ini penyakit lama, dua hari lagi juga sembuh.”
Matanya tertuju pada riasan wajah Kayla. Dia bertanya sambil tersenyum, “Kayla sangat cantik hari ini. Seharusnya kamu lebih sering berdandan seperti ini. Apa kamu mau pergi berkencan dengan Theo?”
Kayla jarang berdandan seperti itu. Namun, pada dasarnya dia memang cantik dan memiliki kulit yang indah sehingga penampilannya saat ini membuat orang makin terpukau.
Dia tidak mengatakan bahwa hari ini dia akan bercerai dengan Theo, karena takut kabar ini akan memengaruhi emosi Evi. Jadi, dia memilih untuk diam.
Melihat Kayla diam, Evi menganggap dirinya benar. Dia berkata dengan bahagia, “Aku sudah baik–baik saja. Pergilah berkencan dengan Theo. Nanti Bibi Warni akan kembali, dia bisa menjagaku, kok.”
Kayla memegang tangannya sambil berkata, “Bu, karena kita sudah berada di rumah sakit, mari lakukan
pemeriksaan seluruh tubuh agar aku dan Theo bisa tenang.”
Ketika mendengar usulan pemeriksaan seluruh tubuh, Evi otomatis menggelengkan kepalanya untuk
menolak.
+15 BONUS
Namun, sebelum Evi mengatakan sesuatu, ponsel Kayla sudah berdering. Theo meneleponnya.
Tepat ketika Kayla mengangkat telepon dan hendak berbicara, Theo yang berada di ujung lain telepon sudah bertanya dengan marah. “Kayla, kamu mempermainkanku?”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report