Bab 70 Kayla Demam Tinggi Tengah Malam

Kayla tertawa marah. “Oke, ingat pilih anjing militer. Setidaknya la lebih kuat….

Dia terdiam sejenak, lalu lanjut berkata dengan penuh maksud, “Tapi zaman sekarang ada banyak hal yang nggak berguna. Jangankan hewan, manusia saja begitu.”

Saraf di kening Theo hampir putus. Dia mengusap keningnya sambil berkata dengan kesal, “Turun.”

Kayla merentangkan tangannya sambil berkata, “Kembalikan ponselku.”

Theo menurunkan pandangannya untuk melihat telapak tangan Kayla yang putih. “Kamu memedulikan ponselmu atau pria yang meneleponmu?”

*Theo, apa kamu bisa mati kalau ngomong baik–baik? Kamu membawaku keluar dari pusat konvensi, aku bahkan nggak sempat pakai mantel dan nggak membawa sepeser uang pun. Sekarang kamu menyuruhku turun dan berjalan kembali dari sini?”

Pusat konvensi agak jauh dari ibu kota, apalagi tempat tinggalnya.

Setelah mendengar penjelasannya, ekspresi Theo jauh membaik. Dia melemparkan ponsel dari saku jaketnya sambil berkata, “Kalau kamu

Memohon, mungkin tidak perlu turun dari mobil.

Namun, sebelum dia melontarkan kata–kata ini, Kayla sudah membuka pintu mobil dan pergi tanpa berpamitan. Kayla membanting pintu mobil dengan kuat hingga seluruh badan mobil bergetar.

Begitu turun dari mobil, Kayla sudah dibasahi oleh tetesan air yang mengalir dari dedaunan. Hujan akhir musim gugur disertai dengan udara yang sangat dingin. Pakaiannya yang basah menempel di tubuhnya hingga membuatnya menggigil kedinginan.

Theo tidak pergi, tetapi juga tidak keluar dari mobil. Matanya tertuju pada sosok mungil di kaca spion yang basah kuyup. Dia memanyunkan bibirnya dengan kesal.

Sulit untuk mencari taksi di hari hujan seperti ini dan Kayla hanya mengenakan pakaian tipis di cuaca

sedingin ini.

Theo menunggu Kayla memohon padanya!

Pikiran ini membuat suasana hatinya sedikit membaik.

Sedangkan Kayla menelepon Rio sambil memanggil taksi. Panggilan segera tersambung. Ternyata Rio bukan mencarinya karena urusan pekerjaan, melainkan karena mengkhawatirkannya.

“Aku baik–baik saja. Kebetulan bertemu dengan seorang kenalan, tolong awasi pameran. Aku sedikit nggak enak badan dan ingin pulang istirahat dulu.”

“Nggak usah khawatirkan soal pameran. Ada satpam di sini,” Jawab Rio dengan tegas. “Akhir–akhir ini sedang pergantian musiin. Banyak orang yang flu. Kalau kamu nggak enak badan, pergilah ke rumah

sakit untuk disuntik blar lebih cepat sembuh.”

“Oke, terima kasih.”

Setelah menutup telepon, kebetulan sebuah taksi berhenti. Meskipun di dalamnya ada penumpang lain, Kayla tidak keberatan. Dia malah merasa beruntung karena bisa menemukan taksi di cuaca seperti ini. Jadi, dia langsung membuka pintu dan masuk.

Dia tidak menoleh ke arah Bentley yang masih berhenti di tempat semula, tetapi dia bisa membayangkan betapa buruknya ekspresi Theo yang berada di dalam mobil….

Sesampai di apartemen nomor tujuh, Kayla langsung mandi.

Meskipun taksi tersebut menyalakan AC, sekujur tubuhnya basah kuyup dan angin AC sama sekali tidak

bisa mengeringkan tubuhnya.

Saat dia mengambil kunci untuk membuka pintu rumah, tangannya sangat dingin hingga mati rasa. Setelah tubuhnya dibasahi oleh air panas, dirinya seolah–olah terlahir kembali.

Awalnya Kayla hanya menggunakan alasan kurang sehat untuk mengelabui Rio, tetapi tak lama kemudian, Kayla menyadari bahwa dirinya benar–benar demam!

Meskipun tubuhnya sepanas tungku api, dia menggigil, lemas dan sakit kepala.

Dia jarang sakit. Sejak pindah ke sini, dia sibuk bekerja dan belum sempat mempersiapkan obat–obatan.

Bahkan kebutuhan pokok seperti obat pereda demam dan obat flu pun tidak ada.

Sejak ibunya meninggal, Martin seolah–olah berubah menjadi ayah tirinya. Dulu, setiap sakit, Kayla

selalu mengandalkan antibodi tubuhnya untuk memulihkan diri.

Berdasarkan pengalamannya, demamnya akan mereda setelah tidur.

Ketika dia hampir terlelap, ponselnya berdering. Dia tidak membuka mata dan menggunakan intuisi

untuk mengambil ponsel yang ada di meja samping. “Halo….

Orang yang berada di ujung lain telepon adalah Davin. Ketika merasa ada yang aneh dengan suaranya, Davin terdiam beberapa detik sebelum berkata, “Kayla?”

“Ya….” Saat ini, Kayla masih sadar dan dapat mengenali suara Davin. Dia memaksakan diri untuk lebih bersemangat. “Ada apa?”

“Aku ingin minta bantuanmu. Kakekku membeli barang dari seseorang, aku ingin bertanya apakah kamu

punya kenalan yang bisa membantu mengidentifikasi keaslian barang tersebut?”

Kayla agak linglung karena demam. Setelah beberapa saat, dia baru menjawab, “Besok aku akan coba mengidentifikasinya. Kamu bisa menyuruh orang untuk membawanya ke pusat konvensi.”

+15 BONUS

Pameran amal diadakan selama tiga hari.

“Oke.”

Mereka berdua jarang mengobrol. Setelah selesal, keduanya pun terdiam.

Dalam situasi seperti ini, napas berat Kayla makin terdengar jelas.

Kayla tidak berbicara, tetapi juga tidak menutup telepon. Karena sebelumnya Kayla tidak pernah seperti ini, Davin pun bertanya dengan cemas, “Apa kamu sakit?”

“Sedikit flu,” jawab Kayla dengan lemas. Dia seolah–olah akan segera tertidur.

“AD

kamu sudah minum obat? Di mana Theo?

Setelah menunggu sekian lama, Kayla tetap tidak menjawab. Davin teringat soal Carlos mengatakan bahwa Kayla akan segera bercerai dengan Theo dan pindah dari Vila Aeris. Dia pun mengerutkan

keningnya sambil bertanya, “Sekarang kamu lagi di mana?”

Kayla langsung memberitahukan alamatnya, ini adalah reaksi alam bawah sadarnya.

Kemudian, dia bahkan tidak tahu kapan Davin menutup telepon dan tidak sadar bahwa dirinya sudah

memberitahukan alamatnya pada Davin. Dia tertidur lelap

Pukul sepuluh malam. Vetro dipenuhi dengan lampu pesta.

Carlos memandang Theo yang sedang minum alkohol dengan ekspresi datar. “Apa kamu dicampakkan oleh Kayla? Malam–malam begini bukannya tidur, malah datang ke sini untuk minum–minum.” a

Theo agak kesal hingga tidak sengaja mengguncang cairan kuning di dalam gelasnya. Dia menatap Carlos untuk cukup lama. “Apa otakmu bermasalah atau kamu buta? Dia mencampakkanku? Apa

mungkin?

Carlos tersenyum dingin. “Kamu tampak seperti orang yang frustrasi karena putus cinta. Orang mungkin akan mengira kamu sengaja membuat dirimu mabuk, lalu menggunakan–kesempatan ini untuk

menidurinya.

Theo mengerutkan keningnya dengan kesal dan marah. “Kenapa otakmu begitu kotor? Pantas saja nggak ada wanita yang mendekatimu, dasar mesum.”

Carlos tercengang.

“Pergi sana, tinggalkan aku sendirian.”

“Hmph.” Carlos tersenyum sinis. “Bahkan anjing pun lebih jago darimu. Pantas saja Kayla mencampakkanmu. Sudah nggak bisa membujuk wanita, suka ngomong kasar pula.”

Dua tahun ini, jadwal kerja dan istirahat Carlos sangat teratur. Kalau tidak ada acara khusus, dia akan

+15 BONUS

tidur pada jam sepuluh. Sekarang. Theo mengajaknya keluar untuk minum–minum, tetapi Theo malah menyebutnya mesum.

Ketika membuka pintu ruangan, kebetulan ada yang lewat. Mungkin karena baru tiba, air hujan di tubuh orang itu masih belum kering. Langkahnya sangat cepat, dia mengibaskan tetesan air di tubuhnya sambil mengumpat, “Sial, dingin sekali. Hari ini pasti akan hujan semalaman!”

Carlos mengabaikan orang itu. Ketika dia hendak pergi, dia mendengar langkah tergesa–gesa dari

belakang….

Sebelum dia berbalik, dia melihat Theo yang minta ditinggal sendirian berjalan melewatinya….

Carlos mengerutkan keningnya. ‘Wah, buru–buru sekali. Mau pergi ke mana dia?‘

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report