Bab 94 Theo Sekarat kårena Berkendara dalam Keadaan Mabuk
Theo menatap Kayla dengan ekspresi datar. “Jadi sekarang aku nggak perlu menelepon Raline lagi? Kamu rela menanggung kesulitan apa pun demi Davin?”
Theo mengulurkan tangan ke arah Kayla. Melihat garls alls Theo yang dipenuhi dengan amarah, dia merasa Theo mungkin akan mencekiknya sampai mati.
Kayla bersandar ke belakang untuk menghindari sentuhan Theo. Tangannya berhenti di udara dan dia pun mengepalkan jari–jarinya sambil berkata, “Soal bercerai….”
Theo sengaja membuat Kayla penasaran. Melihatnya tidak lanjut berbicara, Kayla pun menatapnya sambil memanyunkan bibir.
Theo memandang Kayla dengan cuek, lalu suatu senyum sinis muncul di wajahnya yang datar. “Jangan
harap.”
Kayla menggertakkan giginya dengan kesal.
Pria berengsek ini!
Dia sudah mengendalikan amarahnya, tetapi ketika dipermainkan oleh Theo, amarahnya tetap meluap ke puncak dan hampir meledak!
“Keluar.”
Theo memejamkan matanya dengan santai. “Jalan, jangan lupa kamu masih berutang padaku. Nggak memenuhi kewajiban suami istri, setidaknya kamu bisa menjadi sopir, ‘kan? Bisa–bisanya debitur lebih galak daripada kreditur. Kelak, siapa yang berani meminjamkan uang padamu?”
Kayla mengangkat dagunya sambil mendengus dingin. Dia turun dari mobil, lalu menarik Theo keluar dengan kasar.
Umumnya, pria lebih kuat dari wanita dalam hal fisik. Jadi, Theo tidak mungkin bisa diseret begitu saja, tetapi Kayla berhasil menyeretnya keluar dengan mudah!
Kayla membanting pintu mobil dan kembali ke kursi pengemudi. Setelah menyalakan mobil, dia melaju
menuju pintu keluar.
Karena hari ini mereka datang untuk menghadiri acara pertunangan, pakaian yang mereka kenakan lebih tipis. Angin malam yang berembus seperti pisau yang menyayat kulit. Dia hanya menghabiskan waktu beberapa menit untuk keluar dari mobil, menyeret Theo dan kembali ke dalam mobil, tetapi tangannya pun kaku karena kedinginan. Tubuhnya kembali hangat setelah menyalakan penghangat mobil.
Kayla melirik ke kaca spion dan melihat Theo masih berdiri di posisi semula. Dia menyipitkan matanya sambil menatap ke arah Kayla.
‘Apa dia akan mati kedinginan?‘
+15 BONUS
Begitu pikiran ini terlintas di benak Kayla, Kayla langsung menyingkirkannya. Keluarga Hosana pasti tidak akan mengabaikan Theo dan membiarkan Theo berdiri di sana. Meskipun vila Keluarga Hosana sudah tua, daerah di sekitarnya sudah direnovasi, tempat ini tidak terpencil.
Ada banyak mobil di jalanan. Ketika Kayla meninggalkan vila dan melihat banyak taksi kosong, dia
menjadi lebih lega.
Sesampai di rumah, Kayla langsung pergi ke kamar mandi untuk menghapus riasan, mandi dan
memakai masker wajah. Kemudian, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas.
Dia berbaring di tempat tidur dan hendak memainkan ponselnya sejenak sebelum tidur. Tepat ketika dia mengklik sebuah situs video, Theo meneleponnya.
Melihat nama yang muncul di layar ponsel, dia ragu–ragu selama beberapa detik sebelum menjawab,
Kenapa?”
“Rumah sakit nomor satu, datang tanda tangan.”
Orang yang berbicara bukan Theo.
Dia tertegun selama beberapa detik sebelum bereaksi. “Carlos?”
Dia tidak akrab dengan Carlos, hanya pernah bertemu beberapa kali. Meskipun dia pernah mendengar suara Carlos, suara dari sambungan telepon agak berbeda, jadi dia tidak yakin.
Suara Carlos sangat dingin. Dia menyampaikan inti masalah dengan singkat. “Theo kecelakaan dalam perjalanan pulang. Dokter menyuruh anggota keluarga menandatangani surat pertolongan. Kalau kamu nggak datang dalam waktu dua puluh menit, aku akan mengizinkan Dokter untuk nggak
menyelamatkannya.”
Kepala Kayla berdengung. Sebelum tersadar, dia sudah duduk sambil bertanya, “Kenapa bisa
kecelakaan?”
“Memangnya aneh kalau kecelakaan? Di dunia ini, setiap menit ada orang yang kecelakaan. Kamu meninggalkan orang yang mabuk di jalanan. Dia mengemudi dalam keadadh mabuk, untung saja nggak mati di tempat!”
Carlos memberitahukan lantai tempat mereka berada, lalu menutup telepon. Kayla buru–buru mengganti
pakaian dan keluar.
Dokter memerlukan tanda tangan anggota keluarga untuk melakukan pertolongan pertama. Kayla tidak mungkin langsung memberi tahu Evi, jadi dia harus pergi. Setelah masuk ke dalam mobil dan memegang setir, dia masih belum tersadar dari keterkejutannya.
Meskipun tubuh Theo dipenuhi dengan bau alkohol, dia masih sangat sadar ketika berdebat dengan Kayla, langkahnya juga sangat stabil. Sekalipun dia berkendara dalam keadaan mabuk, jalan dari vila Keluarga Hosana menuju Vila Aeris sangat sepi dan lebar, bagaimana mungkin tabrakan sampai perlu diselamatkan!
Kayla berkendara dengan sangat cepat. Dia bahkan menerobos lampu merah di sebuah belokan. Tangannya agak licin ketika membelokkan setir, saat ini dia baru sadar bahwa tangannya berkeringat
deras.
Dia hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk menempuh perjalanan yang biasanya memerlukan
waktu lebih dari setengah jam.
Nomor bangsal yang disebutkan Carlos berada di lantai lima. Setelah berlari ke lift dan menekan tombol, dia baru punya waktu untuk mengembuskan napas.
Kayla bersandar di dinding lift dengan terengah–engah sambil melihat keterangan yang ada di depannya.
Lantai lima, Departemen Gastroenterologi.
Kayla tertegun.
Lift berhenti di lantai lima. Begitu pintu terbuka, dia langsung melihat Carlos.
Carlos berpakaian santai, hanya mengenakan mantel abu–abu dengan kemeja polos dan celana panjang berwarna hitam. Di bawah cahaya lampu rumah sakit, tubuhnya seperti memancarkan sinar yang
memukau.
Memang benar, orang tampan bergaul dengan orang tampan dan orang licik juga bergaul dengan orang
licik.
Namun, mereka tidak akrab. Sekalipun Kayla marah. Kayla tetap menahan amarahnya dan tidak memukul kepala Carlos.
Kayla keluar dari lift dengan ekspresi dingin. “Ada apa?”
Saat ini, Kayla baru merasa kakinya lemas dan sekujur tubuhnya tidak bertenaga.
Carlos berkata dengan santai, “Ruangan nomor 507, aku mau pulang tidur dulu.”
“Bukannya kamu bilang kecelakaan?”
Carlos mengangkat alisnya sambil tersenyum nakal. “Nona Kayla kejam. Kalau aku nggak bilang dia sekarat karena kecelakaan, apa kamu akan datang?”
Tidak akan.
Bukan hanya tidak akan datang. Kayla akan langsung mematikan ponselnya dan tidur!
“Dia sakit maag. Ada kantin yang buka 24 jam di lantai bawah, belilah bubur untuknya, bubur daging
tanpa bawang.”
Kayla belum melampiaskan amarahnya, tetapi Carlos sudah memerintahkannya. Jadi, dia pun berkata sambil tersenyum sinis. “Tuan Muda Carlos sungguh peduli padanya. Kenapa nggak tinggal di sini untuk menjaganya? Kamu nggak takut aku akan membuatnya makin parah?”
Carlos menunduk untuk menatapnya. Mata Kayla dipenuhi dengan amarah sehingga popinya menjadi makin cerah. Karena berlari kencang, kulitnya memerah dan napasnya masih terengah engan. “Kates bukan karena Theo. Nona Kayla mungkin sedang bekerja mati–matian? Mana mungkin hidup santa seperti beberapa tahun ini?”
Carlos mengontrol kata–katanya karena menghargai Theo.
Wanita yang dijual tidak mungkin seberuntung ini!
Dia lanjut berkata, “Saat itu, sekalipun Theo mabuk dan memaksa Nona Kayla, dia nggak harus menikahimu. Maaf kalau kata–kataku agak kasar, kamu nggak seberharga itu. Setelah seseorang berbuat baik padamu, bukankah sudah seharusnya kamu membalas kebaikannya?”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report