Bab 62 Theo Ingkar Janji

“Davin, ini masalah rumah tangga kami.”

Suara Theo sangat lantang. Maksudnya sangat jelas, orang luar tidak berhak Ikut campur.

Suasana menjadi sangat aneh dan percikan api memenuhi udara, diiringi dengan bau darah dan teriakan Arhan, percikan api itu seolah–olah akan meledak kapan saja.

Namun, Davin malah tidak menganggap serius. Dia berkata, “Theo, malam Ini emosi kalian nggak stabil, nggak cocok untuk membicarakan hal ini. Selesaikan masalah di sini dulu, aku akan membanturnu

mengantar Kayla pulang.

Theo melirik kedua sisi koridor dan melihat banyak pintu kamar yang terbuka. Keributan ini cukup besar

hingga menarik perhatian para tamu. Saat ini, semuanya berkerumun di balik pintu untuk menyaksikan keramaian, bahkan ada beberapa orang yang mengeluarkan ponsel untuk merekam mereka….

Ekspresi Theo berubah muram. Dia kembali menatap Kayla. Tadi Kayla keluar dengan panik, jadi Kayla hanya mengenakan piama. Meskipun piama yang Kayla gunakan tidak terbuka, lekuk tubuhnya yang

menawan tetap terlihat.

Theo melepas mantelnya dan hendak mengenakan mantel itu ke tubuh Kayla.

Kayla mengerutkan keningnya dan ingin menolak. Ketika dia mengangkat tangannya, dia mendengar suara berat Theo, “Apa kamu mau keluar dengan pakaian seperti ini?”

Dalam situasi menegangkan tadi, dia tidak sempat memikirkan hal lain. Sekarang, setelah mendengar kata–kata Theo, dia langsung bereaksi. Melihat Theo sedang menatapnya, dia tanpa sadar bersembunyi di belakang Davin.

Theo menurunkan tangannya dan menatap Kayla dengan dingin.

Kayla tidak peduli apakah Theo akan marah, dia berkata, “Sebaiknya simpan pakaianmu untuk Raline, seharusnya ada pakaian cadangan di mobil Davin.”

Suara Theo menjadi makin berat. “Davin sangat terobsesi dengan kebersihan, dia nggak akan meminjamkan pakaiannya pada orang lain.”

Davin mengangkat alisnya. “Aku….”

Sebelum Davin mengatakan “aku nggak terobsesi dengan kebersihan“, Theo sudah menatapnya.

Meskipun Theo tidak mengatakan apa–apa, maksudnya sangat jelas.

Davin mengatupkan bibirnya, tetapi dia merasa ini sangat konyol. Apakah sahabatnya ini menganggapnya sebagai saingan?

Dia tidak ingin Theo salah paham, jadi dia terpaksa berkata, “Ya, aku terobsesi dengan kebersihan.

+15 BONUS

Kayla, pakai saja, itu memang milikmu. Sekalipun kamu nggak membutuhkannya, jangan berikan pada anjing atau kucing jalanan.”

Kayla tertegun.

Tak disangka, pemuda tampan seperti Davin akan bercanda seperti ini. Harus diakui bahwa kata–kata ini membuatnya merasa lebih baik, dia bahkan tidak mempermasalahkan soal pakaian itu lagi.

Theo membantu Kayla mengancingkan pakaian, lalu memanyunkan bibirnya sambil berkata pada Kayla,

“Kabari aku setelah sampai.”

Kayla tidak menjawab.

Setelah memasuki lift, Kayla pun menjadi rileks. Dia kelelahan hingga bersandar di dinding lift sambil

berkata pada Davin, “Aku nggak enak membuatmu bolak–balik. Bagaimana kalau kamu pinjamkan mobilmu saja?”

Mobil bukanlah benda yang bisa asal dipinjamkan kepada orang, Jadi Kayla mencoba untuk meyakinkan nggak pernah kecelakaan sejak

Davin dengan berkata, “Kemampuan berkendaraku sangat stabil, a

mendapatkan SIM, nilaiku juga nggak pernah dikurangi.”

Davin tertawa ringan. “Apa selanjutnya kamu akan bersumpah?”

Kayla berpikir, ‘Hem, kok aku nggak tahu Davin begitu humoris.

“Aku sudah janji pada Theo akan mengantarmu pulang dengan selamat. Aku bisa saja menyerahkan

mobilku padamu dan membiarkanmu pulang sendirian, tapi kalau terjadi sesuatu, dengan caranya menendang Pak Arhan tadi, kurasa aku akan masuk IGD.”

Kayla melirik Davin. Dia heran mengapa Davin berpikir demikian. Theo menendang Arhan bukan karena

dia, melainkan karena Arhan sudah merusak nama baik Raline.

Dia tersenyum sambil berkata, “Kamu salah sangka. Yang penting jangan menyinggung Raline, kalau

nggak Theo pasti akan memberimu pelajaran dan memutus hubungan persahabatan kalian. Bagaimanapun, pria berengsek sepertinya bukanlah orang yang sabar.

Tadi Davin menyaksikan seluruh kejadian, termasuk soal Raline. Oleh karena itu, dia memahami maksud

Kayla.

“Mungkin… Theo melakukannya untukmu?” 1

Kayla mendongak dan menatap Davin dengan kaget. Dia seolah–seolah sedang mengatakan “nggak

mungkin“.

Bibir tipis Davin terangkat, alis dan matanya diselimuti dengan kehangatan. “Jangan meremehkan dirimu sendiri, nggak semua hal seperti yang kamu lihat.”

Kayla tidak ingin membicarakan hal ini lagi. Davin dan Theo bersahabat baik, Davin pasti akan

membujuknya untuk berdamai dengan Theo, jadi dia pun mengalihkan topik pembicaraan.

“Omong–omong, kenapa kamu muncul di sini?”

Seingatnya, Davin tinggal di lantai 15….

“Ada sedikit urusan di bawah. Aku naik tangga dan kebetulan mendengar suaramu, jadi pergi

memastikan.”

“Oh, kebetulan sekali. Terima kasih.”

Karena terlalu lelah, Kayla tidur di sepanjang perjalanan dan akhirnya dia dibangunkan oleh Davin.

Setelah berterima kasih pada Davin, dia membuka mobil dan berlari masuk ke dalam apartemen.

Tentu saja, dia tidak mengabari Theo.

Mungkin sekarang Theo… sedang bertelepon dengan Raline!

Dua hari kemudian, situasi kembali tenang, tetapi tidak dengan Kayla.

Awalnya, dia mengira dia akan menerima pemberitahuan soal pelunasan utang 600 miliar, tetapi sudah

beberapa hari berlalu, Theo dan Darius tidak menghubunginya.

Jadi, dia berinisiatif menelepon Theo.

“Kapan surat utang akan dikembalikan padaku?”

Orang yang mengangkat telepon terdiam sejenak. Kayla mendengar Theo mengatakan “rapat

diberhentikan“.

Kayla tertegun, dia tidak tahu Theo sedang rapat. Namun … dia tidak peduli.

Belasan detik kemudian, terdengar suara dingin Theo. “Kerja sama gagal, jadi kesepakatan pelunasan

utang 600 miliar nggak berlaku.”

“Apa kamu bilang?”

Theo tidak mengulangi perkatannya. Dia yakin Kayla mendengarnya dengan jelas, hanya saja tidak sanggup menerima kenyataan.

Kayla membutuhkan puluhan detik untuk mencerna perkataan Theo dan pada akhirnya dia yakin bahwa … Theo ingin ingkar janji!

“Sesuai kesepakatan kita, kalau kalian menandatangi kontrak, utang 600 miliar akan dianggap lunas. Kalian sudah menandatangani kontrak, kenapa ingkar janji?”

Meskipun dia mengajukan upah 20 miliar karena punya firasat bahwa hal ini tidak akan berjalan lancar,

dia tidak menyangka bahwa Theo akan membatalkan kontrak seperti ini.

Dibandingkan dengan Kayla yang panik, Theo terdengar sangat tenang. Dia mengungkapkan fakta pada Kayla. “Kontrak dibatalkan karena kamu, kamu juga harus bertanggung jawab.”

+15 BONUS

“Sialan!” Emosi Kayla meledak. “Kamu merobek kontrak itu demi Raline, apa hubungannya denganku? Tugasku adalah menemanimu mendapatkan kerja sama ini. Karena kalian sudah menandatangani kontrak, berarti tugasku selesai. Soal urusan selanjutnya, nggak ada hubungannya denganku!”

Mendengar kata–kata ini, Theo yang berada di ujung lain telepon tampak sangat muram…..

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report