Bab 56 Pingsan karena Kehilangan Banyak Darah

Ketika berbicara, Arhan sengaja merendahkan suaranya agar terdengar lebih berat dan menarik.

Namun, Kayla ketakutan hingga gemetaran. Dia langsung melemparkan ponselnya ke arah datangnya

suara.

Terdengar suara “buk” dan Arhan merintih kesakitan. Arhan mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya, lalu darah pun mengalir melalui jari–jari tangannya hingga mengenai lantai.

“Pak Arhan, apa kamu baik–baik saja?” Kayla hendak mencari tisu di tasnya, tetapi dia tidak membawa tas. “Maaf sekali, sewaktu kecil aku pernah dibuntuti oleh orang jahat, jadi lebih sensitif. Setiap ada yang mendekatiku, aku mudah kehilangan kendali.”

Saat ini, kepala Arhan berdengung hebat. Dia tidak mendengar apa yang dikatakan Kayla. Kalau bukan karena dia masih menggunakan akal sehatnyadengan status dan temperamennya yang buruk, dia

pasti sudah menampar Kayla!

Darah masih belum berhenti mengalir dari hidungnya, dia bahkan curiga apakah hidungnya patah.

Sial kejam sekali!

Kayla berkata, “Pak Arhan, bersabarlah. Aku akan pergi mencari handuk.”

Lima menit kemudian, rasa sakit di hidung Arhan sudah mereda. Saat dia hendak keluar dari lift, Kayla berlari menghampirinya.

Detik berikutnya, pandangannya menjadi gelap. Sebuah handuk menutup wajahnya, lalu sebuah tangan menggenggam hidungnya dengan erat.

Rasa sakit yang sudah mereda kembali menyerang!

Rasa sakit ini membuatnya berkeringat dingin hingga tidak bisa berkata–kata. Dia hanya bisa mendorong tangan Kayla dengan kuat….

“Pak Arhan, jangan bergerak. Aku menekannya dengan kuat untuk menghentikan pendarahan, lihatlah darah sudah berhenti mengalir, ‘kan?”

Arhan ditekan hingga tidak bisa bersuara. Darahnya diserap oleh handuk, bukan berhenti mengalir!

Kayla menggunakan handuk untuk menekan hidungnya dengan kuat. “Dulu saat aku mimisan, ibuku menggunakan cara ini untuk menghentikan pendarahan. Kalau nggak, aku bisa pingsan karena kehilangan banyak darah.”

Arhan memutar bola matanya. Handuk yang dibawa Kayla sangat besar dan tebal hingga membuatnya sulit bernapas. Dia bahkan merasa bumi sedang berputar.

Mungkin sebelum dia kehabisan darah, dia sudah dibunuh oleh Kayla!

Kepanikan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen membuatnya meronta hebat. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menarik tarfgan Kayla.

Handuk tersebut jatuh ke lantai. Hidung, mulut dan wajah Arhan berlumuran darah. Selain itu, pangkal hidungnya juga memerah dan membengkak sehingga membuat wajahnya tampak makin jelek!

Dia memelototi Kayla yang berlagak lugu di hadapannya sambil berkata, “Nyonya Kayla, apa aku menyinggungmu? Kenapa kamu menyiksaku seperti ini?”

Karena Arhan berpura–pura bodoh, Kayla pun bersikap sebaliknya. Dia mengedipkan matanya sambil berkata, “Pak Arhan, apa yang kamu bicarakan? Mana mungkin aku menyiksamu? Bukankah keluarga

kita memiliki hubungan kerja sama?

“Berhentilah berpura–pura, apa kamu kira aku percaya kamu nggak sengaja?”

Suara Kayla terdengar lembut tetapi disertai dengan nada dingin. “Pak Arhan salah paham. Aku nggak bermaksud untuk berpura–pura, kalau nggak, dengan tingkat kecerdasanmu ini, aku sudah mempermainkanmu habis–habisan.”

Karena sudah melontarkan kata–kata kasar, Kayla tidak menghargai Arhan lagi. “Pikirkan bagaimana caramu menjelaskan hal ini pada Theo.”

Arhan sontak panik dan menggertakkan giginya. Dia berkata dengan marah, “Kamu terlalu meninggikan dirimu! Hanya karena aku berdiri di dekatmu, kamu kira aku menginginkanmu? Entah ada berapa banyak wanita sepertimu yang merayuku, kenapa aku harus mengincarmu?”

Dia terus menekan tombol pintu lift. “Kurasa kamu bukan gadis polos, tapi gadis gila. Sebaiknya pergi cari psikiater supaya cepat sembuh!”

Dia berani melontarkan kata–kata seperti ini karena berdasarkan pengamatannya hari ini… hubungan Theo dan Kayla tidaklah baik. Semua tindakan mesra mereka hanya untuk menjaga citra mereka di depan umum, mungkin Theo juga tidak peduli dengan wanita ini.

“Pak Arhan….” Kayla memanggilnya.

Arhan berbalik dan melihat Kayla sedang tersenyum cerah padanya. Meskipun kepalanya masih berdengung, akal sehatnya masih ada.

Kayla sangat cantik. Kalau dia tidak berhasil meniduri Kayla, dia mungkin akan menyesal seumur hidup!

Suara Kayla sangat lembut, seolah–olah sedang menggodanya. “Lain kali gunakan kepintaranmu, jangan pilih tempat yang ada kamera pengawas.

Kemudian… dia mungkin akan membunuh pria mesum yang tidak tahu diri ini!

Arhan tidak memahami maksud Kayla. Memilih tempat yang tidak ada kamera pengawas?

Maksudnya? Kayla bersedia kalau tidak ada kamera pengawas

+15 BONUS

Begitu pikiran ini muncul, sekujur tubuh Arhan menjadi panas. Dia sungguh ingin memperjelas maksud Kayla, tetapi setelah dipikir–pikir, dia pun mengurungkan niatnya. Maksud perkataan Kayla sudah jelas!

Melihat sosok indah Kayla yang berada di dalam lift, amarah di hatinya pun lenyap.

Pada saat ini, seorang wanita pembersih keluar dari kantor dengan buru–buru. Dia berkata ke protofon,” Di mana handuk yang kusiapkan untuk mengelap lantai? Tolong periksa apakah aku menjatuhkannya.”

Arhan tertegun, lalu melirik handuk berlumuran darah di lantai. Seketika, dia mencium aroma busuk dari

handuk itu….

Sumber air panas di resor ini berasal dari alam. Ada kolam yang bersifat publik dan ada yang bersifat

pribadi.

Kayla pergi ke toko pakaian untuk membeli beberapa kebutuhan untuk berendam.

Kolam pemandian air panas di sini dibangun secara terpisah dengan kamar mandi dan ruang ganti pribadi. Dia melepas pakaiannya dan melangkah masuk. Dalam sekejap, air hangat pun membasahi tubuhnya yang kelelahan dan rasa pegal di kakinya seolah–olah lenyap.

Kayla mengenakan masker wajah, lalu menyandarkan kepalanya ke dinding kolam. Suhu air sangat nyaman dan terdengar suara air mengalir serta alunan musik yang tenang. Perlahan–lahan, dia pun mengantuk.

Tepat ketika dia akan ketiduran, dia tiba–tiba merasakan suatu aura yang mencekam.

Kayla tiba–tiba membuka matanya. Entah sejak kapan ada orang lain di kolam yang kecil ini!

Dia kaget dan hendak mundur ke belakang. Namun, dia lupa kalau dirinya sedang bersandar di tepi kolam. Karena menginjak dinding kolam yang basah dan licin, dia pun terpeleset ke dalam kolam dan tidak sengaja meminum beberapa teguk air kolam.

Theo terdiam. 2

Kolam pribadi ini sangat kecil, Theo langsung mengulurkan tangannya untuk menarik Kayla.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report