Ruang Untukmu -
Bab 367
Bab 367
Ruang Untukmu
Bab 367
Keesokan harinya, ‘Tasya mengajukan cuti pada Felly untuk menemani anaknya. Keuka Felly tahukalau Tasya cuti sclama tiga bulan, dia terkejut.
“Apa kamu sudah memberi tahu Pak Elan soal ini?” Entah kenapa, Felly merasa bukan dia yangberhak mengizinkan Tasya cuti.
“Kamu bisa berbicara dengannya. Tapi kalau dia tidak setuju, aku akan mengundurkan diri.”
“Baiklah. Aku akan tanya Pak Elan,” Jawab Felly.
Sepuluh menit kemudian, Felly menghubunginya lagi. “Pak Elan mengizinkanmu cuti dan akanmemberikan bayaran cuti selama tiga bulan. Aduh, aku pasti akan merindukanmu.”
“Terima kasih.” Ujar Tasya. Dia juga pasti akan merindukan Felly.
“Kita tetap bertukar kabar ya!”
“Tentu saja. Terima kasih karena sudah menjagaku selama ini, Felly,” Ujar Tasya berterima kasih.
“Jangan bilang begitu. Aku tahu alasan kenapa Pak Elan mengambil alih Grup Mahkota Ratu bukankarena dia melihat kita punya potensi. Tapi dia melakukannya demi kamu. Tanpa kamu, Jewelia tidakakan seperti sekarang.” Ujar Felly yang sadar dengan apa yang terjadi.
Hati Tasya berdesir mendengarnya, lalu dia bertanya pada Felly, “Apa kamu tahu siapa yangbernegosiasi dengan klien ketika aku pergi kemarin?”
Itu karena sepertinya penculiknya tahu kalau Tasya akan kesana dan sepertinya Tasya masukperangkapnya.
Felly tidak tahu tentang insiden penculikan itu, jadi dia pangsung menjawab, “Alanna yangbernegosiasi dengan klien. Sebenarnya dia yang harus kesana dan bertemu mereka, tapi klien sendiriyang minta untuk bertemu denganmu. Jadi aku memintamu kesana.”
Alanna?
Apakah dia terlibat dalam kasus penculikan itu? Tasya mengerutkan keningnya dan merenung.
Dia tidak bisa mendapat jawaban apakah Alanna memang terlibat dengan Rully atau dengan klien, tapikenapa awalnya klien yang meminta Alanna lalu ganti dan
meminta dirinya yang datang?
“Terima kasih, Felly. Kapan–kapan ayo kita bertemu lagi.”
“Baiklah!” Ujar Felly sambil tersenyum.
Setelah menutup teleponnya, Tasya melihat jam. Sudah waktunya menyiapkan makan siang untukJodi.
Tapi, tidak ada makanan di kulkas. Dia pun berkata pada Jodi. “Jodi, ayo belanja bahan makanandengan Mama.”
“Ayo!” Seru Jodi dengan senang.
Setelah itu, Tasya mengambil mantel dan memakaikannya pada Jodi. Cuaca diluar sangat dingin, 10derajat celsius, jadi dia harus pastikan kalau Jodi tidak akan kena flu.
Setelah turun kebawah, Tasya melihat para pengawal yang sebelumnya masih berdiri di tempat yangsama. Ketika dia pergi, mereka mengikuti Tasya dari belakang.
Tasya membiarkan mereka ikut saat dia dan Jodi masuk ke toko untuk membeli bahan makanan.
Saat Tasya sedang memilih sayuran, dia mendengar seruan Jodi. “Om Elan!”
Tasya pun mengangkat kepalanya dan melihat Elan yang sedang memakai mantel hitam berjalan kearahnya di tengah kerumunan pengunjung toko. Sosoknya yang tinggi terlihat menawan. Diaberjongkok dan mengangkat Jodi yang sedang berlari ke arahnya.
Pikiran Tasya mendadak kalut. Dia sudah memikirkan baik–baik selama dua hari dan memutuskanuntuk tidak bertemu dengan Elan lagi.
Saat itu, entah kenapa kedatangan Elan mengacaukan rencananya.
“Mama, belilah sayur yang banyak! Om Elan akan ikut makan siang!” Seru Jodi.
Tasya merasa tenggorokannya tercekat, tapi dia dengan cepat berkata, “Om Elan sibuk. Dia tidak bisaikut makan siang.”
“Om Elan, apa Om tidak bisa ikut makan siang?” Tanya Jodi pada Elan.
Elan menatap Tasya yang sedang memilih sayur dan bertanya, “Apa kamu akan memasak untukku?”
“Tidak!” Ujar Tasya tanpa menatap Elan. Dia sedang memegang dua bungkus sayur seolah sedangmemilahnya, padahal sebenarnya dia tidak bisa fokus.
Pikirannya teralihkan dari sayur–sayur itu.
Tapi, jawaban Tasya yang cuek itu membuat Elan kecewa. Dia pun berkata pada Jodi dengan wajahmurung, “Mama mu benar. Om sibuk, jadi Om tidak bisa makan siang denganmu.”
“Tapi aku mau Om ikut!” Ujar Jodi cemberut.
“Aku juga sangat ingin ikut!” Ujar Elan sambil tersenyum kecut. Sayangnya, ada seseorang yang tidakmenginginkan kehadiran Elan.
Saat itu, mata Elan memerah, jadi dia pindah ke tempat sayur lain untuk memilih sayur lainnya. Di saatyang bersamaan, Tasya mengalihkan pandangan, berharap air matanya tidak mengalir.
Elan bisa merasakan kalau Tasya seperti akan menangis, jadi dia berbicara perlahan pada Tasya daribelakang, “Aku akan mengantar Jodi pulang.”
Tasya tidak menjawab. Ketika dia berbalik, dia melihat sosok Elan yang tinggi sedang menggendongjodi keluar.
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report