Bab 61 Merelakan Kerja Sama Bernilai Triliunan demi Dia
Theo didampingi oleh Axel. Keduanya berjalan menghampiri Kayla. Suasana hatinya tidak dapat ditebak
melalui ekspresinya.
Dia berhenti di hadapan Kayla, lalu mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Kayla. Matanya yang gelap tertuju pada bekas tamparan di wajah Kayla. Wajah Kayla bukan hanya membengkak, tetapi sudut mulutnya juga luka hingga berlumuran darah.
Theo memandang Arhan yang tidak berani menatapnya. Sudut bibirnya terangkat dan suara berat pun terdengar. “Pak Arhan, kompensasi apa yang akan kamu berikan setelah memukul wanitaku?”
Apakah hal seperti dapat dibicarakan?
Jantung Arhan berdetak kencang. Dia tersenyum sambil berkata, “Aku akan memberikan tambahan keuntungan 20% lagi….”
Melihat ekspresi Theo tidak berubah, Arhan pun menggertakkan giginya sambil berkata, “30%, aku akan
memberikan tambahan keuntungan 30%.”
Hatinya terasa perih. Keuntungan 30% mencapai 600 miliar, perilaku mesumnya membuatnya rugi besar!
Theo memerintahkan Axel, “Bawa kontraknya.”
Mendengar kata–kata ini, Kayla tercengang
Meskipun dia tidak pernah berharap Theo akan melakukan sesuatu untuknya, dia tetap sedih dan kecewa ketika melihat Theo memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh keuntungan.
Arhan tersenyum padanya. Terlihat penghinaan yang luar biasa dari senyuman itu, dia sama sekali tidak merasa bersalah.
Bagaimana mungkin Kayla melepaskan Arhan begitu saja?
“Theo, Pak Arhan bilang dia pernah memelihara kekasihmu. Dengan sifat Raline yang sombong dan angkuh, dia pasti dipaksa oleh Pak Arhan.”
Kapan Raline menjadi kekasih Theo?
Sebelum Arhan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini, Theo sudah menendangnya!
Tenaga Theo sangat kuat hingga Arhan terpelanting sejauh beberapa meter dan perutnya terbentur. Seketika, dia merasa mual dan mengeluarkan suara “uek“.
Selain makanan yang dia makan tadi malam, dia juga memuntahkan darah.
Theo menghampirinya dengan santai. Sepatu kulitnya yang mengkilat menginjak karpet dengan lembut. hampir tidak mengeluarkan suara.
Namun, sekujur tubuh Arhan gemetaran. Dia berlutut dengan tragis, lalu bersujud untuk memohon ampunl
“Pak Theo, salah paham, salah paham…. Aku nggak punya hubungan apa pun dengan Nona Raline, aku hanya melihatnya beberapa kali di suatu pesta. Itu pun dari kejauhan. Aku nggak tahu kamu punya hubungan tertentu dengan Nona Raline, kalau nggak, diberi sepuluh nyali pun, aku nggak akan berani bercanda seperti ini….”
Sesampai di hadapannya, Theo langsung menginjak jari–jarinya yang terletak di atas karpet.
Arhan merasa jari–jarinya akan segera patah. Keringat dingin bercucuran di dahinya dan napasnya menjadi sangat cepat. “Theo, kita sudah menandatangani kontrak dan akan melangsungkan kerja sama jangka panjang kita, kelak kita akan sering bertemu. Kenapa harus bermusuhan karena salah paham? Apalagi aku nggak menyentuh Nona Raline!”
Saat ini, Axel menyerahkan kontrak. “Pak Theo, ini kontraknya.”
Theo memandang orang yang berlutut di lantai sambil tersenyum sinis. “Kerja sama?”
Kemudian, terdengar suara robekan dan tumpukan kontrak yang tebal itu terbelah menjadi dua bagian.
Arhan memandang Theo dengan kaget. Theo bahkan tidak mengedipkan matanya ketika merobek
kontrak bernilai triliunan itu!
Seketika, langit seolah–olah runtuh. Perusahaannya sudah bekerja keras selama beberapa bulan untuk mendapatkan kontrak ini!
Dia berkata dengan marah dan gemetaran, “Theo, kamu sudah melanggar kontrak, kamu harus membayar ganti rugi!”
“Ganti rugi? Aku mampu membayarnya, tapi apa kamu berani menerimanya?” Theo tersenyum sinis. Kerja sama dihentikan. Kelak, Perusahaan Oliver nggak akan bekerja sama dengan setiap perusahaan yang berhubungan dengan perusahaanmu dan sebaliknya. Semua perusahaan yang bekerja sama dengan Perusahaan Oliver nggak akan berhubungan denganmu.”
Ini bukan soal kerugian finansial lagi, mungkin masa depannya akan hancur!
Kalau Theo angkat bicara, siapa yang berani menyinggung Perusahaan Oliver demi bekerja sama dengan perusahaannya?
“Pak Theo, aku sudah tahu salah. Tolong maafkan aku, soal pembagian keuntungan bisa didiskusikan baik–baik. Kamu boleh meminta berapa pun yang kamu inginkan, anggap saja sebagai permintaan maafku kepada Nona Raline…..
Dia memohon ampun sambil menampar dirinya sendiri dengan marah. “Akulah yang asal ngomong, aku sudah tahu salah. Kamu boleh menganggapku sebagai idiot, tolong ampuni aku sekali ini saja. Mulai sekarang, asalkan Nona Raline tampil, aku akan mengutus seluruh anggota perusahaan untuk menonton pertunjukannya!”
Wajah Theo menjadi makin dingin. Dia berdiri, lalu minggir ke samping sambil berkata pada Axel, “Suruh
dia makan.”
Axel berkata, “Pak Arhan, silakan.*
Melihatnya tidak bergerak, Axel lanjut berkata, “Pak Theo memerintahkanmu untuk memakan kontrak ini.
Pilihlah, mau makan sendiri atau dimasukkan secara paksa, nggak ada bedanya.”
“Kumakan, akan kumakan. Pak Axel, tolong minta Pak Theo ampuni aku. Aku hanya bercanda, aku nggak
melakukan apa pun pada Nona Raline!”
Arhan mengambil tumpukan kontrak yang robek, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Karena terlalu
terburu–buru, air liur yang bercampur darah pun mengalir dari sudut mulutnya.
Kayla menyaksikan adegan ini dengan tenang, dia seolah–olah sudah mati rasa.
Kayla tidak menyangka nama “Raline” akan begitu efektif. Theo bahkan tidak mempertanyakan kebenarannya. Demi Raline, Theo dapat merelakan keuntungan perusahaan. Dirinya sudah bekerja
keras selama dua hari ini dan bahkan harus mengobrol dengan Arhan yang dia benci.
Dia menahan amarahnya demi 600 miliar itu dan bahkan membiarkan Theo mengancamnya. Namun, Raline tidak perlu muncul untuk membuat Theo merelakan kerja sama bernilai triliunan itu.
Jika dibandingkan, status Nyonya Oliver sangat tidak berharga! (2)
Dia berhenti menonton, lalu mengalihkan pandangannya ke Davin sambil berkata, “Davin, bolehkah kamu mengantarku pulang? Atau bolehkah aku pinjam mobilmu?”
Resor ini berada di pinggiran kota dan sulit untuk menemukan taksi. Dia juga tidak ingin Bella mengkhawatirkannya, apalagi datang menjemputnya malam–malam begini.
Davin memalingkan wajahnya, lalu berkata, “Ayo.”
Melihat mereka hendak pergi, Theo berjalan beberapa langkah, lalu meraih pergelangan Kayla dengan satu tangan. Dia memandang wajah Kayla yang bengkak sambil berkata dengan cemas, “Biar kuantar. Luka di wajahmu harus diobati ke dokter.”
Kayla menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan tenang. “Nggak perlu merepotkan Pak Theo.”
Dia melepaskan tangannya dari genggaman Theo, tapi bagaimana mungkin Theo membiarkannya pergi dengan Davin?
Theo berkata dengan tegas, “Sudah kubilang aku akan mengantarmu pulang. Jangan merepotkan orang luar. Davin datang bersama temannya, apa kamu menyuruhnya meninggalkan temannya untuk mengantarmu pulang? Lagi pula dia nggak punya kewajiban untuk mengantarmu pulang.”
Davin sedikit mengernyit. “Tempat ini hanya dua jam dari Kota Bapura. Aku akan kembali setelah mengantarnya pulang, teman–temanku nggak akan merasa terganggu.”
C +15 BONUS
Theo memandang Davin sambil mengerutkan keningnya. Dia seolah–olah sedang menahan diri, tetapi
detik berikutnya dia emoši….
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report