Bab 68 Dikelilingi oleh Pria
Kayla merasa penyakit Theo kambuh lagi, dia hanya mendelik Theo dan lanjut berjalan ke depan.
Posesif adalah sifat buruk yang dimiliki oleh para pria. Pria tidak akan mengizinkan orang lain untuk
mendambakan benda atau orang miliknya.
Mengingat hal ini, sekalipun sekarang Theo seperti sedang cemburu, Kayla tidak peduli.
Namun, ketika dia baru berjalan dua langkah, tangannya ditarik.
Tenaga Theo agak kuat hingga membuat Kayla merasa pergelangan tangannya akan segera putus!
Dia merintih kesakitan, lalu mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, “Lepaskan.”
Saat ini, Theo sadar bahwa dirinya terlalu kuat. Dia melonggarkan tangannya, tetapi tidak sepenuhnya
melepaskan Kayla.
Ekspresinya masih sangat dingin, dia berkata dengan cuek, “Ayo.”
“Aku sedang bekerja….”
Namun, Theo tidak memberi Kayla kesempatan untuk menolak. Dia langsung menarik Kayla keluar.
“Kak Theo! Kakakku sudah menikah denganmu, kenapa kamu nggak memberinya uang?” tanya Viola
dari belakang. Dia tidak tahu situasi mereka sekarang, tetapi malah berlagak menjadi adik baik yang
ingin membela kakaknya.
Theo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
Sebenarnya Viola agak takut dengan Theo. Namun, demi mempersulit Kayla, dia tetap memberanikan diri untuk berkata, “Kakakku bahkan nggak mampu mengeluarkan 200 juta untuk membeli sebuah lukisan dan meminta pria lain untuk membayarnya. Kak Theo, apa kamu menyiksanya?”
Kayla melirik Viola dengan kesal. Viola benar–benar seperti kecoa di selokan yang sulit dimusnahkan.
Mata Theo tertuju pada lukisan di tangan Kayla. Dia bertanya dengan tenang, “Davin yang bayar?”
Ini bukanlah hal yang menguras otak. Theo dapat menebak maksud Viola dengan mudah.
“Aku membelinya sendiri.” Kayla tidak ingin melibatkan Davin, dia menjelaskan dengan sabar. “Davin
hanya membantuku membeli terlebih dahulu, kalau kamu nggak percaya
Awalnya Theo mengira Kayla akan meminta pembelaan dari seseorang, tetapi Kayla malah
memampangkan wajah cuek sambil melepaskan tangannya dari genggaman Theo. “Apa boleh buat.”
Kayla berbalik dan langsung berjalan menuju area pemeran. Saat ini, ponselnya berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan tidak menyadari bahwa Theo mengikutinya. Mungkin dia sadar, tetapi
malas memedulikan Theo.
+15 BONUS
Hari Ini Kayla mengenakan sepatu flat sehingga Theo setengah kepala lebih tinggi darinya. Hanya dengan menundukkan kebala, Theo bisa langsung melihat nama penelepon.
“Selain Davin, masih ada Rio. Kehidupan Nyonya Oliver sungguh bervariasi. Nada bicara Theo terdengar biasa saja, tetapi hatinya diselimuti dengan amarah. Bagaimanapun, dia adalah pria, dia pasti bisa memahami isi pikiran pria lain…. Dilihat dari cara Rio memandang Kayla, dia yakin Rio pasti punyal
maksud lain.
Hubungan Kayla dengan Rio memang cukup baik, tetapi hanya sebatas rekan kerja, mereka tidak pernah berurusan dalam hal pribadi. Jadi, dia yakin Rio meneleponnya untuk membahas pekerjaan.
Awalnya, dia ingin menyingkirkan Theo sebelum menjawab telepon, tetapi Theo seperti bayangan yang mengikutinya dan tidak bermaksud untuk meninggalkannya sehingga membuat Kayla berkata dengan kesal, “Aku sedang bekerja, jangan ikuti aku lagi.”
Theo tersenyum sinis. “Kenapa? Mengganggu kencan kalian?”
Kayla menahan amarahnya, dia malas berbasa–basi dengan Theo lagi. Dia langsung menjawab telepon.
“Rio, ada apa….”
Sebelum dia selesai berbicara, Theo sudah mengulurkan tangan dari atas untuk mengambil ponselnya.
Kayla berbalik dan melihat Theo menutup telepon dengan ekspresi muram. Setelah mematikan
ponselnya, Theo langsung meraih tangannya dan berjalan keluar.
Dia mengerutkan keningnya dan mencoba sebisa mungkin untuk melepaskan diri, tetapi pada akhirnya
dia tetap gagal dan ditarik meninggalkan area penjualan.
Kayla menggertakkan giginya sambil berkata dengan tegas, “Aku masih bekerja, nggak bisa pergi.”
“Kenapa, apa anak orang kaya yang mengadakan pameran nggak mampu mempekerjakan tukang bersih
-bersih? Meminta bantuan dari luar?”
Tentu saja, dia tahu bahwa Kayla bukan tukang bersih–bersih, tetapi dia sengaja mengejek Kayla untuk
melampiaskan kekesalan di hatinya.
Saat melewati tangga, Davin kebetulan turun dari lantai atas. Melihat suasana di antara mereka agak aneh, Davin pun mengerutkan keningnya. “Bukannya kalian bilang akan menungguku di lantai dua?”
Theo menjawab, “Kamu nggak kunjung datang, jadi aku turun untuk mencarimu.”
Sembari berbicara, dia menyerahkan cek kosong kepada Kayla.
Kayla tercengang. Apakah Theo sedang memberinya biaya perpisahan dan dia boleh mengisi nominal
yang dia inginkan?
Theo bisa menebak isi pikirannya dan langsung mencibir. “Kamu berutang ratusan miliar padaku, tapi masih menginginkan biaya perpisahan? Beraninya kamu bermimpi seperti itu. Kembalikan uang Davin.”
Kayla mengumpat dalam hati sambil menenangkan diri. Dia tidak menerima cek yang Theo berikan. Aku bisa membayarnya sendiri.”
Theo menatapnya dengan serius dan matanya dilapisi dengan hawa dingin. “Sepertinya kamu punya banyak uang, jadi nggak peduli dengan bunga dari 600 miliar itu. Besok aku akan menyuruh Darius…
Ketika Theo menyebutkan nama ini, Kayla merasa ngeri. Dia mengambil cek kosong dari tangan Theo,
lalu menuliskan sebuah nominal. Ketika menulis, dia sungguh ingin menambahkan beberapa angka nol
untuk memeras Theo!
Namun, dia tidak berani melakukan itu. Bagaimanapun, itu bukanlah uangnya, suatu hari dia tetap harus
melunasi utang tersebut.
Dia menyerahkan cek yang sudah diisi kepada Davin sambil berkata, “Davin, terima kasih atas
bantuanmu tadi.”
Suaranya terdengar lembut dan ramah.
Sikapnya ini berbeda jauh dengan saat menghadapi Theo. Dia seolah–olah berubah menjadi landak
yang hendak menikam Theo dengan brutal! d
Theo berdiri dengan tenang di samping, tetapi matanya dipenuhi dengan hawa dingin.
Davin tidak menolak. Dia langsung menerima cek dan sebelum dia sempat berbicara, Kayla sudah
dibawa pergi oleh Theo.
Davin tercengang.
Di luar, udara sangat dingin.
Pagi–pagi tadi sudah turun hujan dan sekarang makin deras.
Meskipun mobil Theo tidak jauh, sekujur tubuh Kayla tetap basah kuyup.
Setelah masuk ke dalam mobil, dia menggigil kedinginan, lalu mengeluarkan, beberapa tisu untuk
menyeka air di wajahnya. “Kalau ada urusan, cepat katakan. Aku masih harus bekerja, kembalikan
ponselku.”
Dia tidak tahu kenapa Rio mencarinya.
Theo menyipitkan matanya sambil menatap Kayla ….
Karena kehujanan, wajah Kayla menjadi pucat, bibirnya agak membiru dan amarahnya makin terlihat jelas di matanya.
Theo termenung. Mengingat senyuman Kayla pada Davin tadi…. Entah sudah berapa lama dia tidak melihat Kayla tersenyum padanya.
Wanita yang dulunya selalu bersemangat saat melihatnya, kini bahkan malas berbicara dengannya.
Selain mengucapkan kata–kata kasar padanya, Kayla juga ingin memutus hubungan dengannya
Theo mengatupkan bibiriya, lalu menyalakan mobil dan memaksimalkan suhu AC. Namun, penghangat belum hidup dan udara yang berembus terasa dingin.
Kayla menggigil kedinginan dan tepat ketika dia hendak emosi. Theo mengecilkan AC dan menyesuaikan
arah angin.
Setelah sekian lama. Theo berkata dengan pelan, “Nggak punya uang kenapa nggak minta dariku?”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report