Bab 36 Membalas Dendam
Menjelang malam, Kayla naik taksi ke Vila Aeris. Awalnya, dia ingin bernegosiasi dengan Theo melalui telepon, tetapi entah disengaja atau tidak. Theo tidak menjawab teleponnya.
Dia tidak yakin apakah Theo akan pulang ke sini. Bagaimanapun, selama tiga tahun ini, Theo sangat jarang pulang dan dia jarang berinteraksi dengan pergaulan Theo, jadi dia hanya bisa datang ke sini untuk menunggu Theo.
Setelah turun dari mobil Kayla memandang vila yang berada di tengah kegelapan itu dan ragu–ragu untuk cukup lama, tetapi pada akhirnya dia tetap masuk.
Dia membuka pintu dengan sidik jarinya, lalu mengulurkan tangannya untuk menekan tombol di dinding. Lampu menerangi setiap sudut ruang tamu dan terlihat Theo sedang berbaring di sofa….
Theo mengerutkan keningnya dan mengangkat tangannya untuk menutup matanya. Dia memerintahkan dengan kasar, “Matikan lampu.”
Kayla tidak menyangka Theo akan berada di sini. Hari ini Raline terluka, dia kira Theo akan tinggal di tempat Raline, dia bahkan sudah mempersiapkan diri untuk menunggu secara sia–sia.
Namun, karena Theo berada di rumah, kenapa dia tidak membuka lampu? Dasar gila!
Kayla mematikan lampu di ruang tamu dan hanya menyisakan lampu di pintu masuk. Kemudian, dia duduk di sofa yang berada di seberang Theo. Dia langsung membahas inti pembicaraan. “Theo, cabutlah tuntutanmu, kalau harus menghukum seseorang, hukumlah aku. Jangan libatkan orang lain.”
Dia hanya ingin segera menyelesaikan masalah ini untuk membebaskan Bella dan Theo pasti mengetahui maksud kedatangannya.
Theo menurunkan tangannya. Sakit maag membuatnya malas berbicara dan suasana hatinya menjadi sangat buruk. Oleh karena itu, amarahnya pun makin membara. “Kamu sedang memohon padaku atau
menantangku?”
Seketika, Kayla terdiam. Dia bukan memohon ataupun menantang, dia sedang bernegosiasi dengan Theo
Sebelum dia menjawab, Theo lanjut berkata, “Kemarin makan malam di restoran pasangan dengan pria lain dan sekarang datang mencariku demi orang lain. Kayla, aku harus menganggapmu sebagai ibu peri
atau wanita munafik?”
Dia tersenyum tipis, tetapi senyumannya tampak sangat dingin dan menghina.
Kayla hendak membalas ucapan Theo, tetapi mengingat Bella masih berada di kantor polisi, dia pun menahan amarahnya. Dia akan mengabaikan semua perkataan Theo agar bisa mendapatkan hasil yang dia inginkan.
“Katakan, apa yang harus kulakukan agar kamu bersedia membebaskan Bella?”
Theo tahu bahwa Kayla akan datang mencarinya. Kalau dia bertekad untuk memenjarakan Bella, malam ini dia tidak akan muncul di sini, apalagi memberikan Kayla kesempatan untuk berbicara dengannya.
Dia sungguh ahli dalam memainkan trik jual mahal.
Theo menunduk dan melihat sandal sekali pakai yang dikenakan Kayla. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum sinis. “Belum bercerai sudah bertingkah seperti tamu? Lain kali apakah kamu nggak akan datang ke sini lagi?”
Kayla tidak ingin membicarakan hal yang tidak penting ini. Dia sudah hampir tiga tahun tinggal di sini. kapan Theo memedulikan sandal yang dia gunakan?
Theo membicarakan hal ini hanya untuk membantu Raline melampiaskan amarah dan sengaja tidak ingin membebaskan Bella.
Kavis
menarik napas dalam–dalam. “Theo, apa yang harus kulakukan agar kamu mau berbicara denganku?”
“Aku belum makan seharian, sakit maag, nggak ingin bicara.” Theo memejamkan matanya, dia seolah- olah sedang mengusir Kayla.
Kayla marah hingga pelipisnya bergetar. Dia memanyunkan bibirnya dengan kuat. “Apa kita bisa bicara setelah perutmu nggak sakit lagi?”
Theo menjawab dengan nada datar, “Mungkin.”
Kayla tahu bahwa Theo mungkin sedang mempermainkannya? Selanjutnya entah alasan apa yang akan Theo gunakan untuk mempersulitnya, tetapi saat ini dia hanya bisa berharap Theo akan berbicara dengannya setelah kenyang, jadi dia tidak punya cara lain.
Kayla pergi ke dapur sambil menahan amarahnya.
Ketika membuka lemari es, selain beberapa botol air, hanya ada sekantong.mi dan beberapa butir telur.
Semua ini dia beli ketika masih tinggal di sini.
Mi tersebut adalah mi kuah dan terdapat batas konsumsi. Kayla mengambil mi tersebut untuk melihat kemasan luarnya, kebetulan hari ini adalah tanggal kedaluwarsanya.
Saat ini, semua supermarket di sekitar sudah tutup dan butuh setengah jam untuk pergi ke supermarket
terdekat. Kayla malas keluar, jadi dia hendak memasak mi yang akan segera kedaluwarsa itu.
Namun, tepat ketika dia memecahkan telur ke dalam mangkuk, terdengar suara Theo dari depan pintu
dapur. “Nggak mau makan ml.”
“Hanya ada mi.” Kayla bahkan tidak menoleh. “Supermarket di luar sudah tutup.”
Theo berkata dengan santai. “Ada supermarket lain, apa mungkin semua supermarket di Kota Bapura
+15 BONUS
tutup?”
Mendengar ucapan ini, Kayla pun emosi. Dia melemparkan garpu ke wastafel, lalu berbalik untuk mendeliknya dengan kesal. “Ya sudah kalau nggak mau makan!*
Dulu, kalau Theo pulang, selarut apa pun dia akan mencari cara untuk membuatkan Theo makanan, tetapi pada akhimya makanan itu akan dibuang ke tong sampah atau diberikan kepada sopir.
Sekarang dia berbaik hati memasakkan semangkuk mi kepada Theo, apa Theo berhak memilih?
Theo memandangnya dengan usil. “Nggak mau membebaskan Bella lagi?” ”
.* Kayla mengumpat dalam hati dan akhirnya dia pun bertanya, “Jadi, kamu mau makan apa?”
Theo menyebutkan beberapa hidangan. “Udang rebus, tahu isi kepiting, ikan asam manis, iga sapi, sup
sayur.”
Semua ini adalah hidangan yang pernah Kayla masak. Saat itu, Theo hanya melihat sekilas, tetapi dapat mengingat beberapa lauk ini.
Kayla mengerutkan keningnya, Theo sungguh pandai memilih hidangan!
Namun, kalau dia menolak, Theo pasti akan menggunakan Bella untuk mengancamnya. Dalam sekejap. dia menemukan alasan yang logis. “Sekarang sudah larut malam, kamu sakit maag, nggak cocok makan makanan berminyak.”
Melihat tatapan Kayla, suara Theo berubah drastis. Dia tiba–tiba bertanya dengan ramah, “Lalu, apa yang cocok?”
Kayla menjawab, “Bubur putih.”
Theo terkekeh dan kerutan di alisnya mulai tidak terlihat. Saat ini, dia seperti tuan muda yang lembut dan ramah.
Dia setuju?
Kayla menghela napas lega, tetapi wajah Theo tiba–tiba berubah muram lagt. Dia mendengus dingin sambil berkata, “Apa ini sikapmu ketika meminta bantuan?”
Ya, pria berengsek memang sulit dihadapi!
Dalam perjalanan ke supermarket, Theo mengendarai mobil sambil menahan rasa sakit di perutnya dan Kayla yang duduk di kursi penumpang tampak marah. Sejak masuk ke dalam mobil, dia terus melihat ke luar jendela dan mengabaikan Theo.
Sesampai di supermarket, Kayla langsung mendorong troli ke arah makanan segar. Dulu dia pernah datang ke sini untuk membeli makanan, jadi dia cukup familier dengan tata letak supermarket ini.
Dia berjalan dengan sangat cepat hingga roda troli pun mengeluarkan suara “tuk tuk“.
Theo memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku dan berjalan di belakang Kayla. “Nggak sabar mau memasakkan makanan untukku? Suaranya terdengar santai, tetapi terkandung nada mengejek.
Kayla berbalik untuk mendeliknya. “Penyakit narsis nggak bisa disembuhkan.”
Saat ini, makanan segar
di supermarket sudah hampir terjual habis, hanya tersisa sedikit udang yang tergeletak di air keruh, Kayla bahkan tidak dapat memastikan apakah udang–udang itu masih hidup.
Kayla menggunakan jaring untuk memasukkan semua udang itu ke dalam kantong belanjaan dan Theo yang melihat adegan ini pun mengerutkan keningnya dengan jijik. “Apa kamu selalu seperti ini saat membeli makanan? Apa kamu nggak lihat semuanya sudah mati? Aku yang nggak memberimu uang atau kamu ingin balas dendam padaku?”
Kayla menoleh untuk melihatnya, lalu menjawab dengan percaya diri, “Kalau kamu berani menyentuh Bella, udang mati bukanlah apa–apa. Aku juga bisa menambahkan racun ke dalamnya.”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report