Bab 81 Dibuat Gila oleh Theo

Jangan–jangan dia dibuat gila oleh Theo? Sampal–sampai mimpi jalan ….

Setelah mandi, dia pergi ke kantor dokter. Begitu dokter menyatakan bahwa Theo baik–baik saja, dia langsung pergi menangani prosedur pemulangan. Kamu mau pulang sendiri atau perlu kutelepon Paman Dafa untuk datang menjemputmu?”

Theo bersandar di ujung kasur sambil tersenyum nakal. “Dokter bilang aku sudah boleh pulang?”

Dengan luka kecil di keningnya, membiarkannya dirawat di rumah sakit saja sudah cukup menghargainya.

Namun, Kayla menahan amarahnya agar bisa segera menyingkirkan pria pengganggu ini. Dia mengulangi perkataan dokter dengan sabar. “Ya, yang penting lukamu jangan terkena air. Hindari alkohol dan makanan pedas.”

Sekarang sedang musim dingin. Kalau Theo tidak mencuci rambut selama empat atau lima hari, baunya pasti akan sangat menyengat. Ini adalah tantangan yang cukup besar bagi seseorang yang terobsesi dengan kebersihan seperti Theo.

Theo berkata dengan lesu, “Tapi kepalaku masih agak pusing.

“Jadi, apa maumu?” Kayla mengerutkan keningnya sambil menatap Theo dengan waspada. Dia tahu Theo pasti mempunyai motif buruk.

Kembalilah ke Vila Aeris.

“Nggak mungkin,” jawab Kayla dengan lugas.

Theo berkata, “Nggak ada pembantu di rumah, mau minum air pun nggak ada yang tuangkan. Apa kamu tega menyuruh kembali ke rumah tua? Bibi Warni jadi harus menjagaku.

Kayla berkata dengan kejam sambil tersenyum palsu, “Aku juga nggak akan menuangkan air untukmu. apalagi menjagamu. Soal kembali ke rumah tua….” Dia menyeringai pada Theo sambil tersenyum palsu. “Terserah kamu. Lagian di sana ada ibu kandungmu, kamu boleh menindasnya sesuka hatimu. Aku nggak punya tanggung jawab untuk itu.”

Tadi malam, dia ingin keluar untuk makan camilan, tetapi tertunda sampai sekarang. Dia sudah kelaparan hingga dada dan punggungnya terasa sangat sakit, Jadi dia malas berbasa–basi dengan Theo.

“Kalau kamu ingin tinggal di sini selamanya, silakan. Aku akan mempekerjakan perawat untukmu, aku adalah orang baik yang bertanggung jawab.”

Kayla memang mengucapkan kalimat ini untuk memuji dirinya sendiri.

Pada dasarnya, pasien di rumah sakit swasta lebih sedikit. Selama punya uang, berbaring sampai mati pun, pasien tidak akan diusir.

Wajah Theo menjadi muram karena marah. “Kayla, kamu mau pergi ke mana? Aku lapar!”

“Apa aku menculik koki atau membakar kantin rumah sakit? Kalau lapar, turun ke bawah untuk makan.

Ubah kebiasaan burukmu itu.”

Selama tiga tahun ini, baik memesan makanan atau memasak, Kayla selalu mengantarkan makanan ke hadapan Theo. Dia bahkan menyediakan peralatan makan. Sekarang mereka akan segera bercerai dan Theo berharap dia masih melayaninya seperti dulu?

Memang benar, pria tidak boleh dimanjakan!

Setelah keluar dari rumah sakit, Kayla langsung memanggil take

untuk pulang.

Dia tidak terbiasa dengan kasur asing sehingga tidurnya kurang nyenyak. Jadi, ketika melewati supermarket, dia sekalian membeli sebungkus mi instan. Dia berencana untuk tidur setelah sarapan.

Tak disangka, begitu keluar lift, dia melihat Theo berdiri di depan pintu rumahnya.

Bukankah seharusnya orang ini pulang rumah atau pergi ke Perusahaan Oliver?

“Kenapa kamu datang ke sini?”

“Karena kamu berada di sini. Aku terluka dan perlu dijaga. Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk menjagaku.”

Datang mencari pengasuh?

Kayla emosi hingga tertawa. “Saat ini, kamu baru ingat kalau kamu punya istri? Saat kamu memberikan uang kepada simpananmu, kenapa kamu nggak ingat kalau kamu punya istri….”

Kayla membuka pintu, lalu mendeliknya dengan galak. “Mau pergi nggak? Jangan sampai aku main

tangan.”

Ekspresi Theo menjadi sangat muram. Sebenarnya, sejak tadi malam ekspresinya memang sudah muram. Dia bertanya dengan nada dingin, “Siapa simpananku?”

Kayla memutar bola matanya. “Nona Raline yang tercinta.

Theo mengerutkan keningnya. “Aku nggak pernah memberinya uang.”

“Oh.”

Kayla tidak peduli apakah Theo memberikan uang kepada Raline. Namun, berdasarkan sifat Raline, kalau dia bersedia menerima uang Theo, dulu dia tidak akan meninggalkan jalan pintas ini dan memilih untuk pergi mencari uang ke luar negeri. Dia melakukan semua itu agar memiliki status yang sepadan dengan Theo dan mendapatkan persetujuan Evi. Dengan begitu, mereka baru bisa berpacaran secara terang–terangan.

Namun, ini tidak ada hubungannya dengan Kayla. Sekarang dia hanya ingin memakan sesuatu dan tidur.

+15 BONUS

Theo mengangkat tangannya untuk menahan pintu yang hampir tertutup, lalu mendorong pintu dan berjalan masuk.

Dia melihat ke sekeliling apartemen

Meskipun Davin tidak tinggal di sini, rumah ini didekorasi berdasarkan gayanya. Bahkan Theo dapat melihat sosok Davin melalui ornamen di atas meja.

Benda yang digunakan Kayla untuk memukul kepalanya semalam masih tergeletak di lantai. Benda itul adalah karakter yang sangat disukai oleh Davin dulu, darahnya sudah mengering dan berubah menjadi warna merah tua, tetapi masih terlihat jelas.

Theo melihat benda itu dengan cuek, lalu menendangnya ke samping tong sampah.

“Kapan kamu akan pindah dari rumah Davin?”

Kayla sedang mengganti sepatu, dia tidak menyadari tindakan Theo. “Aku membayar sewa, kenapa harus pindah?”

Setelah berkata demikian, dia mengabaikan Theo.

Kalau Theo bersikeras ingin masuk, dia tidak akan bisa menghentikan Theo. Jadi, dia malas membuang-

buang tenaga.

“Apa menurutmu Davin peduli dengan uang sewa yang kamu bayar?”

Kayla mengabaikannya, lalu duduk di sofa dan mulai menyeduh mi. Dia melamun sambil menunggu mi

masak.

Theo berkata dengan tegas. “Aku ini pasien, kamu hanya memasakkan mi instan untukku?”

“Nggak.” Mendengar jawaban ini, ekspresi Theo jauh membaik. Kemudian, Kayla lanjut berkata, “Aku yang mau makan, kalau kamu mau, buat sendiri.”

Mengingat hari–hari di Vila Aeris, setiap Theo pulang, sekalipun Kayla tahu bahwa Theo tidak akan memakan masakannya, dia tetap akan menyediakan empat lauk dan satu sup. Namun, sekarang dia bahkan tidak bersedia membuatkan semangkuk mi instan untuk Theo. Sikapnya berubah drastis.

Theo menggertakkan giginya sambil berkata dengan sinis, “Apa kamu memperlakukan Davin seperti ini juga?”

“Dia tahu diri, nggak akan mengemis makanan sepertimu.”

Kayla merobek penutup, lalu mulai makan mi tersebut. Theo sangat sensitif dengan makanan seperti ini, tetapi sekarang Theo agak kelaparan karena baunya. Namun, Kayla hanya fokus makan, malas memperhatikan Theo.

Setelah makan mi, Kayla pergi ke kamarnya untuk tidur. Dia mengabaikan Theo!

+15 BONUS

Dia tidur agak lama. Sore hari, dia dibangunkan oleh panggilan Davin. “Kayla, sebelumnya aku pernah bilang, ingin memintamu membantu kakekku mengidentifikasi barang antik. Apa kamu punya waktu malam ini?”

“Punya.”

Setelah menentukan lokasi temu, Kayla langsung bangun dan mandi.

Saat ini, Theo tidak berada di ruang tamu lagi. Dia pun tidak peduli, justru aneh kalau Theo betah duduk di sini selama berjam–jam.

Setelah mengambil kotak peralatan, dia hendak pergi, tetapi dia tidak menemukan kunci rumah

Sialan, si bajingan Theo mengambil kuncinya!

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report