Bab 57 Dia Ingin Meniridas Kayla

Kayla masuk ke pelukan Theo dengan malang. Rambutnya yang basah terus meneteskan air, dia bahkan batuk untuk cukup lama. Ketika dia mendongak kepalanya dan melihat wajah pelaku dengan jelas, dia pun bertanya, “Kenapa kamu ada di sini?”

Matanya memerah karena terendam air panas, ada butiran air yang menggantung di bulu matanya yang

panjang dan lentik hingga membuat tampak sangat menyedihkan.

Sungguh membuat orang ingin….

Theo mengerutkan bibirnya dan tak lama kemudian sebuah kata muncul di benaknya

Menindasnya.

Saat ini, Kayla merasa matanya agak sakit dan tenggorokannya juga tidak nyaman. Awalnya, dia datang berendam air panas untuk bersantai, tetapi dia malah hampir tenggelam. Hal ini membuat amarahnya meluap dan dia pun berkata dengan kesal, Kok kamu bisa masuk?”

Seingatnya, dia sudah mengunci pintu.

Theo tidak menjawab. Dia hanya menatap Kayla dengan tatapan mengejek, terlihat jelas dia sedang

mentertawakan kekonyolan Kayla. Namun, dia masih mengontrol diri dan tidak menunjukkan secara

terang–terangan.

Melihatnya diam, Kayla makin emosi. Kenapa kamu begitu mesum, datang ke kolam orang tanpa

diundang?”

Dia malas berendam lagi. Setelah berkata demikian, dia berbalik dan berjalan menuju tepi kolam. Namun, ketika dia baru berjalan beberapa langkah, Theo sudah meraih pergelangan tangannya dan

menariknya kembali.

“Mesum?

Theo mencondongkan tubuhnya ke depan dan bibirnya pun hampir menempel dengan bibir Kayla. Dia membelai kulit Kayla sambil berkata dengan suara serak, “Kita itu suami istri, apa berendam bersama itu

perilaku mesum?”

Kayla tersipu malu dan sekujur tubuhnya membeku di pelukan Theo.

Karena jarak yang dekat dan pakaian yang tipis, kulit mereka bersentuhan dan mereka dapat merasakan reaksi tubuh satu sama lain….

Theo merasa pinggang yang disentuhnya seperti sepotong kayu yang kaku. Begitu menunduk, dia melihat pipi indah Kayla memerah. Ditambah dengan kabut yang ditimbulkan oleh air hangat, pipinya tampak makin kenyal dan membuat orang tidak bisa menahan diri.

Tatapannya sangat dalam, seolah–olah dilapisi dengan kabut hitam. Ketika menatap bibir merah Kayla,

dia pun memejamkan matanya dan menelan air liur. Dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengendalikan gejolak di hatinya.

Kayla tidak berani memprovokasinya di saat seperti ini. Lagi pula, hanya ada dua alasan kenapa pria masih mampu menahan diri dalam keadaan ini, antara dia adalah pria sejati atau pria yang memiliki

kendala fisik.

Tentu saja, Theo bukan keduanya.

Kayla segera kembali ke topik utama. Dia mengerutkan keningnya sambil bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”

“Mandi.”

Dasar penipu!

Kayla mengumpat dalam hatinya dan langsung membongkar kebohongan Theo. “Kamu punya kolam pribadi di kamarmu.”

Theo mengangkat sudut bibirnya sambil tersenyum nakal. “Aku suka menggunakan fasilitas umum,

soalnya lebih ramai.

“Kalau begitu pergilah ke sebelah. Ada banyak orang di sana, lebih ramai dari yang kamu pikirkan.”

Kayla memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong Theo menjauh dan berjalan ke tepi kolam. Kemudian, dia mengambil handuk di rak samping untuk membungkus tubuhnya sebelum memanjat

keluar dari kolam.

Lalu, dia pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian. Di tengah semua proses ini, Theo terus menatapnya. Sampai sosoknya dihalangi oleh pintu ruang ganti, Theo baru menarik pandangannya dan

menghela napas.

Setelah mengganti pakaian, Kayla langsung keluar dari ruang ganti. Dia bahkan tidak berpamitan dengan Theo dan langsung pergi dengan cuek.

Sesampai di lantai tempat tinggalnya, dia melihat Axel sedang menunggu di depan pintu kamarnya dari

kejauhan.

“Nona Kayla, Pak Theo menyuruhku mengantarkan kopermu.”

“Terima kasih.”

Kayla mengambil kopernya dari Axel, lalu membuka pintu dan masuk. Dia mengabaikan Axel yang masih ingin mengatakan sesuatu.

Keesokan pagi, sebelum jam tujuh, dia dibandingkan oleh ketukan beruntun dari luar pintu. Dia ingin mengabaikan ketukan itu, tetapi orang di luar pintu tidak berhenti. Hal ini membuatnya marah hingga bangkit dari kasur. Dia pergi membuka pintu dengan kesal.

Orang yang berdiri di luar pintu adalah Theo. Dia mengenakan kemeja hitam yang rapi dan mewah serta

celana panjang yang lurus. Sekujur tubuhnya ditata dengan elegan.

+15 BONUS

Kayla menahan pintu kamarnya, dia tidak berniat mengundang Theo masuk. Selain itu, rambutnya masih acak–acakan dan terlihat jelas dia baru bangun tidur. “Ada apa?”

Theo menjawab, “Pergi sarapan.”

Dia mengedipkan matanya dan bertanya–tanya apakah dirinya masih bermimpi. “Nanti aku akan pesan layanan kamar.” Setelah berkata demikian, dia hendak menutup pintu.

Theo meliriknya, lalu membuka pintu dan berjalan masuk. Langkahnya sangat besar, terlihat jelas dia tidak senang. “Pak Arhan dan istrinya juga ikut, kuberi waktu sepuluh menit untuk bersiap–siap.”

Kini, Kayla pun mengerti bahwa Theo mengajaknya pergi berakting, bukan sarapan.

Meskipun dia malas pergi karena masih mengantuk, mengingat upah 20 miliar yang dijanjikan, dia tetap

mengambil pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit terlalu singkat, jadi dia hanya memakai bedak dan tidak merias wajah lagi.

Ketika mereka tiba di restoran, Arhan dan istrinya sudah berada di sana.

Setelah berlalu satu malam, memar di pangkal hidung Arhan yang disebabkan oleh hantaman ponsel Kayla terlihat makin jelas. Mata Theo langsung tertuju pada hidungnya, a

Theo bertanya dengan kaget, “Pak Arhan, ada apa denganmu?”

Arhan menyentuh hidungnya dengan canggung dan dia langsung merasakan rasa sakit yang luar biasa hingga buru–buru menurunkan tangannya. “Semalam aku terpeleset di kamar mandi dan nggak sengaja

menabrak bak mandi.”

Ketika berbicara, dia sedikit mengatupkan giginya.

Kalau semalam dia tidak bertemu dengan Kayla di lift dan tidak minum alkohol, sekalipun dia mempunyai niat jahat, dia tidak akan bertindak dalam beberapa hari ini.

Namun, karena insiden semalam, dia agak khawatir hingga menyuruh asistennya pergi menyelidiki mereka. Alhasil, Kayla dan Theo benar–benar pisah kamar dan tinggal di lantai yang berbeda.

Mereka tidak terlihat seperti pasangan pada umumnya!

Selain itu, tidak ada media yang melaporkan bahwa Theo sudah menikah. Bahkan rumor tersebut baru tersebar beberapa waktu lalu, tetapi orang yang menyebarkan rumor tidak dapat memberikan bukti yang kuat hingga belum ada yang berani memastikan bahwa mereka adalah pasangan yang sesungguhnya.

Situasi ini membuat Arhan makin percaya diri. Tatapannya pada Kayla bahkan menjadi jauh lebih

mesum.

Theo meliriknya dengan curiga. “Pak Arhan, berhati–hatilah, memarmu ini cukup parah. Apakah sudah diperiksa ke dokter?”

Arhan tertawa canggung dan aliran udara tiba–tiba menghantam area yang terluka. Dia merintih kesakitan sambil berkata, “Sudah diperiksa, nggak parah, kok. Nanti juga sembuh.”

+15 BONUS

Kayla menyantap sarapan sambil berpura–pura bodoh. Setelah itu, mereka hendak pergi bermain golf.

Lapangan golf tidak jauh dari tempat mereka berada. Karena berolahraga sehabis makan bukanlah hal yang baik, mereka memutuskan untuk berjalan kaki ke sana.

Kayla malas bersosialisasi dengan mereka, jadi dia memutuskan untuk mengasingkan diri. Dia sangat membenci pria mesum itu, dia bahkan enggan untuk menyapa Arhan!

Oleh karena itu, dia sengaja memperlambat langkahnya agar ketinggalan di belakang. Dia mempertahankan jarak yang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan mereka.

Dia menatap pepohonan di kedua sisi jalan hingga pikirannya agak melayang dan tidak menyadari ada orang yang mendekatinya ….

COIN BUNDLE: get more free bonus

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report